LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGANTAR
TEKNOLOGI PERTANIAN
FIELD TRIP PAGAR ALAM
BAYU APRILIAWAN
05031181320023
TEKNOLOGI
HASIL PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia
adalah negar agraris terbesar didunia dan juga
merupakan salah satu negara yang memiliki pegunungan dan bukit-bukitan,
sebagian besar pegunungan diindonesia ada yang masih aktif. Indonesia merupakan
wilayah pegunungan, dan perbukitan perlu kita ketahui bahwa wilayah seperti ini
baik untuk ditanami tanaman perkebunan karena suhu atau iklim diindonesia
sangat rendah atau dingin, contoh tanaman perkebunan teh dan kopi. Perkebunan
teh dapat hidup dengan baik jika suhunya rendah atau dingin begitu juga dengan
kopi.
Sumatera Selatan merupaka salah satu provinsi yang memiliki potensi
pertanian yang menjajnjikan diindonesia. .Disumatera selatan sendiri Pertanian
semakin lama semakin berkembang. Hal ini seiring dengan berkembangnya teknologi
yang semakin maju. Dalam pertanian terdapat ilmu yang mempelajari tentang
pertanian dan kaitannyadengan teknologi yang disebut dengan teknologi
pertanian. Teknologi pertanian mempelajari tentang penggunaan teknologi dalam
bidang pertanian. Dalam pertanian terutama bidang teknologi pertanian mempunyai
ruang lingkup tersendiri, antara lain prapanen, pasca panen, dan teknik
pengolahan hasil.
Kota Pagar Alam adalah suatu perluasan dari
status nya atas adminitrative kota besar dibawah Kabupaten Lahat. Pagar alam terdiri dari lima daerah
dengan 695.262 Km area dengan populasi 115.304 orang dan dengan penghasilan utama
kota ini aadalah the dan kopi. Di bidang teknologi pertanian dipagar alam kami juga
mempelajari tentang alat-alat dan mesin pertanian serta cara pengolahan hasil
pertanian tersebut hingga dapat digunakan. Penggunaan alat-alat mekanis dan
mesin pertanian ditujukan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan lebih
baik.
1.2. Tujuan
Tujuan
diselenggarakannya fieldtrip ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui kegiatan panen dan pascapanen dari teh dan kopi.
2.
Untuk
mengetahui kegiatan serta tahapan pembuatan teh dan kopi.
3.
Mengetahui
aplikasi alat – alat pertanian serta kegunaannya.
4.
Sebagai
salah satu syarat untuk lulus pada mata kuliah Pengantar Teknologi Pertanian.
BAB 2
TINJAUAN
PUSTAKA
Teh adalah tanaman yang menjadi bahan dasar minuman
yang cukup popular diindonesia bahkan di mancanegara. Teh
yang berasal dari tanaman teh dibagi menjadi 4 kelompok: teh
hitam, teh
oolong, teh
hijau, dan teh
putih.Istilah "teh" juga digunakan
untuk minuman yang dibuat dari buah, rempah-rempah atau tanaman obat lain yang
diseduh, misalnya, teh rosehip,
camomile,
krisan
dan Jiaogulan.
Teh yang tidak mengandung daun teh disebut teh
herbal.Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin
dan antioksidan
dengan kadar lemak, karbohidrat
atau protein
mendekati nol persen.
Teh pertama kali masuk ke
Indonesia tahun 1684, berupa biji teh (diduga teh sinensis) dari Jepang
yang dibawa oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Andreas
Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Batavia.
F. Valentijn, seorang rahib, juga melaporkan tahun 1694, bahwa ia melihat
tanaman teh sinensis di halaman rumah gubernur jenderal VOC, Camphuys,
di Batavia.Pada abad ke-18 mulai berdiri pabrik-pabrik pengolahan (pengemasan)
teh dan didukung VOC.
Setelah berakhirnya pemerintahan Inggris di Nusantara, pemerintah Hindia Belanda
mendirikan Kebun
Raya Bogor sebagai kebun
botani (1817). Pada tahun 1826 tanaman teh
melengkapi koleksi Kebun Raya, diikuti pada tahun 1827 di Kebun Percobaan
Cisurupan, Garut, Jawa Barat. Dari sini dicoba penanaman teh dalam skala luas
di Wanayasa
(Purwakarta) dan lereng Gunung
Raung (Banyuwangi).
Teh
kering olahan dari Jawa tercatat pertama kali diterima di Amsterdam
tahun 1835. Setahun berikutnya, dilakukan swastanisasi perkebunan teh. Teh
jenis assamica mulai masuk ke
Indonesia (Jawa) didatangkan dari Sri Lanka (Ceylon) pada tahun 1877, dan
ditanam oleh R.E. Kerkhoven di kebun Gambung, Jawa Barat (sekarang menjadi
lokasi Pusat
Penelitian Teh dan Kina. Karena sangat cocok
dan produksinya lebih tinggi, secara berangsur pertanaman teh sinensis diganti dengan teh assamica, dan sejak itu pula
perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910 mulai
dibangun perkebunan teh pertama di luar Jawa, yaitu di daerah Simalungun,
Sumatera Utara.
