PRAKTIKUM PESTISIDA
PESTISIDA SINTETIS
Wahyu Sriningsih
05071181419002
PROGAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan pestisida kimia pertama kali diketahui sekitar 4.500 tahun yang lalu (2.500 SM) yaitu pemanfaatan asap sulfur untuk mengendalikan tungau di Sumeria. Sedangkan penggunaan bahan kimia beracun seperti arsenic, mercury dan serbuk timah diketahui mulai digunakan untuk memberantas serangga pada abad ke-15.Kemudian pada abad
ke-17 nicotin sulfate yang diekstrak dari tembakau mulai digunakan sebagai insektisida. Pada abad ke-19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysanthemum danrotenon yang diekstrakdariakar tuba
Derris eliptica (Miller, 2002).Pada tahun 1874 Othmar Zeidleradalah orang yang pertama kali mensintesis DDT
(Dichloro Diphenyl Trichloroethane), tetapi fungsinya sebagai insektisida baru ditemukan oleh ahli kimia Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939 yang dengan penemuannya ini diadianugrahi hadiah nobel dalam bidang Physiology atau Medicine pada tahun 1948 (NobelPrize.org). Pada tahun 1940an mulai dilakukan produksi pestisida sintetik dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas
(Daly et al., 1998).Beberapa literatur
menyebutkan bahwa tahun 1940an dan 1950an sebagai “era pestisida” (Murphy,
2005). Penggunaan pestisida terus meningkat lebih dari 50 kali lipat semenjak tahun 1950, dan sekarang sekitar 2,5juta ton pestisida ini digunakan setiap tahunnya (Miller, 2002). Dari
seluruh pestisida yang diproduksi di seluruh dunia saat ini,
75% digunakan di negara-negara berkembang
(Miller, 2004).
Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengangkan.WHO (World Health Organization) dan Program
Lingkungan PBB memperkirakanada 3 juta orang yang bekerja pada sector pertanian
di negara-negara berkembang terkena racun pestisida dansekitar
18.000 orang diantaranya meninggal setiap tahunnya (Miller, 2004).Di Cina diperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang diantaranya meninggal (Lawrence, 2007).Beberapa pestisida bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker.Berdasarkan penelitian terbaru dalam Environmental Health
Perspctive menemukan adanya kaitan kuatantara pencemaran DDT pada masa muda dengan menderitakan kerpayudara pada masa tuanya
(Barbara and Mary, 2007).Menurut NRDC (Natural Resources Defense Council) tahun
1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderitakan kerotak, leukemia dan cacat pada anak-anak awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia.Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Harvard School of Public Health
di Boston, menemukan bahwa resiko terkena penyakit Parkinson meningkat sampai 70% pada orang yang
terekspose pestisida meski dalam konsentrasi sangat rendah (Ascherio et al., 2006). Menyadari besarnya bahaya penggunaan pestisida kimia, sehingga di beberapa Negara maju, penjualan dan penggunaan pestisida diatur oleh pemerintah.
Penggunaan pestisida sintetis pada umumnya
kurang aman karena dapat merugikan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Bahan kimia bisa menjadi pemicu timbulnya kanker seperti gas limbah dari
kendaraan bermotor, pabrik, dan rumah tangga. Pencemaran lingkungan oleh sisa
racun kimia dan penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, bisa
menjadi pemicu timbulnya berbagai macam penyakit.
Pestisida kimia (sintetis) merupakan bahan beracun
yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Pestisida kimia bersifat
polutan sehingga dapat menyebar radikal bebas yang mengakibatkan kerusakan
organ tubuh, mutasi gen dan gangguan susunan saraf pusat. Jika pestisida yang
di semprotkan ketanaman akan masuk dan meresap kedalam sel-sel tumbuhan,
termasuk kebagian akar, batang, daun dan buah. Jika buah atau daun ini termakan
oleh manusia maka racun atau residu bahan kimia beracun ikut masuk kedalam tubuh
manusia. (Mediantie soenandar & heru Tjachjono. Membuat Pestisida Organik.
