Saturday, 12 September 2015

Laporan Mikrobiologi Umum : Identifikasi Mikroba

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
IDENTIFIKASI MIKROBA






Oleh

Bayu Apriliwan
05031281320017




TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014



I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Identifikasi mikroba merupakan salah satu tugas yang lazim dilakukan di laboratorium mikrobiologi.Bakteri memiliki beberapa macam bentuk yaitu basil (tongkat), coccus, dan spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil.Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus, diplococcus, sampai stophylococcus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu setengah melengkung dan melengkung.
            Melihat dan mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
            Uji biokimiawi bakteri adalah salah satu uji yang dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bakteri. Hal ini karena setiap jenis bakteri memiliki sifat biokimia yang berbeda. Secara morfologis, biakan maupun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa. Karena itu ciri fisiologis atau biokimiawi merupakan kriteria yang amat penting di dalam identifikasi spesimen yang tidak dikenal. Tanpa hasil pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organisme yang diperiksa maka penentuan spesiesnya tidaklah mungkin dilakukan. Manusia tidak dapat melihat dan mengidentifikasi bakteri tanpa diadakan percobaan.

B. Tujuan Percobaan
            Memahami cara melakukan pewarnaan garam.

II. TINJAUAN PUSTAKA
  Metode pengecatan pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini. Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negative. Yang didasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel sepertiMycoplasma sp .Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam : Biakan muda). Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpanan hasil pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna dapat keluar sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat mempertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai bakteri gram negatif. Umumnya zat warna yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna negatif (Hadiutomo. 1990).
              Zat warna yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan di dinding sel, membran sel dan sitoplasma, sewaktu proses pewarnaan muatan positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro.1998).Zat warna asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan positif, perlu diperhatikan bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro.1998).
. Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan Terdapat berbagai cara mengisolasi mikroba, yaitu: Isolasi Pada Cawan Agar :Prinsip metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme lain. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar, yaitu: metode gores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran bila metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme dimana setiap koloni berasal dari satu sel. (Dwidjoseputro.1998)
            Prosedur pewarnaan yang menghasilkan pewarnaan mikroorganisme disebut pewarnaan positif dalam prosedur pewarnaan ini dapat digunakan zat warna basa yang yang bermuatan positif maupun zat warna asam yang bermuatan negatif. Sebaliknya pada pewarnaan negatif latar belakang disekeliling mikroorganisme diwarnai untuk meningkatkan kontras dengan mikroorganisme yang tak berwarna. Pewarnaan mencakup penyiapan mikroorganisme dengan melakukan preparat ulas Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup banyak sehingga dapat terlihat .Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal dari bukan media padat. Sebaliknya pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan sewaktu mencari bakteri pada preparatnya .Metode agar tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan. -Isolasi Pada Medium Cair : Metode ini dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran, peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.-Isolasi Sel Tunggal :Metode ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode cawan atau medium cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. (Waluyo, 2004).


III. METODOLODI PRAKTIKUM
A. Waktu Dan Tempat
Praktikum identifikasi mikrobia ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 13 dan 20 Oktober 2014 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B. Bahan Dan Alat
a.       Identifikasi Bakteri
1.      Pewarnaan Gram
      Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Biakan hasil isolasi (Bakteri E.coli dan Bakteri Eureus).
      Alat yang digunakan adalah 1). Bak Pewarna 2 ). Jarum Ose 3). Kaca Objek 4). Kertas Serap 5). Mikroskop Majemuk 6). Minyak Celup
2.      Uji Katalase
      Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah Biakan hasil isolasi dan hidrodgen peroksida (H2O2).
      Alat yang digunakan adalah 1). Jarum Ose dan 2). Kaca Objek bersih
b.      Identifikasi Jamur
      Bahan yang digunakan adalah 1) Alumunium Foil, 2) Alkohol, 3) Ampicilyn, 4) Aquadest Steril, 5) Lactophenol Blue, 6) Media PDA steril, 7) Kapas , 8)Karet Gelang, 9) Kertas Tissue Steril, 10) Spiritus, 11)Wrapping.
      Alat yang digunakan adalah 1). Cawan Petri Steril 2). Cover Glass Steril 3). Jarum Ose 4). Kaca Objek 5). Spatula.







C. Cara Kerja
a.       Identifikasi Bakteri
1.      Pewarnaan Gram
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1)      Kaca objek yang bersih disiapkan.
2)      Disiapkan 2 olesan bakteri pada kaca objek dengan jarak antara kedua olesan tersebut paling sedikit 2 cm.
3)      Kaca objek tersebut difiksasi diatas bunsen selama beberapa menit.
4)      Setelah difiksasi, kaca objek diletakkan diatas rak kawat bak pewarna.
5)      Olesan bakteri digenangi dengan pewarna primer yaitu ungu krystal selama 1 menit.
6)      Menggunakan pinset, kaca objek dimiringkan diatas rak pewarna untuk membuang kelebihan ungu krystal lalu dibilas dengan aquadest.
7)      Kaca objek ditiriskan dan kembalikan ke atas rak kawat pada bak pewarna.
8)      Olesan kemudian digenangi dengan larutan iodium selama 2 menit dan kemudian lakukan seperti langkah 6.
9)      Olesan dicuci dengan larutan pemucat tetes demi tetes selama 30 detik atau sampai zat warna ungu kristal tidak terlihat mengalir lagi.
10)  Cuci kembali dengan aquadest dan ditiriskan.
11)  Lalu genangi dengan safranin sebagai pewarna tandingan selama 30 detik.
12)  Lakukan kembali langkah 6 dan langkah 7.
13)  Olesan bakteri diamati warnanya, apakah berwarna biru gelap atau ungu (gram positif) atau bewarna merah muda (gram megatif).
2.      Uji Katalase
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1)      Kaca Objek yang bersih disiapkan.
2)      Dua tetes hidrogen peroksida diletakkan diatas kaca objek, kemudian secara aseptik biakan murni bakteri dipindahkan keatas tetesan hidrogen peroksida dengan jarum ose.
3)      Uji positif ditandai dengan terbentuknya gelembung-gelembung oksigen yang menunjukkan bahwa mikrobia tersebut menghasilkan enzim katalase yang mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan O2.

