Monday, 18 December 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA - PESTISIDA DAN ALAT APLIKASI

LAPORAN PRAKTIKUM
PESTISIDA DAN ALAT APLIKASI







Oleh
WAHYU SRININGSIH
05071181419002




PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2016



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dimanfaatkan untuk melakukan perlindungan tanaman adalah pestisida. Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida merupakan senyawa pestisida dalam formulasi (campuran antara senyawa utama pestisida dengan bahan lain). Golongan pestisida terbagi menjadi 3 bagian, yaitu 1) formulasi, 2) cara kerja, 3) susunan kimia. Formulasi pestisida berupa cairan, butiran, debu dan tepung. Dan dalam teknis aplikasi pestisida berupa kontak, fumigasi/ teknik gas, sistemik, dan lambung. Serta susunan kimia dalam pestisida antara lain : organik dan anorganik.
Perubahan ekosistem hutan menjadi areal pertanian adalah salah satu penyebab utama. Dalam ekosistem hutan, setiap rantai makana berada dalam keadaaan normal. Setiap organisme berada dalam jumlah yang seimbang dengan organisme lain yang menjadi musuh atau pemangsanya, sehingga tidak ditemui organisme dengan populasi terlalu besar yang kemudian berubah menjadi hama.
Sesuai konsep pengendalian hama terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas tau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Selama ini, kita mengetahui bahwa pestisida sangat berguna dalam membantu petani dalam merawat pertaniannya. Pestisida dapat mencegah lahan pertanian dari serangan hama. Hal ini berarti jika para petani menggunakan pestisida, hasil pertaniannya meningkat dan akan membuat hidup para petani menjadi semakin sejahtera. Dengan adanya pemahaman tersebut, pestisida sudah digunakan dihampir setiap lahan pertanian. Namun sekarang ini banyak pemahaman yang salah tentang penggunaan dosis dari pestisida ini. Para petani tidak mengindahkan anjuran pemakaian yang telah diterapkan oleh pemerintah.
Jika melihat besarnya kehilangan hasil yang dapat diselamatkan berkat penggunaan pestisida, maka dapat dikatakan bahwa peranan pestisida sangat besar dan merupakan sarana penting yang sangat diperlukan dalam bidang pertanian. Usaha intensifikasi pertanian yang dilakukan dengan menerapkan berbagai teknologi maju seperti penggunaan pupuk, varietas unggul, perbaikan perairan dan pola tanam akan menyebabkan perubahan ekosistem yang sering diikuti oleh meningkatnya problema serangan jasad pengganggu. Demikian pula usaha ekstensifikasi pertanian dengan membuka lahan pertanian baru, yang berarti melakukan perombakan ekosistem, sering kali diikuti dengan timbulnya masalah serangan jasad pengganggu. Dan tampaknya saat ini yang dapat diandalkan untuk melawan jasad pengganggu tersebut yang paling manjur hanya pestisida. Memang tersedia cara lainnya, namun tidak mudah untuk dilakukan, kadang-kadang memerlukan tenaga yang banyak, waktu dan biaya yang besar, hanya dapat dilakukan dalam kondisi tertentu yang tidak dapat diharapkan efektifitasnya. Pestisida saat ini masih berperan besar dalam menyelamatkan kehilangan hasil yang disebabkan oleh jasad pengganggu.
Berbagai jenis dan tipe alat pengendalian yang digunakan saat ini sebagian besar adalah alat pengendalian untuk mengaplikasikan pestisida dan beberapa alat yang digunakan untuk pengendalian secara fisik atau mekanik. Alat pengendalian untuk aplikasi pestisida bertujuan untuk menghasilkan butiran –butiran cairan atau percikan-percikan yang berasal dari cairan yang ditempatkan di dalam salah satu bagian dari alat tersebut. Alat aplikasi pestisida yang efisien dapat menjamin penyebaran bahan yang rata pada sasaran tanpa pemborosan. Selain itu, pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan jumlah tenaga kerja minimal. Fungsi utama semua jenis alat pengendalian adalah untuk membantu mengendalikan suatu organisme pengganggu tanaman sasaran sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui macam alat aplikasi pestisida dan kegunaannya.