Agro Media, jakarta Selatan.2012).
1.2.Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh pestisida sintetik terhadap pertumbuhan jamur Culvularia sp.
BAB
2
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1. Pestisida Sintetik
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bacteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan
lain yang dianggap merugikan. Pestisida sintetik merupakan pestisida yang bahan aktif dan formulanya terbuat dari bahan kimia,
diproduksi secara masal serta diperdagangkan secara luas
, sangat efektif dalam mengendalikan OPT namun meninggalkan residu yang sangat berbahaya bagi manusia (konsumen) dan lingkungan sekitar
(ekosistem).
Berikut adalah kelebihan dari pestisida sintetik yaitu mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan dan daya racunnya tinggi( langsung mematikan bagi serangga).Berikut kekurangan dari pestisida sintetik yaitu hama menjadi kebal
(resisten),peledakan hama baru (resurgensi),penumpukan residu bahan kimia
di dalam hasil panen,terbunuhnya musuh alami,pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.
Cara kerja pestisida sintetik bias melalui perpaduan beberapa cara ataupun cara tunggal. Berikut adalah beberapa mekanisme kerja pestisida sintetik dalam melindungi tanaman dari organism pengganggu yaitu menghambat proses
reproduksi serangga hama khususnya serangga betina, mengurangi nafsu makan, menolakmakan, merusak perkembangan telur, larva dan pupa, sehingga perkembangbiakan serangga hama dapat dihambat, menghambat pergantian kulit serta dapat mematikan serangga secara langsung.
2.2. Klasifikasi Culvulariasp
Curvularia adalah hyphomycete
(cetakan) jamur yang merupakan pathogen fakultatif Banyak jenis tumbuhan dan tanah.Kebanyakan Curvularia ditemukan
di daerah tropis, meskipun sedikit yang ditemukan di zona beriklim sedang.Curvularia didefinisikan oleh jenis spesies C. lunata (Wakker)
Boedijn.Curvularia lunata muncul sebagai mengkilap beludru hitam, pertumbuhan berbulu pada permukaan koloni.C.
lunata dibedakan oleh septate, hifa dematiaceous memproduksi coklat, konidiofor geniculate. The
poroconidia melengkung sedikit kejelas,
melintang septate, dengan selketiga diperluas dari ujung pori koni dia tersebut.
Curvularia dapat dengan mudah dibedakan dari Bipolaris dan Drechslera spp. Sejak konidia non-distoseptate, yaitu, septate dari tepi ketepi dinding konidia. The
teleomorphic keadaan jenis spesies Curvularia lunata adalah Cochliobolus lunatus (Fam. Pleosporaceae, Ord.
Pleosporales, Cla.Loculoascomycetes, Phy. Ascomycota)
Meskipun tidak menimbulkan kerugian yang berarti, jamur ini umumnya terdapat di negara-negara penanam padi. Dari benih yang terinfeksi jamur dapat menyerang semai,
menyebabkan terjadinya hawar semai atau menyebabkan terhambatnya pertumbuhan (Semangun, 1993).
Berikut klasifikasi Curvularia menurut Alexopoulosdan Mims (1979) yaitu
Kingdom :
Myceteae
Divisi :
Amastigomycota
Subdivisi : Deuteromycotina
Class :
Deuteromycetes
Subclass : Hyphomycetidae
Order :
Moniliales
Family :
Dematiaceae
Genus :
Curvularia
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada tanggal 22 februari 2016 pada pukul 14-30 sampai dengan
selesai. Bertempat di laboratorium insectarium jurusan Hama PenyakitTanaman
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Indralaya.
3.2.
Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut, air, ekstrak PDA, ekstrak nimba,pestisida sintetik, cawan
petri, tabung reaksi, gelas ukur, pinset, pengaduk, isolasi,bunsen, alkohol,
autovlave.
3.3.
