Uji Rangking
Uji ini bisa mengukur pengaruh
proses baru terhadap mutu produk, yaitu untuk mengetahui apakah produk baru
sama atau lebih baik dari produk lama. Selain iu juga untuk menentukan contoh
terbaik atau produk yang paling digemari konsumen, tujuan utama pemasaran
produk itu. Dengan menggunakan uji ranking, uji penjenjangan atau pengurutan
ini maka mutu produk dapat diketahui dan diurutkan. Produk kesukaan
konsumen juga bisa diketahui sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu
produk inilah yang dijadikan patokan dalam proses pembuatan suatu produk
(Rahayu, 2001). Uji ranking termasuk pada uji skalar krena hasil pengujian
oleh panelis telah dinyatakan dalam besaran kesan dengan jarak (interval)
tertentu. Dalam uji ini panelis diminta membuat urutan contoh-contoh yang diuji
menurut perbedaan tingkat mutu tingkat sensorik. Jarak atau interval antara
jenjang/ranking ke atas dan ke bawah tidak harus sama, misalnya jenjang no. 1
dan 2 boleh berbeda dengan jenjang no. 2 dan 3. Dalam uji penjenjangan/ranking,
komoditi diurutkan dan diberi nomor urut. Urutan pertama selalu menyatakan
tingkat tertinggi, makin ke bawah nomor urutnya kian besar (Kartika et
al ., 1988).
Fungsi dari uji ranking
yaitu untuk menentukan urutan sejumlah komoditas atau produk menurut
perbedaan intensitasnya, misalnya tingkat kemanisan atau kerenyahan. Pemberian
nomor urut biasanya dimulai dari nomor satu yang menyatakan nilai atau
peringkat tertinggi diikuti peringkat kedua yang mutunya lebih rendah dan
seterusnya. Selain
itu mengetahui kualitas suatu produk atau komoditi. Secara umum, metode
pengujian ranking memiliki beberapa persamaan dengan metode pengujian skoring
yaitu kedua metode ini sama-sama memberikan penilaian berupa angka terhadap sampel yang diuji. Menurut Soekarto (1985) uji penjenjangan jauh
berbeda dengan uji skor. Dalam uji perjenjangan komoditi diurutkan atau diberi
nomor urutan, urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi. Data
penjenjangan tidak dapat diperlakukan sebagai nilai besaran, sehingga tidak
dapat dianalisa statistik lebih lanjut, tetapi masih mungkin dibuat reratanya. Metode skoring prinsipnya hanya
memberikan skor (nilai) berdasarkan intensitas parameter yang diujikan
sebagai contoh tekstur, rasa dan sebagainya, sehingga dapat dianalisa statistik
lebih lanjut.
sumber : http://www.academia.edu/7289141/142427964-Ranking-Juju fitria meilia 2013
Kartika (1988) mengemukakan bahwa uji rangking
dapat digunakan untuk mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan konsumen dan
dalam rangka memilih yang terbaik dan menghilangkan yang terjelek. Uji rangking dapat menggunakan penelis terlatih untuk uji rangking pembedaan dan panelis tidak
terlatih untuk uji rangking kesukaan. Ranking adalah suatu proses pengurutan
dua sampel atau lebih berdasarkan intensitas atau derajat atribut yang
dirancang atau menurut tingkat kesukaan produk dalam rangka memilih yang
terbaik atau menghilangkan yang terjelek,dengan maksud untuk menambah atau
mengurangi jumlah suatu atribut, kualitas secara keseluruhan atau respon pada
saat yang sama (Nur Aini dkk, 2013).
Uji ranking pada umumnya dilakukan untuk
menentukan urutan sejumlah komoditas atau produk yang berbeda intensitas
sifatnya. Selain itu juga, uji ranking dapat digunakan untuk memperbaiki mutu
produk dan memilih contoh yang terbaik. Dalam uji ranking, panelis
diminta untuk mengurutkan sampel yang diuji menurut intensitas mutu sensorik.
Sampel diberi nomor urut dari intensitas mutu sensorik. Dari segi jumlah contoh
yang disajikan, uji peringkat mirip dengan uji skor dan uji skala, namun dari
segi penginderaan mirip dengan uji pembandingan (Anonim, 2013).
Uji ranking mempunyai kemudahan bagi panelis yaitu dalam memahami
instruksi dan merespon, setelah panelis mengenal sifat indrawi yang diujikan.
Kelebihan lainnya yaitu bahwa data responnya sudah merupakan data
kuantitatif yang kemudian dapat dilakukan berbagai cara menurut keperluan
akuasinya. Uji ranking mempunyai kelemahan yaitu terbatasnya jumlah contoh yang
dapat diuji. Membuat peringkat sampai 6 sampel masih mudah bagi panelis, tetapi
apabila jumlah sampel lebih dari 6, panelis akan mengalami kesulitan (Nur Aini
dkk, 2013).
Keuntungan dari uji rangking adalah cepat, dapat digunakan untuk
bermacam-macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh baku atau
tidak, dan memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua contoh pada
rank yang sama. Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat
perbedaan. Contoh, nilai satu set data tidak dapat dibandingkan langsung dengan
nilai yang sama pada set data lain dan bila terdapat perbedaan yang kecil
panelis merasa harus membedakan contoh yang dianggap identik, sehingga dapat
menyebabkan inkonsistensi pada uji rangking (Oktrafina, 2010).
http://www.academia.edu/5371066/Laporan_Evaluasi_Sensori_Uji_RANKING
Andriana Jumiharti Lestari 2013
0 komentar:
Post a Comment