Saturday, 12 September 2015

Laporan Mikrobiologi Umum : Pengenceran

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM
PENGENCERAN







Oleh

Bayu Apriliwan
05031281320017




TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014


I.                   PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Di sini dilakukannya pengenceran ialah untuk untuk mendapatkan jumlah koloni yang dapat di hitung jika di lakukan dalam suatu ruang lingkup yang terbatas.
Pengenceran biasanya menggunakan larutan berupa larutan fosfat buffer, larutan garam fisiologis 0,9 % atau larutan ringer. Dengan pengenceran dapat mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam. Secara umum, metode penanaman dapat dibedakan atas dua macam yaitu metode tuang (pour plate) dan metode sebar (spread plate)
 Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit
Pengenceran yaitu suatu cara atau metoda yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan
.Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).

B.                 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami cara perhitungan mikroba dengan cara pengenceran.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengenceran adalah mencampurkan lrutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercih. Jika kita berada di dekatnya, percikannya akan dapat merusak kulit.
Pengenceran zat cair, lazimnya dilakukan pada praktikum kimia, solute berupa cairan yang akan diencerkan terlebih dahulu harus dihitung, kemudian ditambahkan ditambahkan aquadest sampai tanda batas dilabu ukur. Perbedaan antar keduannya terlihat jelas pada solute yang digunakan.Contoh dari solvent antara lain : air, alcohol, benzene, dan kloroform. Sedangkan solute sesuatau yang berbentuk gas, zatpadatan atau pun cairan, sebagai contoh garam, gula, lemak dan sirup. Letak perbedaan antara pelarut dan zat terlarut adalah pada pemakaian,solvent digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan solute, sedangkan solute digunakan sebagai bahanutama dalam pengenceran. (Purba,Michael 2002)
Semakin tinggi konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin kuat, sebaliknya semakin rendah konsentrasi maka ikatan antar partikelnya semakin lemah (Ariani, 2004).
Larutan di definisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai malekul, atom, ion yang komposisisnya dapat bervariasi. Kelarutan zat dalam air sangat beragam. Ada zat yang mudah larut dan adapula yang sukar larut. Sebagai patokan kasar, zat yang memiliki kelarutan lebih besar dari 0,02 mol L-1 di anggap laru. Sedangkan yang lebih kecil dari itu dianggap sukar larut. Pada umumnya, kelarutan bertambah dengan kenaikan suhu. Kelarutan dari berbagai jenis zat juga dipengaruhi PH larutan. Istilah kelarutan (solubility) digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut. Untuk zat yang tergolong mudah larut, kelarutannya dinyatakan dalm gram per 100 gram air, namun untuk zat yang tergolong sukar larut, kelarutannnya dinyatakan dalam mol L-1 (Purba,Michael 2002)
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogeny antara dua atau lebih zat yang terdisfersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut, sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent ( pelarut ) adalah medium dalam mana solute terlarut.( Baroroh.2004 )
 Faktor – fakor yang mempenaruhi larutan yaitu temperature, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan jenis, PH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain.( Khopkar.2003 )




III.             METODE PRAKTIKUM

A.                Waktu Dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 September 2014 pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B.           Bahan Dan Alat
            Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Korek api, 2. Pemanas Bunsen, 3. Pipet Mikro, 4. Spik, 5. Tabung Reaksi.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Aquadest, 2. Kapas, 3. Tahu yang ditumbuhi jamur (tahu busuk).