Teh
sebagai bahan minuman, agar tetap digemari konsumen harus mempunyai mutu yang
tinggi dan selalu konstan. Untuk memperoleh hasil yang baik harus sesuai dengan
prinsip-prinsip pengolahan teh yang benar seperti melaksanakan pengendalian
yang ketat dalam setiap langkah-langkah pengolahan. Mutu hasil kerja pengolahan
teh hitam pada saat ini masih perlunya peningkatan dan keseragaman pedoman
pengolahan dari setiap tahapan proses pengolahan teh hitam CTC agar diperoleh
hasil dengan mutu yang seragam (PTP Nusantara VII, 1996).
Saat
ini sudah banyak produk teh yang disajikan dalam bermacam-macam bentuk seperti
teh kering yang dalam kemasan (teh celup), teh instant, air teh yang dikemas
yang rasanya dapat berupa rasa teh asli dan penambahan rasa dari buah yang
banyak menarik minat dari masyarakat pada saat ini.Tanaman teh
karena berasal dari sub tropis, maka cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis
besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kecocokan iklim dan tanah.
ü Faktor iklim
Faktor
iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar 13 - 15
derajat C, kelembaban relatif pada siang hari > 70%, curah hujan tahunan
tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm
tidak lebih 2 bulan. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi
pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu
mencapai 30 derajat C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat.
Pada
ketinggian 400 – 800 m kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau
sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu
tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar
dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin
yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi
kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.
ü Tanah
Tanah
yang cocok untuk pertumbuhan tanaman teh adalah tanah yang serasi. Tanah yang
serasi adalah tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak terdapat
cadas dengan derajat keasaman 4,5 – 5,6. Tanah yang baik untuk pertanaman teh
terletak di lereng-lereng gunung berapi dinamakan tanah Andisol. Selain Andisol
terdapat jenis tanah lain yang serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik.
Kedua jenis tanah ini terdapat di daerah yang rendah di bawah 800 m dpl.
Dalam
rangka pembukaan dan pengelolaan kebun perlu dilakukan survei terhadapa kondisi dan kualitas tanah pada lingkungan
yang akan ditanamai.hal ini bertjuan agar
kualitas dan kondisi tanah diketahui klasifikasi
kesesuaian tanah dan kemampuan lahan.apakah
tanah ini jenis Andisol terdapat jenis tanah lain yang
serasi bersyarat, yaitu Latosol dan Podzolik Kesesuaian tanah yang ada dibagi
kedalam kategori I, II, dan III. Sedangkan kemampuan lahan menghasilkan peta
yang berisi kemiringan lahan, ketebalan tanah, peta kemampuan lahan dan peta
rekomendasi penggunaan lahan.
Elevasi
Sepanjang
iklim dan tanah serasi bagi pertanaman teh, elevasi tidak menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan tanaman teh. Terdapat kaitan antara elevasi dan unsur
iklim seperti suhu udara. Makin rendah elevasi pertanaman, suhu udara akan
makin tinggi. Oleh sebab itu pada daerah rendah diperlukan pohon pelindung
untuk mempengaruhi suhu udara menjadi lebih rendah sehingga tanaman teh tumbuh
baik. Menurut keserasian elevasi di Indonesia terdapat tiga daerah, yaitu:
1.
Daerah rendah < 800 m di atas permukaan laut
2.
Daerah sedang 800 – 1.200 m di atas permukaan laut
3.
Daerah tinggi > 1.200 m di atas permukaan laut
Pengaruh
suhu udara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman teh sehingga mutu
yang dihasilkan tergantung dari tempat teh itu ditanam. Umumnya aroma teh yang
dihasilkan pada daerah tinggi lebih baik daripada daerah rendah. Perkebunan teh
di Indonesia terdapat pada keserasian elevasi cukup luas, sekitar 400-2000 m .
2.2. Kopi (Coffeae sp.)
Kopi
telah dicatat sejauh pada abad ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di Ethiopia,
dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi. Akan
tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun telah
meluas sampai ke Afrika Utara danbiji kopi disana ditanam secara massal. Dari
Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asiasampai pasaran Eropa dan
ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar.