1.2   Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu mengenali
1.      Jenis-jenis pestisida yang ada dipasaran, dan
2.      Jenis-jenis pestisida yang digunakan petani
3.      Mengenal beberapa alat-alat aplikasi pestisida

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Penggolongan Pestisida
2.1.1        Berdasarkan formulasi
Berdasarkan formulasi pestisida dibagi menjadi 2 yaitu:
1)      Bentuk Cair
Berikut beberapa formulasi pestisida dalam bentuk cair:
a)      EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran endapan cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
b)      Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decampur air tidak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan.
c)      Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini dilarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprot.
d)     Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry.
e)      Flowable (F) atau Flowable Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangsangat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emulsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
f)       Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sediaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.(Kardinan, Agus., 2004.)
2)      Bentuk padat
Berikut beberapa formulasi pestisida dalam bentuk padat:
a)      Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan hingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot.
b)      Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bisa dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakandengan cara disemprotkan.
c)      Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsentrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti dengan pengolahan tanah atau tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
d)     Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e)      Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih
f)       Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan.
g)      Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.(Wudianto, R., 2007)



2.1.2        Berdasarkan cara kerja
Dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Soemirat, 2005):
a)      Racun perut
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit.Daya bunuhnya melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.
b)      Racun kontak
Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena pestisida.Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida. Contoh: Mipcin 50 WP.
c)      Racun gas
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas.Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan ruangan tertutup.

2.1.3    Berdasarkan susunan kimia
Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000 dalam Diana (2009), berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :
a)       Golongan organochlorin
Pestisida organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain. Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal, degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
b)   Golongan organophosfat
Pestisida organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan, menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada organokhlor.
c)   Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain.
Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan, tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
d)  Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC.
Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP (Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya menimbulkan proses kerusakan jaringan.
e)    Pyretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah : deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin, sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin, flusitrinate.
f)    Fumigant
Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
g)   Petroleum
Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida.Minyak tanah yang juga digunakan sebagai herbisi
h)   Antibiotik
Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

2.2  Macam pestisida dan sifatnya
2.2.1    Macam-Macam  pestisida
Berikut macam-macam pestisida beserta fungsinya :
a)      Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan.
b)      Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu).     
c)      Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga. 
d)     Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar).
e)      Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus buah.
f)       Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
g)      Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung.(Djojosumarto, Panut. 2000)

2.2.2   Sifat kimia pestisida
Pestisida tersusun dan unsur kimia yang jumlahnya tidak kurang dari 105 unsur.Namun yang sering digunakan sebagai unsur pestisida adalah 21 unsur.Unsur atau atom yang lebih sering dipakai adalah carbon, hydrogen, oxigen, nitrogen, phosphor, chlorine dan sulfur. Sedangkan yang berasal dari logam atau semi logam adalah ferum, cuprum, mercury, zinc dan arsenic.
a.    Sifat pestisida
Setiap pestisida mempunyai sifat yang berbeda.Sifat pestisida yang sering ditemukan adalah daya, toksisitas, rumus empiris, rumus bangun, formulasi, berat molekul dan titik didih.

b.      Tata Nama Pesticida
Pengetahuan pestisida juga meliputi struktur dan cara pemberian nama atau dikenal dengan tata nama.

c. Cara Kerja Pestisida
o   Pestisida kontak, berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena sasaran.
o   Pestisida fumigan, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau gas
o   Pestisida sistemik, berarti dapat ditranslokasikan ke berbagai bagian tanaman melalui jaringan. Hama akan mati kalau mengisap cairan tanaman.
o   Pestisida lambung, berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan pestisida.Jenis pestisida yang paling beracun adalah yang mirip dengan gas syaraf, yaitu jenis Organofosfat dan Metilcarbamat. Pestisida jenis ini sangat berbahaya karena mereka menyerang cholinesterase, suatu bahan yang diperlukan oleh sistem syaraf kita agar dapat berfungsi dengan normal. Pestisida jenis ini menurunkan kadar cholinesterase dan hal inilah yang memunculkan gejala-gejala keracunan. Pestisida gas syaraf menyebabkan kematian yang paling banyak di seluruh dunia dibanding pestisida jenis lain.

