Saturday, 23 January 2016

Bahan Laporan Evaluasi Sensoris : Uji Rangking (tulis tangan)

Uji Rangking
Uji ini bisa mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu produk, yaitu untuk mengetahui apakah produk baru sama atau lebih baik dari produk lama. Selain iu juga untuk menentukan contoh terbaik atau produk yang paling digemari konsumen, tujuan utama pemasaran produk itu. Dengan menggunakan uji ranking, uji penjenjangan atau pengurutan ini maka mutu  produk dapat diketahui dan diurutkan. Produk kesukaan konsumen juga bisa diketahui sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang dijadikan patokan dalam proses pembuatan suatu produk (Rahayu, 2001). Uji ranking termasuk pada uji skalar krena hasil pengujian oleh panelis telah dinyatakan dalam besaran kesan dengan jarak (interval) tertentu. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang diuji menurut perbedaan tingkat mutu tingkat sensorik. Jarak atau interval antara jenjang/ranking ke atas dan ke bawah tidak harus sama, misalnya jenjang no. 1 dan 2 boleh berbeda dengan jenjang no. 2 dan 3. Dalam uji penjenjangan/ranking, komoditi diurutkan dan diberi nomor urut. Urutan pertama selalu menyatakan tingkat tertinggi, makin ke bawah nomor urutnya kian besar (Kartika et al ., 1988).

Fungsi dari uji ranking yaitu untuk menentukan urutan sejumlah komoditas atau  produk menurut perbedaan intensitasnya, misalnya tingkat kemanisan atau kerenyahan. Pemberian nomor urut biasanya dimulai dari nomor satu yang menyatakan nilai atau  peringkat tertinggi diikuti peringkat kedua yang mutunya lebih rendah dan seterusnya. Selain itu mengetahui kualitas suatu produk atau komoditi. Secara umum, metode pengujian ranking memiliki beberapa persamaan dengan metode pengujian skoring yaitu kedua metode ini sama-sama memberikan penilaian berupa angka terhadap sampel yang diuji. Menurut Soekarto (1985) uji penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam uji perjenjangan komoditi diurutkan atau diberi nomor urutan, urutan  pertama selalu menyatakan yang paling tinggi. Data penjenjangan tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran, sehingga tidak dapat dianalisa statistik lebih lanjut, tetapi masih mungkin dibuat reratanya. Metode skoring prinsipnya hanya memberikan skor (nilai)  berdasarkan intensitas parameter yang diujikan sebagai contoh tekstur, rasa dan sebagainya, sehingga dapat dianalisa statistik lebih lanjut.
Kartika (1988) mengemukakan bahwa uji rangking dapat digunakan untuk mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan konsumen dan dalam rangka memilih yang terbaik dan menghilangkan yang terjelek. Uji rangking dapat menggunakan penelis terlatih untuk uji rangking pembedaan dan panelis tidak terlatih untuk uji rangking kesukaan. Ranking adalah suatu proses pengurutan dua sampel atau lebih berdasarkan intensitas atau derajat atribut yang dirancang atau menurut tingkat kesukaan produk dalam rangka memilih yang terbaik atau menghilangkan yang terjelek,dengan maksud untuk menambah atau mengurangi jumlah suatu atribut, kualitas secara keseluruhan atau respon pada saat yang sama (Nur Aini dkk, 2013).
Uji ranking pada umumnya dilakukan untuk menentukan urutan sejumlah komoditas atau produk yang berbeda intensitas sifatnya. Selain itu juga, uji ranking dapat digunakan untuk memperbaiki mutu produk dan memilih contoh yang terbaik. Dalam uji ranking,  panelis diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut intensitas mutu sensorik. Sampel diberi nomor urut dari intensitas mutu sensorik. Dari segi jumlah contoh yang disajikan, uji peringkat mirip dengan uji skor dan uji skala, namun dari segi penginderaan mirip dengan uji pembandingan (Anonim, 2013).
Uji ranking mempunyai kemudahan bagi panelis yaitu dalam memahami instruksi dan merespon, setelah panelis mengenal sifat indrawi yang diujikan. Kelebihan lainnya yaitu  bahwa data responnya sudah merupakan data kuantitatif yang kemudian dapat dilakukan  berbagai cara menurut keperluan akuasinya. Uji ranking mempunyai kelemahan yaitu terbatasnya jumlah contoh yang dapat diuji. Membuat peringkat sampai 6 sampel masih mudah bagi panelis, tetapi apabila jumlah sampel lebih dari 6, panelis akan mengalami kesulitan (Nur Aini dkk, 2013).
Keuntungan dari uji rangking adalah cepat, dapat digunakan untuk bermacam-macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh baku atau tidak, dan memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua contoh pada rank yang sama. Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat perbedaan. Contoh, nilai satu set data tidak dapat dibandingkan langsung dengan nilai yang sama pada set data lain dan bila terdapat  perbedaan yang kecil panelis merasa harus membedakan contoh yang dianggap identik, sehingga dapat menyebabkan inkonsistensi pada uji rangking (Oktrafina, 2010).


Share:

0 komentar:

Post a Comment