Ditahun
1696,Gubernur Belanda di Malabar mengirimkan biji kopi ke Gubernur Belanda di
Batavia,pengiriman pertama hilang karena banjir yang terjadi di Batavia,
pengiriman kedua dilakukantahun 1699.Eksport kopi pertama dilakukan tahun 1711
oleh VOC, dalam tempo 10 tahun eksportmeningkat sampai 60 ton/tahun, Indonesia
adalah tempat perkebunan pertama diluar Arabia danEthiopia dan VOC memonopoli
perdagangan kopi ini dari tahun 1725 sampai 1780. Ditahun1700an harga kopi yang
dikirim dari Batavia sekitar 3 Guilder/kg di Amsterdam dan itu samadengan
beberapa ratus USD/Kg dengan kurs saat ini, harga kopi memang sangat mahal saat
itu.Akhir abad 18 harga kopi mulai turun menjadi 0.6 Guilder/Kg sehingga kopi
bisa diminum untuk kalangan yang lebih luas lagi.
Saat
ini ada beberaapa varietas kopi arabica di Indonesia yaitu
: Typica – ini tanaman yang aslinya dibawa oleh Belanda dan
sebagian besar hancurditahun 1880s, saat penyakit daun kopi menyerang
Indonesia, tetapi di Bergandal danSidikalang, varieties Typica masih bisa
ditemukan terutama ditempat dataran tinggi.Hibrido de Timor (HDT) – dikenal
juga dengan varietas “TimTim”, persilangan antara arabica dan robusta, pertama
diambil tahun 1978 di Timor Timur lalu ditanam di Acehtahun 1979.
Linie S – Varietas
ini dikembangkan di perkebunan Bourbon, India dan jenis yangterkenal adalah
S-288 dan S-795, bisa ditemukan di Lintong, Aceh, Flores dan daerahlain.Ethiopian lines – Menyebar di
Jawa tahun 1928 lalu juga ke Aceh. Varietas dari Ethiopia lain yang ditemukan
di Sumatra ada yang disebut “USDA”.
Catimor lines – Persilangan
antara Arabica dan Robusta sangat kurang aromanya. Tetapi pada jenis Catimor
yang terkenal yaitu “Ateng-Jaluk”. Riset juga menunjukan bahwa varietas lokal
catimor di Aceh menghasilkan karakteristik kopi yang sangat baik.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Produksi dan Mutu Kopi Arabika
Produksi dan mutu kopi arabika
dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara garis besar dapat dipilahkan menjadi
5 macam, yaitu:
1.
bahan tanam (varietas)
ü secara
genetik bahan tanam memiliki perbedaan potensi mutu, daya hasil, dan
sifat-sifat lain. penanaman kopi arabika sebaiknya menggunakan bahan tanam yang
memiliki potensi mutu baik, dayahasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit
utama, dan sifat-sifat baik lainnya.
ü Bahan
tanam yang digunakan sebaiknya berasal dari sumber benih yang resmi agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
ü Bibit
kopi hendaknya dipersiapkan dengan baik dan hendaknya hanya bibit-bibit yang
baik saja untuk ditanam dikebun.
2.
Faktor alam
ü Penanaman
kopi arabika dianjurkan pada ketinggian 1000 m dpl atau lebih. penanaman pada
ketinggian kurang dari 1000 m dpl biasanya mutu citarasanya kurang bagus dan
tingkat serangan hama dan penyakit lebih tinggi.
ü Curah
hujan yang terlalu tinggi akan dapat mengganggu penyerbukan dan seringkali
menyebabkan terjadinya keguguran buah muda - Intensitas awan yang telalu tinggi
dapat mempengaruhi mutu citarasa kopi arabika karena proses penjemuran terlalu
lambat
ü Di
beberapa daerah seringkali ada gangguan angin kencang yang berakibat pada
keguguran daun dan buah - Di beberapa tempat di Indonesia (misalnya di Jawa
Timur ) kadang-kadang perkebunan diserang oleh embun upas (frost) pada malam
hari yang menyebabkan kerusakan tanaman yang cukup parah ( daun dan ranting
mengering)
3.
Faktor Pengelolaan (Manajemen) Kebun kopi
ü Pengelolaan
kebun yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh sehat dan akan berakibat
pada produksi tinggi serta mutu buah kopi merah yang baik
ü Pengelolaan
tanaman yang baik perlu diawali dengan persiapan tanaman yang baik mulai dari
tata tanam, penanaman penaung, pembuatan lubang tanam, pembuatan teras pada
lahan miring, dll. Persiapan tanam sebaiknya dilakukan setahun sebelum bibit
kopi ditanam di lapangan.
ü Penanaman
bibit kopi hendaknya dilakukan dengan baik dan pada saat yang tepat agar bibit
yang ditanam dapat tumbuh baik dan tidak mengalami cekaman kekeringan setelah
ditanam.