Beberapa jenis pestisida gas syaraf yang paling berbahaya adalah :
- Azinophosmethyl - Ethyl parathion / Parathion
- Demeton methyl - Mevinphos
- Dichlorvos / DDVP - Sulfotepp
- Disulfoton - Methyl parathion
- Ethion - Methamidophos
- Fenamiphos - Methidathion
- Fensulfothion - Methomyl
- Phorate - Aldicarb
- Terbufos - Propoxur
- Carbofuran - Oxamyl
- Fomentanate

2.2.3        Efikasi macam- macam pestisida
Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat, yaitu (1) tepat sasaran, (2) tepat mutu, (3) tepat jenis pestisida, (4) tepat waktu, (5) tepat dosis atau konsentrasi, dan (6) tepat cara penggunaan.
a)       Tepat Sasaran
Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut. Pada tabel berikut disajikan daftar golongan pestisida berdasarkan OPT sasaran.
b)      Tepat Mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik.Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida.Jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.Pestisida yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.
c)      Tepat Jenis Pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman. Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
d)      Tepat Waktu Penggunaan
Waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada saat OPT mencapai ambang pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari (pukul 16.00 atau 17.00) ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara 50-80%.
e)      Tepat Dosis atau Konsentrasi Formulasi
 Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
f)       Tepat Cara Penggunaan
Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan dengan cara disemprot. Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan, pengembusan, pengolesan, dll. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau label kemasan pestisida





BAB III
METODOLOGI
3.1  Tempat dan wahtu
Praktikum pestisida dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2016 bertempat di kios Mulia Tani Indralaya dan di lahan petani desa Pulau Kabal Indralaya Utara

3.2  Cara kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.        Pestisida yang ada di kios Tani
Mahasiswa mendatangi kios tani untuk mengamati dan mendata bahan-bahan kimia yang diperdagang oleh toko tani. Catat sesuai tabel dan foto kemasan tersebut.

2.        Pestisida yang digunakan petani
Mahasiswa mengunjungi petani penanaman jagung, ambil kemasan pestisida yang dibuang petani disekitar kebun.
Alat-alat digunakan petani untuk aplikasi pestisida dan difoto
Minta tanda tangan dan nama petani yang dikunjungi.



IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Hasil
Tabel 1 macam-macam pestisida ditoko pertanian Mulia Tani inderalaya OganIlir
Nama
Pestisida
Bentuk formulasi
Bahan aktif
Jenis Pestisida
Cara kerja pestisida
OPT Sasaran
Sidabast
Cair
BBMC 500gr/lt
Insektisida
Kontak
Hama tanaman bawang merah , cabaijagung, kakao, kedelai, padidanteh
Sandimas
Cair
Dimehipo 400gr/ltr
Insektisida
Kontak dan perut
Hama tanaman padi
Ingropas
Cair
PCNB 20 %
Fungisida
kontak
Jamurakarputih (Rigidoporuslignosus)
Sapubest
Cair
Isopropilaminagliposat 530 gr/ltr
Herbisida
sistemik
Gulmaberdaunlebarpadatanamankelaoasawit
proclaim
Granul
Emamektinbenzoat 5%
Insektisida
Racun perut
Hama bawangmerah, cabai, kubis, tomat, kedelai
victory
Tepung
Mankozeb 80%
Fungisida
Kontak
Penyakit busuk daun (Phytophthorainfestans) Pada tanaman kentang dan tomat dan penyakit antraknose(Colletotrichumcapsici) Pada tanaman cabai
Dupont linnate
Bubuk
Metomil 25 % , bahanpembawa 75 %
Insektisida
Kontakdanlambung yang sistemik
Hama serangga pada tanaman kubis, kapas, tebu, tomat, teh, kakao, tembakau, bawang merah, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau
rotraz
Cair
Amitraz 200 gr/ltr
Insektisida / akarisida
Kontakdanpernafasan
Hama tanaman apel, cabai, dan teh
snaildown
Cair
Niklosamida 250 gr/ltr
Moluskisida
Kontakdanpernafasan
Hama siput murbei pada tanaman pada sawah
roundup
Cair
Isopropilaminaglisofat 400 gr/ltr
Herbisida
Sistemik
Alang-alang  
Quailub
Cair
Isopropilaminaglisofat 480gr/ltr
Herbisida
Sistemik
Gulma pada tanaman kelapa sawit

