Monday, 18 December 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA - PESTISIDA SINTETIS

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PESTISIDA
PESTISIDA SINTETIS








Wahyu Sriningsih
05071181419002


PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2017




BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15.Kemudian pada abad ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum danrotenon yang diekstrakdariakar tuba Derris eliptica (Miller, 2002).Pada tahun 1874 Othmar Zeidleradalah orang yang pertama kali mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini diadianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas (Daly et al., 1998).Beberapa literatur  menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida” (Murphy, 2005). Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya (Miller, 2002). Dari seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini, 75% digunakan di negara-negara berkembang (Miller, 2004).
Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengangkan.WHO (World Health Organization) dan Program Lingkungan PBB memperkirakanada 3 juta orang yang bekerja pada sector pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dansekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004).Di Cina diperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang diantaranya meninggal (Lawrence, 2007).Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker.Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health Perspctive menemukan adanya kaitan kuatantara pencemaran DDT pada masa muda dengan menderitakan kerpayudara pada masa tuanya (Barbara and Mary, 2007).Menurut NRDC (Natural Resources Defense Council) tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderitakan kerotak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia.Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health di Boston, menemukan bahwa resiko terkena penyakit Parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah (Ascherio et al., 2006). Menyadari besarnya bahaya penggunaan pestisida kimia, sehingga di beberapa Negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh pemerintah.
 Penggunaan pestisida sintetis pada umumnya kurang aman karena dapat merugikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Bahan kimia bisa menjadi pemicu timbulnya kanker seperti gas limbah dari kendaraan bermotor, pabrik, dan rumah tangga. Pencemaran lingkungan oleh sisa racun kimia dan penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, bisa menjadi pemicu timbulnya berbagai macam penyakit.        
Pestisida kimia (sintetis) merupakan bahan beracun yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Pestisida kimia bersifat polutan sehingga dapat menyebar radikal bebas yang mengakibatkan kerusakan organ tubuh, mutasi gen dan gangguan susunan saraf pusat. Jika pestisida yang di semprotkan ketanaman akan masuk dan meresap kedalam sel-sel tumbuhan, termasuk kebagian akar, batang, daun dan buah. Jika buah atau daun ini termakan oleh manusia maka racun atau residu bahan kimia beracun ikut masuk kedalam tubuh manusia. (Mediantie soenandar & heru Tjachjono. Membuat Pestisida Organik. Agro Media, jakarta Selatan.2012).

1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh pestisida sintetik terhadap pertumbuhan jamur Culvularia sp.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida Sintetik
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bacteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Pestisida sintetik merupakan pestisida yang bahan aktif dan formulanya terbuat dari bahan kimia, diproduksi secara masal serta  diperdagangkan secara luas , sangat efektif dalam mengendalikan OPT namun meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi manusia (konsumen) dan lingkungan sekitar (ekosistem).
Berikut adalah kelebihan dari pestisida sintetik yaitu mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan dan daya racunnya tinggi( langsung mematikan bagi serangga).Berikut kekurangan dari pestisida sintetik yaitu hama menjadi kebal (resisten),peledakan hama baru (resurgensi),penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen,terbunuhnya musuh alami,pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.
Cara  kerja pestisida sintetik bias melalui perpaduan beberapa cara ataupun cara tunggal. Berikut adalah beberapa mekanisme kerja pestisida sintetik dalam melindungi tanaman dari organism pengganggu yaitu menghambat proses reproduksi serangga hama khususnya serangga betina, mengurangi nafsu makan, menolakmakan, merusak perkembangan telur, larva dan pupa, sehingga perkembangbiakan serangga hama dapat dihambat, menghambat pergantian kulit serta dapat mematikan serangga secara langsung.