C.                Cara Kerja
Langkah kerja pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1.      Sebanyak 1 gram tahu busuk dicampur dengan 1 ml  (100 mikron) aquadest hingga merata. Ini merupakan pengenceran
2.      Dari pengenceran  diambil 1 ml larutan dengan menggunakan pipet mikron dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml aquadest ( merupakan pengenceran ). Campurlah sampai homogen dengan menggunakan vortex.
3.      Pengenceran selanjutnya dilakukan sama seperti cara kerja nomor 2, namun sebelum pipet mikron yang berisi larutan campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi, terlebih dahulu bibir tabung reaksi tersebut didekatkan pada bunsen, agar tetap steril.
4.      Lakukanlah sampai pengenceran .
5.      Untuk pengenceran  dan , setelah pipet mikron yang berisi larutan campuran dimasukkan ke dalam tabung reaksi, maka tabung reaksi tersebut diatasnya ditutup dengan menggunakan kapas.

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Hasil

Table Perhitungan Mikroba :
      
Kelompok
A
B
Pengenceran (pour)
spread
Pengenceran (pour)
spread
I
150
160
219
75
211
53
24
50
II
160
Uncountable
91
99




III
30
80
17
Uncountable




IV
104
85
246
182
36
69
101
203


B.                 PEMBAHASAN

Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Contohnya suatu sampel pada suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam sppesies diencerkan dalam suatu taung tersendiri. Enceran ini kemudian diambil barang 1 ml untuk diencerkan lagi ke tabung yang berisi pelarut. Enceran yang kedua ini diambil  1 ml untuk diencerkan lebih lanjut.
Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat didapat hanya satu mikroba pada satu tabung.       
            Larutan yang digunakan untuk pengenceran harus memiliki sifat osmotik yang sama dengan keadaan lingkungan asal mikroba untuk menghindari rusaknya sel, selain itu juga dijaga agar tidak terjadi perbanyakan sel selama pengenceran. Pengenceran yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pengenceran decimal yaitu 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6.

Tapi untuk kali ini sampel yang ingin di amati di gunakan sampel 10-5 dan  10-6 ini semua dikarenakan perkiraan koloni sampel yang akan kita amati nanti bisa di hitung pada koloni tersebut.
 Selain itu, untuk perhitungan jumlah koloni akan lebih mudah dan cepat jika pengenceran dilakukan secara desimal. Selanjutnya dari tabung ke lima dan ke enam dituang ke dalam cawan petri (penanaman atau plating) dengan media agar secara aseptik. Plating atau penanaman bakteri adalah proses pemindahan bakteri dari medium lama ke medium baru Pada penanaman bakteri dibutuhkan kondisi aseptik atau steril, baik pada alat maupun proses, untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroba yang tidak diinginkan.
                KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1.                  Pada proses pengenceran pun harus dengan keadaan steril
2.                  Dalam prosedur kerja pengenceran berseri memiliki tingkat kesulitan seperti ketelitian        dalam             pengambilan cairan.
3.                  Prinsip pengenceran adalah menurunkan jumlah sehingga semakin banyak jumlah   pengenceran yang dilakukan, semakin sedikit jumlah mikroba, dimana suatu saat         di         dapat hanya satu mikroba pada satu tabung.           
4.                  Pengenceran merupakan mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara               
5.                  menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar
6.                  Untuk mengaduk sampel dengan larutan digunakan alat yang bernama vortex guna  mendapatkan pengenceran yang baik.
7.                  Setiap tingkat pengenceran harus menggunakan pipet yang sudah steril atau berbeda antara pengenceran satu dengan yang lain guna mendapatkan hasil terbaik.
8.                  Kehidupan mikroorganisme umumnya sangat bergantung pada kondisi lingkungan sekitar.




DAFTAR PUSTAKA
Baroroh,umi. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Banjar Baru : Universitas lambung mangkurat

Dwijdoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta. 

Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika, Surabaya.

Irianto, K. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme I. Yrama Widya :
            Bandung

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.

Schlegel, H. G. 2000. Mikrobiologi Umum Edisi keenam. Universitas Gadjah Mada :        Yogyakarta. 


Share:

1 comment:

  1. Whuaaa
    Super super lengkap kak
    Unsri ya kak?aku juga mahasiswa UNSRI kak salam kenal ya kakak

    ReplyDelete