ü Pemangkasan
tanaman kopi dilakukan dengan baik yaitu mulai pangkas bentuk, pangkas lepas
panen, pangkas tunas air, dan pangkas cabang-cabang yang tidak bermanfaat
(misalnya: cabang balik, cabang cacing, cabang lemah, cabang terserang hama dan
Penyakit, dll).
ü Pengelolaan
kesuburan tanah perlu dilakukan dengan baik yaitu dengan mencegah terjadinya
erosi tanah (khususnya pada lahan miring), Pembuatan lubang angin, pemupukan
serta pencangkulan untuk membersihkan dan membenamkan gulma.
ü Pengendalian
hama dan penyakit tanaman dilakukan secara teratur dan terpadu dengan
mengutamakan cara pencegahan daripada cara pemberantasan.
ü Pengendalian
gulma dilakukan secara teraturdan Pemangkasan penaung perlu dilakukan secara
teratur agar tanaman kopi dapat memperoleh sinar matahari dalam jumlah cukup
Cara
Panen
ü Cara
panen sangat menentukan mutu kopi yang akan dihasilkan dan Panen sebaiknya
dilakukan secara teratur dan hanya buah-buah yang masak optimal saja yang
dipetik
ü Setelah
panen selesai perlu dilakukan pemisahan buah-buah hijau, kuning, keriput, dan
kering. buah-buah ini akan dapat menimbulkan cacat fisik biji kopi dan cacat
rasa setelah kopi diseduh
Cara
Penanganan Pasca Panen
ü Buah
hasil panen yang sudah dipisahkan dari buah-buah kurang bagus agar langsung
dilakukan pengelupasan kulit buah menggunakan mesin penggiling kopi (pulper)
ü Sebelum
dilakukan penggilingan agar buah dirambang terlebih dahulu, buah yang mengapung
dipisahkan dan diolah sendiri.
ü Tidak
boleh menyimpan buah merah, karena kulit buah akan membusuk dan menimbulkan
cacat rasa bau busuk atau basi (fermented, stinker) pada kopi seduhan.
ü Penjemuran
harus dilakukan dengan bersih dan sehat, gunakan alas untuk penjemuran (misal:
para-para, terpal plastik, anyaman bambu, dll) jaga agar kopi tidak berjamur
pada saat penjemuran karena dapat menimbulkan cacat citarasa.
ü Karung
yang digunakan untuk biji kopi harus bersih, bebas dari kotoran dan bau-bau
asing Jika dilakukan penyimpanan biji kopi hendaknya dilakukan pada ruangan
bersih dan bebas dari bau-bau asing. Kadar biji yang disimpan hendaknya telah
mencapai 12-13% atau kurang agar tidak berjamur selama penyimpanan, karena jamur dapat menimbulkan
cacat Tipe kopi
Ada
dua tipe kopi, yang dihasilkan oleh dua jenis tumbuhan yang berbeda:
A.
Arabika
Arabika adalah kopi jenis tradisional, dan kopi
yang dianggap paling enak rasanya adalah jenis Robusta memiliki kafein
yang lebih tinggi dapat dikembangakan dalam lingkungan di manaArabika tidak
akan bisa tumbuh, dan membuatnya menjadi pengganti Arabika yang murah.Robusta
biasanya tidak dinikmati sendiri, dikarenakan rasanya yang pahit dan asam.
Robusta kualitas tinggi biasanya digunakan dalam beberapa campuran espresso.
Kopi Arabika biasanya dinamakan oleh dermaga di mana mereka diekspor, dua yang tertua
adalah Mocha dan Jawa.
B. Robusta
Kopi Robusta mulai diperkenalkan di
Indonesia ditahun 1900an untuk pengganti kopiarabica yang hancur saat terjadi
penyakit tumbuhan menyerang tanaman kopi arabica,kopi robusta yang lebih tahan
terhadap hama dianggap sebagai alternatif yang tepat terutama untuk perkebunan
kopi didaerah dataran rendah. Perdagangan
kopi modern lebih spesifik tentang dari mana asa lmereka, melabelkan kopi atas
dasar negara, wilayah, dan kadang kala ladang pembuatnya. Satu jenis kopi
yang tidak biasa dan sangat mahal harganya adalah sejenis Arabica dan robusta
di Indonesia yang dinamakan kopi luwak.
Pada buah yang masih muda kulit luar berwarna hijau tua dan
berangsur-angsur berubah menjadi merah sampai hitam pada buah yang telah masak.
Dalam keadaan yang sudah masak, daging buah akan berlendir dan rasanya agak
manis.
BAB 3
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1.
Tempat
Pelaksanaan
kunjungan lapangan (fieldtrip) dilakukan di Pagar Alam dengan tujuan perjalanan
sebagai berikut :
1. PTPN7
Nusantara di Gunung Dempo
2. Pabrik
pengolahan kopi.
3.2.