2.2. Klasifikasi Culvulariasp
Curvularia adalah hyphomycete (cetakan) jamur yang merupakan pathogen fakultatif Banyak jenis tumbuhan dan tanah.Kebanyakan Curvularia ditemukan di daerah tropis, meskipun sedikit yang ditemukan di zona beriklim sedang.Curvularia didefinisikan oleh jenis spesies C. lunata (Wakker) Boedijn.Curvularia lunata muncul sebagai mengkilap beludru hitam, pertumbuhan berbulu pada permukaan koloni.C. lunata dibedakan oleh septate, hifa dematiaceous memproduksi coklat, konidiofor geniculate. The poroconidia melengkung sedikit kejelas, melintang septate, dengan selketiga diperluas dari ujung pori koni dia tersebut. Curvularia dapat dengan mudah dibedakan dari Bipolaris dan Drechslera spp. Sejak konidia non-distoseptate, yaitu, septate dari tepi ketepi dinding konidia. The teleomorphic keadaan jenis spesies Curvularia lunata adalah Cochliobolus lunatus (Fam. Pleosporaceae, Ord. Pleosporales, Cla.Loculoascomycetes, Phy. Ascomycota)
Meskipun tidak menimbulkan kerugian yang berarti, jamur ini umumnya terdapat di negara-negara penanam padi. Dari benih yang terinfeksi jamur dapat menyerang semai, menyebabkan terjadinya hawar semai atau menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Semangun, 1993).

Berikut klasifikasi Curvularia menurut Alexopoulosdan Mims (1979) yaitu
Kingdom         : Myceteae
Divisi               : Amastigomycota
Subdivisi         : Deuteromycotina
Class                : Deuteromycetes
Subclass          : Hyphomycetidae
Order               : Moniliales
Family             : Dematiaceae
Genus              : Curvularia




BAB 3
METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 22 februari 2016 pada pukul 14-30 sampai dengan selesai. Bertempat di laboratorium insectarium jurusan Hama PenyakitTanaman Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan  yang digunakan dalam praktikum  ini adalah sebagai berikut, air, ekstrak PDA, ekstrak nimba,pestisida sintetik, cawan petri, tabung reaksi, gelas ukur, pinset, pengaduk, isolasi,bunsen, alkohol, autovlave.
3.3. Metode
            Adapun metode yang digunakan pada praktikum uji hambat fungisida nabati terhadap curvularia adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dan 3 ulangan.
3.4. Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Siapkan alat dan bahan
2.      Masukkan 100 ml aquades dan 40 gr ekstrak PDA aduk sampai homogen
3.      Siapkan 6 tabung dengan perlakuan sebagai berikut:
·         Untuk tabung 1 masukkan ekstrak PDA 95ml + 5ml pestisida sintetik
·         Untuk tabung 2 masukkan  90 ml  PDA + 10 ml pestisida sintetik
·         Untuk tabung 3 masukkan  85 ml PDA + 15 ml pestisida sintetik
4.      Diberi label setiap perlakuan
5.      Kemuadian semua tabung dan alat lainnya dimasukkan di autovlave
6.      Kemudian dinginkan dilaminar airflow
7.      Masukkan media ke  cawan petri dan masukkan jamur cuprvularia sp pada media di cawan petri lalu  Sterilkan dengan bunsen di autoclave
8.      Isolasi dengan solasi dan inkubasi selama 2 hari
9.      Amati dan ukur perkembangan jamur.
3.4.1. Persiapan  pestisida sintetik
            Pestisida  yang digunakan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jamur Culvularia sp adalah pestisida sintetik yang disiapkan oleh asisten
3.5. Parameter
Adapun Parameter yang diamati adalah  panjang spora  jamur Culvularia sp dengan menggunakan mistar.



BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Tabel Pengamatan Pestisida Sintetik
Perlakuan
Ulangan
Hari ke
1
2
3
4
5
5%
1
3mm
10 mm
16 mm
20mm
22mm
2
2mm
8mm
20 mm
19mm
18mm
10 %
1
10mm
12mm
27 mm
29mm
31mm
2
10mm
10mm
17 mm
17mm
15mm
15%
1
15mm
12mm
8 mm
8mm
9mm
2
9mm
9mm
7 mm
8mm
8mm
control
1
15mm
15mm
18 mm
15mm
14mm
2
19mm
32mm
65 mm
64mm
71mm

