PENGENCERAN
Oleh
Bayu Apriliwan
05031281320017
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di sini dilakukannya pengenceran ialah untuk untuk
mendapatkan jumlah koloni yang dapat di hitung jika di lakukan dalam suatu
ruang lingkup yang terbatas.
Pengenceran biasanya menggunakan larutan berupa
larutan fosfat buffer, larutan garam fisiologis 0,9 % atau larutan ringer.
Dengan pengenceran dapat mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam. Secara
umum, metode penanaman dapat dibedakan atas dua macam yaitu metode tuang (pour
plate) dan metode sebar (spread plate)
Pengenceran adalah mencampur
larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang
pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama
dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat
dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air,
tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas
yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih
dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan
asam sulfat ini merusak kulit
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang
diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat
netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut
dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat
konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan
.Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi
tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk
mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi.standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam
jumlah yang relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).
B.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami
cara perhitungan mikroba dengan cara pengenceran.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengenceran adalah mencampurkan lrutan pekat ( konsentrasi
tinggi ) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercih. Jika
kita berada di dekatnya, percikannya akan dapat merusak kulit.
Pengenceran zat cair, lazimnya dilakukan pada praktikum kimia, solute
berupa cairan yang akan diencerkan terlebih dahulu harus dihitung, kemudian
ditambahkan ditambahkan aquadest sampai tanda batas dilabu ukur. Perbedaan
antar keduannya terlihat jelas pada solute yang digunakan.Contoh dari solvent
antara lain : air, alcohol, benzene, dan kloroform. Sedangkan solute sesuatau
yang berbentuk gas, zatpadatan atau pun cairan, sebagai contoh garam, gula,
lemak dan sirup. Letak perbedaan antara pelarut dan zat terlarut adalah pada
pemakaian,solvent digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan solute, sedangkan
solute digunakan sebagai bahanutama dalam pengenceran. (Purba,Michael 2002)
Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin kuat,
sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin
lemah (Ariani, 2004).
Larutan di definisikan sebagai campuran homogen antara dua
atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai malekul, atom, ion yang
komposisisnya dapat bervariasi. Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat
yang mudah larut dan adapula yang sukar larut. Sebagai patokan kasar, zat yang
memiliki kelarutan lebih besar dari 0,02 mol L-1 di anggap laru.
Sedangkan yang lebih kecil dari itu dianggap sukar larut. Pada umumnya,
kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu. Kelarutan dari berbagai jenis zat
juga dipengaruhi PH larutan. Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk
menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu
pelarut. Untuk zat yang tergolong mudah larut, kelarutannya dinyatakan dalm
gram per 100 gram air, namun untuk zat yang tergolong sukar larut,
kelarutannnya dinyatakan dalam mol L-1 (Purba,Michael 2002)
Larutan
didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua atau lebih zat yang
terdisfersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas,
cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah
kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut, sedangkan larutan pekat adalah
larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut
sedangkan solvent ( pelarut ) adalah medium dalam mana solute terlarut.(
Baroroh.2004 )
Faktor – fakor yang mempenaruhi larutan yaitu
temperature, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan jenis, PH,
hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.( Khopkar.2003 )
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu Dan
Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 September 2014 pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
B. Bahan Dan Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Korek api, 2. Pemanas
Bunsen, 3. Pipet Mikro, 4. Spik, 5.
Tabung Reaksi.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Aquadest, 2. Kapas, 3. Tahu yang ditumbuhi jamur
(tahu busuk).
C.
Cara Kerja
Langkah kerja pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut:
1.
Sebanyak 1 gram tahu busuk dicampur dengan 1 ml (100 mikron) aquadest hingga merata. Ini
merupakan pengenceran
2.
Dari pengenceran diambil 1 ml
larutan dengan menggunakan pipet mikron dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang berisi 9 ml aquadest ( merupakan pengenceran ). Campurlah sampai homogen dengan menggunakan
vortex.
3.
Pengenceran selanjutnya dilakukan sama seperti cara kerja nomor 2,
namun sebelum pipet mikron yang berisi larutan campuran dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, terlebih dahulu bibir tabung reaksi tersebut didekatkan pada
bunsen, agar tetap steril.
4.
Lakukanlah sampai pengenceran .
5.
Untuk pengenceran dan , setelah pipet mikron yang berisi larutan campuran
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, maka tabung reaksi tersebut diatasnya
ditutup dengan menggunakan kapas.
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Table Perhitungan
Mikroba :
Kelompok
|
A
|
B
|
||||||
Pengenceran
(pour)
|
spread
|
Pengenceran
(pour)
|
spread
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
I
|
150
|
160
|
219
|
75
|
211
|
53
|
24
|
50
|
II
|
160
|
Uncountable
|
91
|
99
|
|
|
|
|
III
|
30
|
80
|
17
|
Uncountable
|
|
|
|
|
IV
|
104
|
85
|
246
|
182
|
36
|
69
|
101
|
203
|
B.
PEMBAHASAN
Pengenceran adalah mencampur
larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel pada suatu
suspensi yang berupa campuran bermacam-macam sppesies diencerkan dalam suatu
taung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk diencerkan
lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil 1 ml untuk diencerkan lebih
lanjut.
Prinsip pengenceran adalah
menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan,
semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba
pada satu tabung.
Larutan yang digunakan untuk
pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan
asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak
terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam
percobaan ini adalah pengenceran decimal yaitu 10-1, 10-2,
10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6.
Tapi
untuk kali ini sampel yang ingin di amati di gunakan sampel 10-5 dan 10-6 ini semua
dikarenakan perkiraan koloni sampel yang akan kita amati nanti bisa di hitung
pada koloni tersebut.
Selain
itu, untuk perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika
pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung ke lima dan ke
enam dituang ke dalam cawan petri (penanaman atau plating) dengan media agar
secara aseptik. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri
dari medium lama ke medium baru Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi
aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari
kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Pada proses pengenceran pun harus dengan keadaan
steril
2.
Dalam
prosedur kerja pengenceran berseri memiliki tingkat kesulitan seperti
ketelitian dalam pengambilan cairan.
3.
Prinsip
pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit
jumlah mikroba, dimana suatu saat di
dapat hanya satu mikroba pada satu
tabung.
4.
Pengenceran merupakan mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara
5.
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar
6.
Untuk
mengaduk sampel dengan larutan digunakan alat yang bernama vortex guna mendapatkan pengenceran yang baik.
7.
Setiap
tingkat pengenceran harus menggunakan pipet yang sudah steril atau berbeda
antara pengenceran satu dengan yang lain guna mendapatkan hasil terbaik.
8.
Kehidupan
mikroorganisme umumnya sangat bergantung pada kondisi lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Baroroh,umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjar Baru : Universitas
lambung mangkurat
Dwijdoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Djambatan : Jakarta.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.
Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia
Mikroorganisme I. Yrama Widya :
Bandung
Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara :
Jakarta.
Schlegel, H. G. 2000. Mikrobiologi Umum Edisi
keenam. Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Whuaaa
ReplyDeleteSuper super lengkap kak
Unsri ya kak?aku juga mahasiswa UNSRI kak salam kenal ya kakak