LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN ALAT APLIKASI
Oleh
WAHYU SRININGSIH
05071181419002
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Semua
zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dimanfaatkan untuk
melakukan perlindungan tanaman adalah pestisida. Bahan aktif yang terkandung
dalam pestisida merupakan senyawa pestisida dalam formulasi (campuran antara
senyawa utama pestisida dengan bahan lain). Golongan pestisida terbagi menjadi
3 bagian, yaitu 1) formulasi, 2) cara kerja, 3) susunan kimia. Formulasi
pestisida berupa cairan, butiran, debu dan tepung. Dan dalam teknis aplikasi
pestisida berupa kontak, fumigasi/ teknik gas, sistemik, dan lambung. Serta
susunan kimia dalam pestisida antara lain : organik dan anorganik.
Perubahan
ekosistem hutan menjadi areal pertanian adalah salah satu penyebab utama. Dalam
ekosistem hutan, setiap rantai makana berada dalam keadaaan normal. Setiap
organisme berada dalam jumlah yang seimbang dengan organisme lain yang menjadi
musuh atau pemangsanya, sehingga tidak ditemui organisme dengan populasi
terlalu besar yang kemudian berubah menjadi hama.
Sesuai
konsep pengendalian hama terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan
untuk memberantas tau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi
atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna
dalam membantu petani dalam merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah
lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani
menggunakan pestisida, hasil pertaniannya meningkat dan akan membuat hidup para
petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida
sudah digunakan dihampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak
pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani
tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Jika
melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan
pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan
merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha
intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi
maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan perairan dan pola
tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh
meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha
ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti
melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah
serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk
melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang
tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang
memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat
dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya.
Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil
yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
Berbagai
jenis dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian besar adalah
alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida dan beberapa alat yang
digunakan untuk pengendalian secara fisik atau mekanik. Alat pengendalian untuk
aplikasi pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran –butiran cairan atau
percikan-percikan yang berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu
bagian dari alat tersebut. Alat aplikasi pestisida yang efisien dapat menjamin
penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan. Selain itu, pekerjaan
dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah tenaga kerja minimal. Fungsi
utama semua jenis alat pengendalian adalah untuk membantu mengendalikan suatu
organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan
efisien. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui macam alat aplikasi pestisida
dan kegunaannya.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengenali
1. Jenis-jenis
pestisida yang ada dipasaran, dan
2. Jenis-jenis
pestisida yang digunakan petani
3. Mengenal
beberapa alat-alat aplikasi pestisida
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Penggolongan
Pestisida
2.1.1
Berdasarkan formulasi
Berdasarkan
formulasi pestisida dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Bentuk
Cair
Berikut
beberapa formulasi pestisida dalam bentuk cair:
a) EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk
pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi.
Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran endapan cair yang
melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot,
meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
b) Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC).
Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara
disemprotkan.
c) Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini dilarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC
umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air.
Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprot.
d) Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan.
Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada
formulasi slurry.
e) Flowable (F) atau Flowable Water (FW).
Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangsangat pekat. Bila dicampur air, F
atau FW akan membentuk emulsi seperti
halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
f) Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume
ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya
merupakan sediaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.(Kardinan,
Agus., 2004.)
2) Bentuk padat
Berikut
beberapa formulasi pestisida dalam bentuk padat:
a) Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik
yang masih banyak digunakan hingga saat ini.
WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk
suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
b) Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bisa dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga
digunakandengan cara disemprotkan.
c) Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsentrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah
penaburan dapat diikuti dengan pengolahan tanah atau tidak.
Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
d) Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran,
mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan
dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e) Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang
khusus digunakan untuk perawatan benih
f) Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang
digunakan dengan cara dihembuskan.
g) Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi
siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.(Wudianto,
R., 2007)
2.1.2
Berdasarkan cara kerja
Dilihat
dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi
menjadi tiga golongan, yaitu (Soemirat, 2005):
a) Racun
perut
Berarti
mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.Pestisida yang
termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga
pengunyah, penjilat dan penggigit.Daya bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon
60 EC.
b) Racun
kontak
Berarti
mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida.Organisme tersebut
terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang
terdapat di permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.
c) Racun
gas
Berarti
mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.Jenis racun
yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan ruangan
tertutup.