4.2  Pembahasan
Pada praktikum uji hambat pestisida sintetik terhadap jamur culvularia sp kali ini menggunakan empat perlakuan dua ulangan, yaitu perlakuan 5%, 10%, 15% dan control. Pada perlakuan 5%, pestisida sintetik yang digunakan sebesar 5% yang di masukkan ke medium PDA sebagai tempat tumbuh jamur. Pada perlakuan 10% pestisida yang dimasukkan ke medium PDA sebesar 10%, pada perlakuan 15% pestisida sintetik yang ditambahkan dimedium PDA sebesar 15%, serta menggunakan perlakuan kontrol untuk membandingkannya.
Pada hasil pengamatan coloni jamur culvularia berbentuk tidak beraturan, setiap hari mengalami perkembangan, coloni jamur Culvularia  berwarna hitam dan banyak ditumbuhi spora. Jamur menyukai tempat yang lembab serta higinis. Bila pelaksanaan praktikum tidak higinis maka pertumbuhan jamur akan terganggu dan akan tumbuh bakteri.
Pada pengamatan hari pertama didapat hasil bahwa disetiap perlakuan berbeda-beda yaitu perlakuan 5% pada setiap ulangan mengalami perbedaan yang tidak terlalu jauh yaitu dengan panjang 3mm dan 2 mm. Pada perlakuan 10% pada setiap ulangan tidak terdapat perbedaan yaitu dengan panjang 10mm. Pada perlakuan 15% setiap ulangan terdapat perbedaan hasil yang signifikan yaitu 15mm dan 9mm, serta hasil perlakuan kontrol panjang koloni mencapai 15mm dan 19mm.
Pada pengamatan yang kedua didapat hasil bahwa disetiap perlakuan juga menunjukkan hasil yang berbeda yaitu pada perlakuan 5% didapat panjang koloni jamur 10mm dan 8mm, pada perlakuan 10% panjang koloni 12mm dan 10mm, pada perlakuan 15% panjang koloni 12mm dan 9mm.Pada pengamatan yang ketiga panjang koloni menunjukkan peningkatan yaitu pada perlakuan 5% panjang koloni 16mm dan 20mm, perlakuan 10% panjang koloni 27mm dan 17mm, pada perlakuan 15% panjang koloni 8mm dan 7mm
Pada pengamatan yang keempat yaitu pada perlakun 5% panjang koloni 20mm dan 19mm, perlakuan 10% panjang koloni 29mm dan 17mm,perlakuan 15% panjang koloni 8mm dan 8mm. Pada pengamatan yang terakhir yaitu pada perlakuan 5% panjang koloni 22mm dan 18mm, perlakuan 10% panjang koloni 31mm dan 15mm, perlakuan 15% panjang koloni 9mm dan 8mm
Disetiap ulangan pada perlakuan menunjukkan hasil yang  berbeda-beda walaupun dalam satu perlakuan hal tersebut dikarenakan untuk menumbuhkan jamur dibutuhkan kondisi yempat yang higinis dan jangan terlalu kering. Dimungkinkan pada praktikum kali ini pelaksanaannya kurang higinis dan juga setiap dosis pestisida yang digunakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur Culvularia  tersebut semakin tinggi dosis pestisida yang digunakan maka semakin sedikit jamur yang tumbuh pada media tersebut karena pestisida sintetik merupakan pestisida yang mengandung bahan kimia yang bisa  menghambat pertumbuhan jamur.

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
2.       Penggunaan pestisida sintetis pada umumnya kurang aman karena dapat merugikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan
3.      Curvularia adalah hyphomycete (cetakan) jamur yang merupakan pathogen fakultatif Banyak jenis tumbuhan dan tanah.
4.      Pestisida sintetik sangat berpengaruh pada panjang jamur culvularia sp
5.      Curvularia muncul sebagai beludru hitam, pertumbuhan berbulu pada permukaan koloni.

5.2.  Saran
Adapaun saran dari saya untuk praktikum kedepannya adalah antara asisten dengan dosen pembimbing harus ada kordinasi yang baik agar mahasiswa tidak binggung.





DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2009. Potensi, Peluang Dan Kendala Pemanfaatan Pestisida sintetik Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No.3299.Tahun xxxix. Hal.4

Apriyanto. A. 2009. Kearifan Lokal Penggunaan Pestisida sintetik Dalam Pengendalian Hama Tanaman. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No. 3299. Tahun xxxix. Hal.4.

Miller.  2004. Pestisida sintetik. Ramuan Dan Aplikasi. P.T. Penebar Swadaya. Kardinan A. 2008. Pengembangan Kearifan Lokal Pestisida Nabati. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No. 3299. Tahun xxxix. Hal.5.

Semangun. 2005. Pestisida sintetik. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Swadaya
Wiwin, S., R. Murtiningsih, N.Gunaeni dan T.Rubiati, 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan. http:// balitkabi. litbang.deptan. go.id/index.php/Info- Aktual/MIMBA- PESTISIDA-NABATI-RAMAHLINGKUNGAN. html diakses pada tanggal 27 Februari 2016



Share:

0 komentar:

Post a Comment