Waktu
Kunjungan
lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 14 November – 16 November 2014. Dengan
jadwal kunjungan sebagai berikut :
1. Pada
tanggal 15 November 2014 : kunjungan pertama ke PTPN7 Gunung Dempo. (Pabrik dan
kebun teh)
2. Tanggal
16 November 2014 : kunjungan kedua ke
pabrik pengolahan kopi.
3.3.
Cara kerja
3.3.1. Pabrik
Kopi
1.Biji kopi yang telah dipetik
dikeringkan dibwah sinar matahari
2.Lalu biji kopi dimasukkan kedalam alat
penyanggraian
3.Mesin dihidupkan dan kemudian mesin
berputar. Suhu panas terjadi akibatadanya panas yang berada dibawah mesin yaitu
dengan suhu 180 oC
4.Biji kopi yang telah berkurang kadar
airnya kemudian dimasukkan kedalam mesinpenghancur kopi
5.Bubuk kopi kemudian dipanaskan di oven
khusus
6.Setelah itu bubuk kopi didinginkan
didalam wadah
7.Setelah dingin bubuk kopi siap untuk
dikemas
4.
Kebun PTPN7
1.Pemotongan daun teh
PTPN7 menggunakan mesin dengan kapasitas 5 pekerja
2.dijalankan dengan
perlahan diatas pucuk teh yang akan dipetik
3.Mesin memotong pucuk
teh dan ditangkap dengan balon khusus
5.
Pabrik PTPN7
1.Teh yang telah dipetik dikeringkan
2.Setelah dikeringkan teh kemudian
digiling dengan mesin penggilingan
3.Teh yang telah digiling kemudian
diayak dengan pengayakan sampai tertinggalbadak atau sisa teh yang tidak dapat
digunakan
4.Kemudian teh dikeringkan kembali agar
kadar air berkurang
5.Setelah itu dilakukan pensortiran pada
teh
6.Tahap akhir teh yang telah disortir
dikemas sesuai dengan jenis dan mutu teh
BAB 4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang didapatkan pada Fieldtrip ke Pagar ala
mini adalah sebagai berikut:
1. Pabrik Kopi Pada pabrik kopi didapatkan pengalaman
mengenai cara pengolahan kopi dan jenis-jenis kopi
yang berkualitas.
2. Kebun teh PTPN7 Pada kebun teh PTPN7 didapatkan
bagaimana cara memetik teh,macam-macam daun teh menggunakan mesin, cara
pemeliharan teh dan jenis teh yang baik untuk dikonsumsi.
3. Pabrik PTPN VII ( Pengolahan
Teh Perkebunan Nusantara VII ) , disini para praktikan di perkenalkan tentang
apa saja yang berkaitan dengan budidaya teh, disini juga di jelaskan mulai dari
sejarah teh hingga teknologi yang di gunakan saat ini.
Pada Fieldtip ini dilakukan beberapa
kali kunjungan pada tempat yang berbeda-bedayaitu sebagai berikut :
4.1.1.
Pabrik Pengolahan Teh PTPN7.
Pengolahan
teh perkebunan nusantara 7 atau yang lebih dikenal dengan nama
pabrik PTPN7 adalah salah satu perkebunan teh terbesar di Indonesia yang
telah berdiri sejak tahun1929. Pabrik ini memiliki luas lahan sekitar 1430
hektar dengan umur tanaman 1929-2009.Pabrik ini merupakan salah satu dari
pabrik PTPN yang tersebar di Indonesia. Kebun teh PTPN7 terletak pada
ketinggian 1000-2000m diatas permukaan laut. Dalam sehari pabrik ini
mampumemproduksi sebanyak 80 ton pucuk daun teh segar. Pengambilan daunt eh
pada pabrik inimenggunakan cutting maching yaitu alat untuk memotong pucuk daun
teh segar. Pada PTPN 7terdapat rotasi pengambilan teh. Rotasi yang dimaksud
adalah pengambilan pucuk daun teh secara bergiliran. Umumnya umur petik
berkisar 60 hari. Ada beberapa kriteria daun pucuk tehyang baik untuk dipanen
yaitu :
a. Umur daun teh 60 hari
atau lebih
b. Merupakan jenis P+3,
atau P+4 atau yang biasa disebut pekkoc.
c. Berwarna hijau segar pemeliharaan kebun
teh PTPN7 dilakukan baik secara manual maupun menngunakankimia. Untuk manual
digunakan arit untuk memotong pinggir-pinggiran daun teh yang tidak akan
dipetik. Pemotongan dilakukan agar daun teh yang berada dipinggir tidak tinggi
keatassehingga pengabilan pucuk daun teh dapat dilakukan secara merata. Untuk
secara kimiadilakukan menggunakan zat kimia untuk melindungi dari gangguan hama
seperti zat ron-up. Pemotongan juga dimaksudkan untuk memotong cabang-cabang
yang tidak berguna aga rkualitasnya tetap terjaga. Tahun pangkas biasanya 1
tahun dengan tinggi pemangkasan 5 cm danbertambah 5 cm setiap tahunnya sampai
pada pangkasan 70 cm.Pemeliharaan teh PTPN7 juga didukung oleh pemberian zat
penambah pertumbuhan seperti NPK dengan waktu pengaplikasian 1 tahun sekali.