b.      Identifikasi Jamur
Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1)      Media PDA steril sebanyak 5 ml disiapkan secara aseptis kedalam cawan petri dan dibiarkan hingga membeku.
2)      Media PDA steril yang telah beku dipotong persegi dengan ukuran ± 1cm x 1cm, diletakkan diatas kaca objek yang telah disterilkan terlebih dahulu.
3)      Diambil satu mata ose jamur yang akan dibiakkan kemudian digoreskan pada keempat sudut PDA steril diatas kaca objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup yang telah disterilkan.
4)      Cawan petri steril disiapkan pada bagian dalamnya dialasi dengan kertas tissue steril kemudian ditetesi dengan 5 ml aquadest steril.
5)      Kaca objek yang telah berisi biakan jamur dimasukkan kedalam cawan petri kemudian ditutup dan diberi wrapping pada sekeliling pinggir bagian penutup untuk mencegah kontaminan.
6)      Inkubasi pada suhu kamar selama 48 jam.
7)      Setelah 48 jam, kaca objek yang berisi biakan dikeluarkan dari cawan petri, medianya dibuang. Kaca objek ditetesi dengan satu tetes lactophenol blue, tutup dengan kaca penutup biarkan selama 1 jam supaya larutan lactophenol blue  meresap kedalam hipa jamur.
8)      Diamati struktur jamur dengan menggunakan mikroskop yang meliputi bentuk hipa, spora dan konidia jamur.






B. Pembahasan
            Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Teknik Pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku Setiap sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Setiap sel akan menunjukkan susunan kimiawi yang spesifik. Sebagai contoh, bakteri Gram negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya, Sedangkan bakteri Gram positif tidak. Sebaliknya pada banyak bakteri Gram positif terdapat asam teikoat
            Teknik pewarnaan kuman yang kami lakukan pada praktikum ini adalah teknik pewarnaan sederhana dan teknik pewarnaan gramteknik ini bertujuan untuk mengidentifikasi suatu bakteri apakah dia termasuk ke dalam bakteri gram negatif atau bakteri gram positif. Langkah-langkah dalam pewarnaan ini hampir sama dengan langkah pada pewarnaan sederhana yakni membuat preparat oles dari ketiga bakteri diatas. Bedanya adalah pada beberapa reagen yang ditambahkan. Pertama, bakteri pada preparat ditetesi kristal violet selama 1 menit. Lalu kelebihan kristal violetdibuang dengan memiringkan kaca objek dan bilas dengan air mengalir secara perlahan. Preparat ditiriskan, lalu diberi larutan iodium gram selama 2 menit, kelebihan iodium dibuang dengan memiringkan kaca objek lalu dibilas dengan air seperti kristal violet. Langkah selanjutnya adalah preparat dicuci dengan etanol 95% setetes demi setetes selama 30 detik atau sampai zat ungu kristal tidak tampak lagi mengalir dari preparat, setelah dirasa warna menghilang cuci perlahan lalu tiriskan. Terakhir adalah dengan menambahkan pewarna safranin selama 30 detik pada preparat, kemudian kelebihan safranin dibuang dan dibilas dengan air. Preparat yang masih basah ditiriskan dan diserap dengan menekankan kertas serap disekitarnya.Amati preparat olesan bakteri yang sudah diwarnai tersebut di bawah mikroskop.



V. KESIMPULAN
Dari percobaan ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Untuk  bakteri yang termasuk gram positif akan terlihat berwarna ungu, dimana warna ungu ini sendiri merupaka warna dari kristal violet yang sebelumnya diteteskan, warna ini melekat dengan kuat karena peptidoglikan dari bakteri gram positif tebalMetode sterilisasi antara lain secara fisik, kimia, dan mekanik.
2.      untuk bakteri gram negatif akan terlihat warna merah, dimana warna merah ini merupakan warna dari pewarna safranin yang diteteskan terakhir kali, warna ini melekat dan warna ungu sama sekali tidak terlihat karena peptidoglikan dari bakteri gram negatif relatif tipis sehingga ia tidak mampu mempertahankan warna ungu layaknya bakteri gram positif.
3.      Morfologi yang ditunjukkan koloni kuman dapat diidentifikasi dengan metode piringan goresan, metode piringan tuangan, metode tusukan agar tegak, metode agar miring goresan, metode medium cair.
4.      Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna.
5.      Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda. 






DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D.2005. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.

Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Hadioetomo, Ratna Siri.1990.Mikrobiologi dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Lay, Bibiana.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali
Sutedjo, Mul Mulyani.1991. Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta

Volk, W. A. dan Wheeler, M. F. 1993. Mikrobiologi Dasar Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. 
Waluyo,Lud.2004.Mikrobiologi Umum. Malang:  UMM Press.







LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
Nama   : Bayu apriliawan                                            Tanggal           : 13 oktober 2014
NIM    : 05031281320017                                          Asisten            :
Judul   : Identifikasi Mikrobia                                                            1. Zuhara Hilda                                                                                                                                        (05111003039)
                                                                                               
 



A.  Tujuan
     Memahami cara melakukan pewarnaan garam.

B.  Hasil





Share:

0 komentar:

Post a Comment