Metode
Adapun
metode yang digunakan pada praktikum
uji hambat fungisida nabati terhadap curvularia adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan dan 3 ulangan.
3.4.
Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Masukkan 100 ml aquades dan 40 gr ekstrak PDA aduk sampai
homogen
3. Siapkan 6 tabung dengan perlakuan sebagai berikut:
·
Untuk
tabung 1 masukkan ekstrak PDA 95ml + 5ml pestisida sintetik
·
Untuk
tabung 2 masukkan 90 ml PDA + 10 ml pestisida sintetik
·
Untuk
tabung 3 masukkan 85 ml PDA + 15 ml
pestisida sintetik
4. Diberi label setiap perlakuan
5. Kemuadian semua tabung dan alat lainnya dimasukkan di
autovlave
6. Kemudian dinginkan dilaminar airflow
7. Masukkan media ke
cawan petri dan masukkan jamur cuprvularia sp pada media di cawan petri
lalu Sterilkan dengan bunsen di
autoclave
8. Isolasi dengan solasi dan inkubasi selama 2 hari
9. Amati dan ukur perkembangan jamur.
3.4.1.
Persiapan pestisida sintetik
Pestisida yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jamur Culvularia sp adalah pestisida sintetik yang disiapkan oleh asisten
3.5.
Parameter
Adapun
Parameter yang diamati adalah panjang spora jamur Culvularia sp dengan menggunakan mistar.
BAB
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil
Tabel Pengamatan Pestisida Sintetik
Perlakuan
|
Ulangan
|
Hari ke
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
5%
|
1
|
3mm
|
10 mm
|
16 mm
|
20mm
|
22mm
|
2
|
2mm
|
8mm
|
20 mm
|
19mm
|
18mm
|
|
10 %
|
1
|
10mm
|
12mm
|
27 mm
|
29mm
|
31mm
|
2
|
10mm
|
10mm
|
17 mm
|
17mm
|
15mm
|
|
15%
|
1
|
15mm
|
12mm
|
8 mm
|
8mm
|
9mm
|
2
|
9mm
|
9mm
|
7 mm
|
8mm
|
8mm
|
|
control
|
1
|
15mm
|
15mm
|
18 mm
|
15mm
|
14mm
|
2
|
19mm
|
32mm
|
65 mm
|
64mm
|
71mm
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum uji hambat pestisida sintetik terhadap
jamur culvularia sp kali ini
menggunakan empat perlakuan dua ulangan, yaitu perlakuan 5%, 10%, 15% dan
control. Pada perlakuan 5%, pestisida sintetik yang digunakan sebesar 5% yang
di masukkan ke medium PDA sebagai tempat tumbuh jamur. Pada perlakuan 10%
pestisida yang dimasukkan ke medium PDA sebesar 10%, pada perlakuan 15%
pestisida sintetik yang ditambahkan dimedium PDA sebesar 15%, serta menggunakan
perlakuan kontrol untuk membandingkannya.
Pada hasil pengamatan coloni jamur culvularia berbentuk tidak beraturan, setiap hari mengalami
perkembangan, coloni jamur Culvularia berwarna hitam dan banyak ditumbuhi spora.
Jamur menyukai tempat yang lembab serta higinis. Bila pelaksanaan praktikum
tidak higinis maka pertumbuhan jamur akan terganggu dan akan tumbuh bakteri.
Pada pengamatan hari pertama didapat hasil bahwa disetiap
perlakuan berbeda-beda yaitu perlakuan 5% pada setiap ulangan mengalami
perbedaan yang tidak terlalu jauh yaitu dengan panjang 3mm dan 2 mm. Pada
perlakuan 10% pada setiap ulangan tidak terdapat perbedaan yaitu dengan panjang
10mm. Pada perlakuan 15% setiap ulangan terdapat perbedaan hasil yang
signifikan yaitu 15mm dan 9mm, serta hasil perlakuan kontrol panjang koloni
mencapai 15mm dan 19mm.