PTPN7 tidak pernah melakukan pemangkasan secara manual lagi. Hal ini disebabkan
karena pemangkasan secara manual tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
produksi meskipun kualitas pemetikan lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan mesin Seiring berjalannya waktu PTPN7 telah berkembang,
contohnya pada penanaman teh. Sekarang hanya sekitar 10% teh pada lahan PTPN7
adalah teh hasil penanaman tahun 1992 yaitu pada ketinggian 2000m. PTPN7
memiliki ciri khas teh pegunungan yaitu teh hitam.
Teh
PTPN7 memiliki 17 jenis teh
yang berbeda mutu dan kualitasnya. Dalam penentuan mutu, ada tiga hal yang
dapat di jadikan parameter :
a.Penampakan
luar teh
b.Sifat
dalam teh
c.Ampas
seduhan teh (dengan warna kuning tembaga yang bagus)
proses pembuatan teh yaitu :
1.
Penyediaan pucuk daun segar
2.
Pelayuan (Withering)
Pada
tahap ini terdiri dari beberapa langkah :
Pucuk
disebar sampai palung penuh dengan ketebalan ± 30 cm, dan udara segar
segeradialirkan untuk menghilangkan panas dan air pada pucuk dengan pintu
palung terbuka.Setiap selesai membeberkan pucuk dalam satu palung, pintu palung
ditutup dan udaraterus dialirkan.
Pengaturan
udara
Udara
yang baik untuk digunakan dalam proses pelayuan adaah udara yang bersih dengankelembaban
rendah (60% - 75%), suhu tidak melebihi 280C, dan volume yang cukupsesuai
dengan kapasitas palung. Untuk memperoleh suhu udara yang diharapkan,diperlukan
mesin pemanas (heat exchanger ).
Kapasitas palung
pelayuan : Berdasarkan luas
hamparan, palung pelayuan dapat menampung 20-35 kg pucuk segar.
Tingkat
pucuk layu
Tingkat
layu pucuk dinyatakan dalam bentuk persentase layu dan derajat layu.
Tingkatlayu pucuk yang baik adalah 44% - 46% dengan toleransi perbedaan dari
hari ke haritidak lebih dari 2% - 3%, disertai dengan hasil layu yang rata.
Lama
pelayuan Lama
pelayuan berkisar antara 14 – 18 jam 3 Penggulungan,
Penggilingan, dan Sortasi Basaha.
Penggulungan
(Rolling)
Dengan
adanya penggulungan, secara fisik daun yang digulung akan memudahkan tergiling
dalam proses penggilingan. Alat yang digunakan dalam penggulungan adalah Open
Top Roller (OTR) dengan lama penggulungan 30 – 40 menit. Jenis alat
lain yang sering digunakan adalah :
Conditiner Roller: Penggilingan dengan penggilingan, maka
gulungan akan tergiling menjadi partikel kecil, sesuaidengan yang dikehendaki
konsumen. Pada penggilingan, cairan sel keluar maksimal, dandihasilkan bubuk
basah sebanyak-banyaknya.
Sortasi
Bubuk Basah Bertujuan untuk memperoleh bubuk yang seragam, memudahkan sortasi
kering, serta memudahkan pengaturan proses pengeringan. Mesin yang digunakan
adalah :
Rotary Ball Breaker
yang memasang ayakan dengan mesh (jumlah lubang per
inchi) berbeda dengan jenis bubuk yang diinginkan.4. FermentasiFermentasi
dipengaruhi oleh kadar air dalam bahan (hasil sortasi basah), suhu
dankelembaban relatif, kadar enzim, jenis bahan, dan ketersediaan oksigen.
Selama proses ini,pada bubuk dihasilkan substansi theavinianin dan thearubigin yang
akan menentukan sifat air seduhan.
5.
Pengeringan
Daun teh selanjutnya dikeringkan. Pengeringan daun teh
menggunakan mesin agar suhu yang dihasilkan stabil dan menghasilkan kualitas
teh yang baik. Daun teh dikeringkan oleh mesin pengering dengan suhu sekitar
49°C kurang lebih selama 20 menit sampai kadar air dalam daun teh mencapai 2-3
persen.