2.1.3 Berdasarkan
susunan kimia
Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL
2000 dalam Diana (2009), berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan
menjadi :
a)
Golongan organochlorin
Pestisida organochlorin misalnya DDT,
Dieldrin, Endrin dan lain-lain. Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan
racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
b) Golongan
organophosfat
Pestisida organophosfat misalnya
diazonin dan basudin. Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau
kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan
memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap
manusia dari pada organokhlor.
c) Golongan
carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain.
Golongan ini mempunyai sifat sebagai
berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam
sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun
pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
d) Senyawa
dinitrofenol misalnya morocidho 40EC.
Salah satu pernafasan dalam sel hidup
melalui proses pengubahan ADP (Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi
sesuai dengankebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik
potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan
oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan
dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
e) Pyretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia,
merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi
dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil
terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan
jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat
beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin,
fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.
f)
Fumigant
Fumigant adalah senyawa atau campuran
yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing,
bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang
murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl,
Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide,
formaldehid, fostin.
g)
Petroleum
Minyak bumi yang dipakai sebagai
insektisida dan miksida.Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisi
h) Antibiotik
Misalnya senyawa kimia seperti
penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai
bakterisida dan fungisida.
2.2 Macam
pestisida dan sifatnya
2.2.1 Macam-Macam pestisida
Berikut
macam-macam pestisida beserta fungsinya :
a)
Fungisida,
berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur.
Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
b)
Herbisida,
berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh
gulma (tumbuhan pengganggu).
c)
Insektisida,
berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen
tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga.
d)
Nematisida,
berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang.
Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
e)
Rodentisida,
berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh
binatang pengerat, seperti tikus buah.
f)
Akarisida, berasal dari kata akari yang
dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut
sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
g)
Avisida, berasal dari kata avis yang
dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat
penolak burung serta pengontrol populasi burung.(Djojosumarto, Panut. 2000)
2.2.2 Sifat
kimia pestisida
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya
tidak kurang dari 105 unsur.Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida
adalah 21 unsur.Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon,
hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang
berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan
arsenic.
a. Sifat
pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda.Sifat
pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus
bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.
b. Tata
Nama Pesticida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan
cara pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.
c.
Cara Kerja Pestisida
o
Pestisida kontak, berarti mempunyai daya
bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
o
Pestisida fumigan, berarti mempunyai
daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas
o
Pestisida sistemik, berarti dapat
ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati
kalau mengisap cairan tanaman.
o
Pestisida lambung, berarti mempunyai
daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.Jenis pestisida yang paling
beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan
Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menyerang
cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh sistem syaraf kita agar dapat
berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar cholinesterase
dan hal inilah yang memunculkan gejala-gejala keracunan. Pestisida gas syaraf
menyebabkan kematian yang paling banyak di seluruh dunia dibanding pestisida
jenis lain.
Beberapa
jenis pestisida gas syaraf yang paling berbahaya adalah :
-
Azinophosmethyl - Ethyl parathion / Parathion
-
Demeton methyl - Mevinphos
-
Dichlorvos / DDVP - Sulfotepp
-
Disulfoton - Methyl parathion
-
Ethion - Methamidophos
-
Fenamiphos - Methidathion
-
Fensulfothion - Methomyl
-
Phorate - Aldicarb
-
Terbufos - Propoxur
-
Carbofuran - Oxamyl
-
Fomentanate
2.2.3
Efikasi macam- macam pestisida
Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus
berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat
jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6)
tepat cara penggunaan.
a) Tepat Sasaran
Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus
berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah
awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT
yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai
dengan OPT tersebut. Pada tabel berikut disajikan daftar golongan pestisida
berdasarkan OPT sasaran.
b) Tepat
Mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus
bermutu baik.Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh
Komisi Pestisida.Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah
kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan
dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.Pestisida yang terdaftar dan diijinkan
beredar di Indonesia kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.
c) Tepat
Jenis Pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk
mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar
dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT
pada suatu jenis tanaman. Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau
kemasan pestisida.
d) Tepat Waktu Penggunaan
Waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada
saat OPT mencapai ambang pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada
sore hari (pukul 16.00 atau 17.00) ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban
udara 50-80%.
e) Tepat
Dosis atau Konsentrasi Formulasi
Dosis atau konsentrasi
formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah
diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman.
Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi
efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan
bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT
pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
f) Tepat
Cara Penggunaan
Pada
umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun
demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot. Pada
jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan
dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan, dll.
Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan wahtu
Praktikum pestisida dilaksanakan pada tanggal 29 Januari
2016 bertempat di kios Mulia Tani Indralaya dan di lahan petani desa Pulau
Kabal Indralaya Utara
3.2 Cara
kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.
Pestisida yang ada di kios Tani
Mahasiswa
mendatangi kios tani untuk mengamati dan mendata bahan-bahan kimia yang
diperdagang oleh toko tani. Catat sesuai tabel dan foto kemasan tersebut.
2.
Pestisida yang digunakan petani
Mahasiswa
mengunjungi petani penanaman jagung, ambil kemasan pestisida yang dibuang
petani disekitar kebun.
Alat-alat
digunakan petani untuk aplikasi pestisida dan difoto
Minta
tanda tangan dan nama petani yang dikunjungi.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1 macam-macam pestisida ditoko pertanian Mulia Tani inderalaya OganIlir
Nama
Pestisida
|
Bentuk formulasi
|
Bahan aktif
|
Jenis Pestisida
|
Cara kerja pestisida
|
OPT Sasaran
|
Sidabast
|
Cair
|
BBMC 500gr/lt
|
Insektisida
|
Kontak
|
Hama tanaman bawang merah , cabaijagung, kakao, kedelai, padidanteh
|
Sandimas
|
Cair
|
Dimehipo 400gr/ltr
|
Insektisida
|
Kontak dan perut
|
Hama tanaman padi
|
Ingropas
|
Cair
|
PCNB 20 %
|
Fungisida
|
kontak
|
Jamurakarputih (Rigidoporuslignosus)
|
Sapubest
|
Cair
|
Isopropilaminagliposat
530 gr/ltr
|
Herbisida
|
sistemik
|
Gulmaberdaunlebarpadatanamankelaoasawit
|
proclaim
|
Granul
|
Emamektinbenzoat 5%
|
Insektisida
|
Racun perut
|
Hama bawangmerah,
cabai, kubis, tomat, kedelai
|
victory
|
Tepung
|
Mankozeb 80%
|
Fungisida
|
Kontak
|
Penyakit busuk daun (Phytophthorainfestans) Pada tanaman kentang dan tomat dan penyakit antraknose(Colletotrichumcapsici) Pada tanaman cabai
|
Dupont
linnate
|
Bubuk
|
Metomil 25 % ,
bahanpembawa 75 %
|
Insektisida
|
Kontakdanlambung yang
sistemik
|
Hama serangga pada tanaman kubis, kapas, tebu, tomat, teh, kakao,
tembakau, bawang merah, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau
|
rotraz
|
Cair
|
Amitraz 200 gr/ltr
|
Insektisida /
akarisida
|
Kontakdanpernafasan
|
Hama tanaman apel, cabai, dan teh
|
snaildown
|
Cair
|
Niklosamida 250 gr/ltr
|
Moluskisida
|
Kontakdanpernafasan
|
Hama siput murbei pada tanaman pada sawah
|
roundup
|
Cair
|
Isopropilaminaglisofat
400 gr/ltr
|
Herbisida
|
Sistemik
|
Alang-alang
|
Quailub
|
Cair
|
Isopropilaminaglisofat
480gr/ltr
|
Herbisida
|
Sistemik
|
Gulma pada tanaman kelapa sawit
|
Tabel 2 pestisida yang digunakan oleh petani tanaman jagung
Nama Pestisida
|
Bentuk Formulasi
|
Bahan Aktif
|
Jenis Pestisida
|
Cara kerja pestisida
|
OPT sasaran
|
sevin
|
Tepung
|
Karbaril
|
Insektisida
|
Racun kontak
|
Belalang, ulat grayak,
penggerek daun, penggerek batang, penggerek pucuk,
ulatapi, kutu-kutuan pada tanaman jagung
|
Tabel
3.Mengenalalat-alat aplikasi pestisida
No
|
Gambar alat
|
Kegunaan
|
1
|
|
Untuk menyebarkan pestisida dalam bentuk granule dalam luasan area yang diinginkan
|
2
|
|
Untuk menyebarkan pestisida dalam bentuk cair.
|
3
|
|
Alat penyemprot pestisida petani tanaman sawit
|
4.2 Pembahasan
Praktikum pestisida di lakukan dengan mendata macam-macam
pestisida serta alat di kios pertanian dan yang digunakan oleh petani di
sekitar Indralaya.