Tabel 2 pestisida yang digunakan oleh petani tanaman jagung

Nama Pestisida
Bentuk Formulasi
Bahan Aktif
Jenis Pestisida
Cara kerja pestisida
OPT sasaran
sevin
Tepung
Karbaril
Insektisida
Racun kontak
Belalang, ulat grayak, penggerek daun, penggerek batang, penggerek pucuk, ulatapi, kutu-kutuan pada tanaman jagung






Tabel 3.Mengenalalat-alat aplikasi pestisida
No
Gambar alat
Kegunaan
1
Untuk menyebarkan pestisida dalam bentuk granule dalam luasan area yang diinginkan
2
Untuk menyebarkan pestisida dalam bentuk cair.
3













Alat penyemprot pestisida petani tanaman sawit




4.2  Pembahasan
            Praktikum pestisida di lakukan dengan mendata macam-macam pestisida serta alat di kios pertanian dan yang digunakan oleh petani di sekitar Indralaya.
            Di tempat kios pertanian Mulya Tani Indralaya menjual banyak berbagai macam pestisida yang di perlukan oleh petani diantaranya fungisida,herbisida,insectisida,rodentisida,moluskisida. Tetapi yang paling banyak dijual di kios mulya tani adalah insektisida dan herbisida karena para petani sangat membutuhkan pestisida tersebut dikarenakan di lahan pertaniannya tidak terlepas dari gulma dan serangga, gulma dan serangga tersebut sangat menganggu pertumbuhan dari tanaman utama.
            Di tempat kios pertanian tersebuut juga menjual alat untuk mengaplikasikan pestisida ke sasaran, seperti berbagai merek sprayer, tetapi kelompok kami tidak menemukan alat lainnya selain sprayer seperti sarung tangan, sepatu boot, serta baju khusus. Di karenakan kurang peminat pembeli untuk membeli barang tersebut serta ketidak tahuan petani untuk menggunakan perlengkapan mengaplikasikan pestisida yang baik dan benar.Para petani sudah menjadi kebiasaan saat pengaplikasikan pestisida tidak menggunakan peralatan yang baik dan benar dengan alasan sangat merepotkan dan juga panas. Yang seharusnya dilakukan petani saat mengaplikasikan pestisida harus menggunakan peralatan yang dianjurkan seperti menggunakan masker, baju khusus, sepatu boot, serta sarung tangan.
            Dari hasil pengamatan petani diwilayah indralaya banyak menggunakan pestisida jenis insektisida di lahan sawitnya karena dilahannya banyak diserang hama seperti ulat grayak, belalang, penggerek daun, dan tentunya sangat menganggu pertumbuhan tanaman jagung. Petani di daerah indralaya juga menggunakan alat untuk menyemprotkan pestisida yaitu sprayer tetapi tidak menggunakan alat yang baik dan benar yang telah ditetapkan seperti menggunakan masker, baju khusus, sepatu boot serta sarung tangan.




BAB V
KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan serta percobaan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap mengganggu.     
2.      Penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau membunuh hama, namun lebih dititik beratkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali.
3.      Untuk menanggulangi organisme pengganggu tanaman, masih terdapat teknologi  lain yang dapat diterapkan, yang  relative tidak berdampak negatif bagi manusia demikian juga bagi lingkungan hidup.
4.      Pestisida seharusnya tidak lagi “didewakan” sebagai satu-satunya teknologi penyelamat produksi. Melainkan disarankan digunakan hanya bila perlu saja sebagai alternatif terakhir.Sedapat mungkin penggunaanya diupayakan dengan bijaksana.
5.      Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dibagi menjadi racun perut, racun kontak, dan racun pernapasan.



DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Universitas Indonesia.Jakarta
Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius, Yogyakarta. Hal 46.
Juli Soemirat Slamet. 2005. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada Univ Press. Yogyakarta.
Kardinan, Agus., 2004. Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.
Riefarmasi.2010.kimia pestisida. http :// pestisida -riefarmasi .blogspo t.co.id/2010/04/kimia-pestisida.html. diakses pada tanggal 02 februari 2016
Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Fungisida. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 58.
Wangjong.2013.Bentuk-bentuk formulasi pestisida.http://wang-jou.blogspot. co.id/2013 /01/bentuk-bentuk-formulasi-pada-pestisida.html.diakses pada tanggal 02 Februari 2016-02-02










Share:

0 komentar:

Post a Comment