6. Sortasi
Pada Proses sortasi
dilakukannya pemilihan, Yakni pemilihan kualitas the yang bagus. Dimana
pemilihan The dilakukan dengan memakai sistem Grade. Dimana Grade satu adalah
kualitas yang paling bagus, Gade dua dan tiga adalah kualitas sedang. Pada
Grade 1 biasanya silakukannya ekspor ke negara negara luar seperti : Hongkong,
Malaysia, wilayah kota pagar alam dan lain2. Grade 1 biasa disebut BOPF, Grade
dua disebut BOP sedangkan Grade tiga adalah Dust. Cara membedakan yang mana
grade satu, Grade dua dan grade tiga adalah dengan cara memegangnya, dmana kita
merasakan kehalusan pada the tersebut, biasanya the yang paling halus adalah
the pada Grade satu.
Untuk grade dust biasanya banya diekspor
ke negara Timur tengah,Hongkong,
Malaysia, Dan Disekitar Pagar Alam. Sedangkan untuk grade BOP dan BOPF biasanya diekspor ke negara-negara
eropa. Setiap harinya dalam 1 minggu dari setiap grade teh harus dibandingkan,
gunanya adalah untuk melihat apakah terjadi perubahan atau perbedaan hasil,
yang mengacu pada kesalahan proses. Penampakan teh tidak boleh tercampur
antara satu grade dengan grade yang
lainnya.
7. Packing
Dalam proses pembuatan teh dihasilkan 3
grade 1 grade untuk diexport keluar negeri khususnya eropa dan arab saudi dan 2
grade dijual kepasar lokal ciri khas teh
hitam dempo. Diwilayah Pagar Alam mendapat kan Grade 1. Pengepakan dilakukan setiap jam agar dapat
dihitung kualitas dan kuantitasnya. Teh dibungkus dengan aluminium foil atau
degan kertas untuk teh celup. Berat maksimal pada pengemasan adalah
dibawah 50 kilogram. Pada the yang telah dikemas menggunakan aluminium foil
memiliki daya tahan atau daya simpan maksimal 5 tahun. Pemackingan dilakukan
Berdasarkan jumlah permintaan konsumen.
4.1.2. Kopi
Pabrik
kopi Pagar alam selain terkenal akan tehnya juga terkenal akan produksi
kopinya. Pada Fieldtrip ini kunjungan ke pabrik kopi yaitu ke pabrik kopi yang
terletak di Jalan kombes H. 23 Umar No. 90, dengan pemilik H. Endik. Kopi pada
pabrik ini memiliki dua hasil produksi yaitukopi hitam biasa dan kopi luwak.
Proses pemilihan kopi dimulai dari pemilihan kopi dari pohon.
Tanaman kopi selalu berdaun hijau sepanjang tahun dan berbunga putih. Bunga ini kemudian akan menghasilkan buah yang mirip dengan ceri terbungkus dengan cangkang yang keras. Hasil dari pembuahan di bunga
inilah yang disebut dengan biji kopi. Pemanenan biji kopi biasanya dilakukan
secara manual dengan tangan Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah
dipanen ini akan dipisahkan cangkangnya. Terdapat dua metode yang umum dipakai,
yaitu dengan pengeringan dan penggilingan dengan mesin. Di Indonesia, biji kopi dikeringkan hingga kadar air tersisa hanya 30-35% Metode lainnya adalah
dengan menggunkan mesin. Sebelum digiling, biji kopi biasanya dicuci
terlebih dahulu. Saat digiling dalam mesin, biji kopi juga mengalami fermentasi singkat Metode penggilingan ini cenderung
memberikan hasil yang lebih baik dari pada metode pengeringan langsung.
Setelah dipisahkan dari cangkangnya, biji kopi
telah siap untuk masuk ke dalam proses pemanggangan Proses ini secara langsung
dapat meningatkan cita rasa dan warna dari biji kopi.Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah kering digiling untuk
memperbesar luas permukaan biji kopi. Penggilingan yang baik akan menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik. Hasil penggilingan
ini harus segera dimasukkan dalam wadah kedap
udara agar
tidak terjadi perubahan cita rasa kopi.
Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah
kering digiling untuk memperbesar luas permukaan biji kopi. Dengan bertambah
luasnya permukaan maka ekstraksi akan menjadi lebih efisien dan cepat. Penggilingan yang baik akan
menghasilkan rasa, aroma, dan penampilan yang baik. Hasil penggilingan ini harus segera
dimasukkan dalam wadah kedap
udara agar
tidak terjadi perubahan cita rasa kopi.
Perebusan merupakan langkah akhir dari
pengolahan biji kopi hingga siap dikonsumsi. Untuk menciptakan minuman kopi
yang bercita rasa tinggi, perebusan biji kopi harus dilakukan dengan baik dan
sempurna. Kopi terdekafeinasi sering dikonsumsi oleh
pecandu kopi agar tidak terjadi akumulasi kafein yang berlebihan di dalam
tubuh. Proses dekafeinasi dapat dilakukan dengan melarutkan kafein dalam
senyawa metilen
klorida dan etil asetat.