Di tempat kios pertanian Mulya Tani Indralaya menjual
banyak berbagai macam pestisida yang di perlukan oleh petani diantaranya
fungisida,herbisida,insectisida,rodentisida,moluskisida. Tetapi yang paling
banyak dijual di kios mulya tani adalah insektisida dan herbisida karena para
petani sangat membutuhkan pestisida tersebut dikarenakan di lahan pertaniannya
tidak terlepas dari gulma dan serangga, gulma dan serangga tersebut sangat
menganggu pertumbuhan dari tanaman utama.
Di tempat kios pertanian tersebuut juga menjual alat
untuk mengaplikasikan pestisida ke sasaran, seperti berbagai merek sprayer,
tetapi kelompok kami tidak menemukan alat lainnya selain sprayer seperti sarung
tangan, sepatu boot, serta baju khusus. Di karenakan kurang peminat pembeli
untuk membeli barang tersebut serta ketidak tahuan petani untuk menggunakan
perlengkapan mengaplikasikan pestisida yang baik dan benar.Para petani sudah
menjadi kebiasaan saat pengaplikasikan pestisida tidak menggunakan peralatan
yang baik dan benar dengan alasan sangat merepotkan dan juga panas. Yang
seharusnya dilakukan petani saat mengaplikasikan pestisida harus menggunakan
peralatan yang dianjurkan seperti menggunakan masker, baju khusus, sepatu boot,
serta sarung tangan.
Dari hasil pengamatan petani diwilayah indralaya banyak
menggunakan pestisida jenis insektisida di lahan sawitnya karena dilahannya banyak
diserang hama seperti ulat grayak, belalang, penggerek daun, dan tentunya
sangat menganggu pertumbuhan tanaman jagung. Petani di daerah indralaya juga
menggunakan alat untuk menyemprotkan pestisida yaitu sprayer tetapi tidak
menggunakan alat yang baik dan benar yang telah ditetapkan seperti menggunakan
masker, baju khusus, sepatu boot serta sarung tangan.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan serta percobaan yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pestisida
adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,memikat, atau membasmi
organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest("hama") yang diberi
akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti
serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.
2. Penggunaan
pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk
mengendalikan hama sedemikian rupa
hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
3. Untuk
menanggulangi organisme pengganggu tanaman, masih terdapat teknologi lain yang dapat diterapkan, yang relative tidak berdampak negatif bagi manusia
demikian juga bagi lingkungan hidup.
4. Pestisida
seharusnya tidak lagi “didewakan” sebagai satu-satunya teknologi penyelamat
produksi. Melainkan disarankan digunakan hanya bila perlu saja sebagai
alternatif terakhir.Sedapat mungkin penggunaanya diupayakan dengan bijaksana.
5. Berdasarkan
cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi racun perut, racun kontak, dan racun
pernapasan.
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran.
Universitas Indonesia.Jakarta
Djojosumarto,
Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida
Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Hal 46.
Juli Soemirat
Slamet. 2005. Kesehatan Lingkungan.
Gajah Mada Univ Press. Yogyakarta.
Kardinan, Agus., 2004. Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.
Riefarmasi.2010.kimia
pestisida. http :// pestisida
-riefarmasi
.blogspo t.co.id/2010/04/kimia-pestisida.html. diakses pada tanggal 02 februari
2016
Wudianto, R.,
2007. Petunjuk Penggunaan Fungisida.
Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 58.
Wangjong.2013.Bentuk-bentuk formulasi
pestisida.http://wang-jou.blogspot. co.id/2013
/01/bentuk-bentuk-formulasi-pada-pestisida.html.diakses pada tanggal 02
Februari 2016-02-02
0 komentar:
Post a Comment