Pada pengamatan yang kedua didapat hasil bahwa disetiap
perlakuan juga menunjukkan hasil yang berbeda yaitu pada perlakuan 5% didapat
panjang koloni jamur 10mm dan 8mm, pada perlakuan 10% panjang koloni 12mm dan
10mm, pada perlakuan 15% panjang koloni 12mm dan 9mm.Pada pengamatan yang
ketiga panjang koloni menunjukkan peningkatan yaitu pada perlakuan 5% panjang
koloni 16mm dan 20mm, perlakuan 10% panjang koloni 27mm dan 17mm, pada
perlakuan 15% panjang koloni 8mm dan 7mm
Pada pengamatan yang keempat yaitu pada perlakun 5%
panjang koloni 20mm dan 19mm, perlakuan 10% panjang koloni 29mm dan
17mm,perlakuan 15% panjang koloni 8mm dan 8mm. Pada pengamatan yang terakhir
yaitu pada perlakuan 5% panjang koloni 22mm dan 18mm, perlakuan 10% panjang
koloni 31mm dan 15mm, perlakuan 15% panjang koloni 9mm dan 8mm
Disetiap ulangan pada perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda-beda walaupun dalam satu perlakuan hal
tersebut dikarenakan untuk menumbuhkan jamur dibutuhkan kondisi yempat yang
higinis dan jangan terlalu kering. Dimungkinkan pada praktikum kali ini pelaksanaannya
kurang higinis dan juga setiap dosis pestisida yang digunakan juga berpengaruh
terhadap pertumbuhan jamur Culvularia tersebut semakin tinggi dosis pestisida yang
digunakan maka semakin sedikit jamur yang tumbuh pada media tersebut karena
pestisida sintetik merupakan pestisida yang mengandung bahan kimia yang
bisa menghambat pertumbuhan jamur.
BAB
5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1.
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan
lain serta jasad renik dan
virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama.
2.
Penggunaan
pestisida sintetis pada umumnya kurang aman karena dapat merugikan terhadap
kesehatan manusia dan lingkungan
3.
Curvularia adalah hyphomycete (cetakan) jamur yang
merupakan pathogen fakultatif Banyak jenis tumbuhan dan tanah.
4.
Pestisida
sintetik sangat berpengaruh pada panjang jamur culvularia sp
5.
Curvularia muncul sebagai beludru hitam, pertumbuhan berbulu pada permukaan koloni.
5.2. Saran
Adapaun saran dari saya untuk praktikum kedepannya adalah
antara asisten dengan dosen pembimbing harus ada kordinasi yang baik agar
mahasiswa tidak binggung.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous, 2009. Potensi,
Peluang Dan Kendala Pemanfaatan Pestisida sintetik Sinar
Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No.3299.Tahun xxxix. Hal.4
Apriyanto. A. 2009. Kearifan Lokal Penggunaan Pestisida sintetik Dalam Pengendalian Hama Tanaman.
Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No. 3299. Tahun xxxix. Hal.4.
Miller.
2004. Pestisida sintetik.
Ramuan Dan Aplikasi. P.T. Penebar Swadaya. Kardinan A. 2008. Pengembangan Kearifan Lokal
Pestisida Nabati. Sinar Tani Edisi 15 – 21 April 2009. No. 3299. Tahun xxxix.
Hal.5.
Semangun. 2005. Pestisida sintetik.
Pembuatan dan Pemanfaatannya. Swadaya
Wiwin, S., R. Murtiningsih,
N.Gunaeni dan T.Rubiati, 2008. Tumbuhan
Bahan Pestisida Nabati dan cara pembuatannya untuk pengendalian Organisme
Pengganggu Tumbuhan.
http:// balitkabi. litbang.deptan. go.id/index.php/Info- Aktual/MIMBA-
PESTISIDA-NABATI-RAMAHLINGKUNGAN. html diakses pada tanggal 27 Februari 2016
0 komentar:
Post a Comment