BAB 5
KESIMPULAN
Dalam Praktikum ke daerah Pagar alam ini dapat
disimpulkan :
1. Pemetikan
teh dipagar alam dilakukan dengan dua cara yaitu, secara
manual dan menggunakan mesin.
2.
Pada proses pemetikan
dengan menggunakan mesin jarak untuk bisa melakukan pemetikan lagi yaitu 45-65
hari, baru bisa untuk dilakukan pemetikan lagi.
3.
Biji
kopi dipanasakan pada suhu 180 oC – 200oC untuk mengurangi kadar air padabiji kopi
4.
Pada proses pemetikan
dengan menggunakan mesin jarak untuk bisa melakukan pemetikan lagi yaitu 45-65
hari, baru bisa untuk dilakukan pemetikan lagi.
5. Pohon kopi tidak tahan terhadap
angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan
mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon
pelindung. Pohon pelindung yang dapat digunakan adalah lamtoro ataupun dadap.
6. Komposisi kimia kopi berbeda beda
tergantung pada varietas kopi, tanah tempat tumbuh dan pengolahan kopi.
Komposisi yang terpenting adalah cafein yang berfungsi sebagai perangsang dan
kafeol sebagai unsur flavor (Soenaryo, 1993).
7.
Mutu hasil kerja pengolahan teh hitam masih perlunya
peningkatan dan keseragaman pedoman pengolahan dari setiap tahapan proses
pengolahan teh hitam CTC agar diperoleh hasil dengan mutu yang seragam.
8.
PTPN7
memiliki tiga keunggulan dibandingkan dengan teh pada pabrik lainnyayaitu
ketinggian, minim kontaminasi, dan menghadap sinar matahari langsung
9. Kopi
yang baik adalah yang telah berwarna merah
- Pemetikan
yang baikk adalah P + 3 Dan B + 3.
- Proses
pembuatan kopi dilakukan dengan cara : Pemetikan, Penjemuran, Penyimpanan,
Penyangraian, Penggarukan, Pembubukan, pembubukan kasar dan pembubukan
halus, Pendinginan, pengemasan.
- Proses
pembuatan teh terdiri dari pelayuan, penggilingan, fermentasi, drying,
sortasi, dan terakhir packing.
- Cara
membedakan yang mana grade satu, Grade dua dan grade tiga adalah dengan
cara memegangnya, dmana kita merasakan kehalusan pada the tersebut,
biasanya the yang paling halus adalah the pada Grade satu
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cahyono.S,D. 2003. http://id.scribd.com/doc/108019815/Laporan-Praktikum-Pengantar-Teknologi-Pertanian.pdf.
Diakses pada tanggal 9 n0vember 2014
2.
Lestario, L.N., Stefani S., K.H.
Timotus. 2008. http://www.sosro.com/in/sejarah-teh-indonesia.Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, Vol. XIX No. 2
3. Jarwo
S, Gardjito, M., Sudarmadji, S., Kuswanto, K.R. 2007, Perkebunan kopi diindonesia.
ISSN: 2302-0733 Jurnal Teknosains
Pangan Vol 1 No 1 Oktober 2012 109
4. Noriko.N,
Pratiwi.E, Yulita.A. 2011. Syarat tumbuh the http://www.sosro.com/in/sejarah-teh-indonesia Jurnal
teknosains pangan Vol. 1, No. 2,
September 2011.Diakses : 05 november 2014
5. Tama,JB,
Kumalaningsih.S, Febrianto.A. 2001. Studi pembuatan ekstrak
daun the hijau . Jurnal Industria Vol 3 No 1 Hal 73 – 82 Bubuk
pewarna alami 73. diakses:4 november 2014
6. Pandini .I,dan Saputra. A.2012. faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan- dan perkembangan teh http: sitimunan warohcr7 .wordpress.com/ipa- Jurnal agretech, Vol. 33, No. 3, Agustus
2012.diakses 05 november 2014
LAMPIRAN
Gambar
Alat Pemetik Teh
|
Gambar
Bak pelayuan
|
Gambar
Baruah Contimous Tea
|
Gambar
Open Top Roller (OTR)
|
Gambar
Rotary Ball Breaker
|
Gambar
Fluid Bed Dryer
|
Gambar
Mutu Teh
|
Gambar
Oven Pengeringan
|
Gambar
C-C-C Stage Dryer
|
Gambar
Pengupas Kulit Kopi
|
Saya penggemar kopi....sayanh disini tidak dijelaskan jenis varietas tanaman kopinya,terutama jenis arabika yang ditanam dipagaralam.thx
ReplyDelete