Monday 4 June 2018

Rantau : Batu Lompatan (4)

Gambar terkait
Sahabat selalu ada, meskipun wujudnya jauh

Singkat cerita, sesampainya didesa tujuan kami. Desa yang pernah kuhabiskan masa masa terindah ku saat aku SD dan SMP, desa tempat nenek,pakde , tante dan semua keluarga besarku dari pihak ibu berada.

“ Gimana bapakmu le?” tanya pakdeku.

“ Yah, saya sudah tahu semuanya pakde, saya sudah terserah dia mau gimana. Saya sudah kecewa” Jawabku suatu malam diberanda rumah pakde. Orang tua keduaku di perantauan ini.

“ Yah gimana gimana dia orang tuamu juga le, kamu harus ajak dan nasehati dia baik-baik” nasihatnya padaku malam itu. Ku jawab mengangguk sekenannya saja.


“ Jadi kamu mau gimana? Kerja apa lanjut sekolah (kuliah) lagi?”

“Kalau kuliah saya belum dulu pakde tahun ini, mungkin tahun depan . saya mau nabung dulu pakde” jawabku dengan tekat membaja.

“ Kalau kamu mau kuliah UT (Universitas Terbuka) di kecamatan, nanti pakde yang bantu biayain. Kamu tinggal disini saja, sabtu minggu kuliahnya” pakde mencoba memberiku tawaran yang cukup menggiurkan ketika itu.

“ Belumlah pakde, saya sudah fikirkan matang-matang. Saya mau kerja saja dulu. Saya mau nabung pakde dan saya pengenya kuliah di kampus negeri” ungkapku lirih.

“ Yowes kalau kamu maunya gitu, sudah dapat kerjaannya?” tanyanya nampak serius.

“ Belum pakde, ini sementara mau ikut Indro manen kelapa dulu, siapa tau cukup untuk modal ongkos ke kota biar bisa kerja dikota” jelasku cukup ringkas.

***

Mentari bersinar lebih damai dari sapaan biasanya yang sering kurasakan dari jendela kamar rumahku. Disini, dirumah pakdeku aku sengaja bangun lebih pagi dan tidak tidur setelah sholat subuh tadi. Pagi-pagi sekali aku mencoba menenangkan diri, memenangkan hari dengan mengalahkan kemalasanku.

Ketika ku ingat Indro, buru-buru kuraih handphone di atas meja ruang tamu.

“Ndro bangun” satu pesan singkat melalui Whatsapp telah kukirim namun belum dia baca.
“ Ndro jadikan manen kelapa hari ini?” ku kirim satu pesan lagi untuknya.

“ Ehm, nggak jadilah “ hampir saja aku kirim pesan isinya 

“ Ndro sudah bangun belum?”. Karena sudah barang pasti dia belum bangun.

“ Telpon aja kali ya” bisikku dalam hati.

***

“ Halo bro” Sebuah sapaan khas diseberang sana. Aku kenal itu suata indro yang baru bangun tidur.

“ Bro jam berapa hari ini ‘ngantor’? tanyaku singkat.

“ Setengah jam lagi lah bro, mandi sama sarapan dulu aja, nanti kujemput jam 07.30 Wib ya” Indro memberiku kepastian.

“Baiklah bro, kutunggu jam setengah delapan”  aku mengakhiri percakapan berfaedah pagi ini.

Desa ini taka sing bagiku, meskipun sudah 3 tahun aku tak menginjakkan kaki disni tapi selama 9 tahun aku pernah menetap dan menghabiskan masa kanak kanak disini, ditempat kelahiranku. Sembari  mempersiapkan semua peralatan ku hari ini, kusempatkan untuk menengok nenek yang tengah memasakan telor mata sapi untuk sarapan sekeluarga besar ini.

“ Alan, Alan, dicari temenmu nak didepan” sebuah panggilan dari nenek mengisyaratkan bahwa partner in crime ku telah tiba, saatnya aku bergegas.

“ Iya nek, aku segera kesana, suruh Indro menunggu sebentar “ aku berlari dari dapur dan kutinggalkan sisa sisa sarapanku dalam kondisi tak bersisa dan tak berdosa.

“ Langsung berangkat ndro?” tanyaku pada sahabatku ini yang masih berada diatas motor tuanya.

“ hayukklah , tunggu apa lagi” katanya bersemangat

“ Lah kamu sudah sarapan belum ndro?” tanyaku basa-basi.

“ Kalau belum gak mungkin lah aku jemput kamu tong” dia mulai jengkel.

“ hahaha ya udah hayuklah berangkat” Kami pun berangkat.
***
Sampailah kami diladang 2. Kenapa disebut ladang 2, karena dia ada disebelah ladang satu yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman warga. Pagi ini aku dan Indro diberi mandat sama orang tuanya indro untuk memetik buah kelapa diladang ini. Setelah semuanya dipetik menggunakan alat tradisional berupa bambu yang diberi arit diujungnya kelapa harus dikumpulkan dan dikupas.

“ Eh bro, kamu bagian ngumpulin aja, biar aku aja yang metikin” Indro meberikan tugas padaku
.
“ Ya aku mah ngikut aja” timpalku.

Jadilah tugasku selama setengah hari ini mengumpulkan kelapa yang berhamburan kemana-mana pasca rontok dari pohonnya akibat ulah Indro. Tapi aku yakin tugas ini jauh lebih mudah dari pada memetik kelapa seperti yang Indro lakukan, rasanya kepala ku tak akan sanggup harus menatap keatas terus seperti itu.

“ Lan, Istirahat dulu yok, udah dzuhur nih” ajakan Indro memecah keheningan dan konsentrasi kerjaku yang sedang memuncak.

“ Oke ndro, bentar dikit lagi nih nanggung” jawabku meminta injury time.

“ Ya udah aku ambil wudhu dulu ya, nanti kita sholat disini” Jawab indro sambil menunjukan tempat yang agak bersih dan kering untuk kami sholat dzuhur.

***
Selesai melaksanakan sholat kami pun duduk disebuah batang pohon yang tumbang. Menikmati semilir angin persawahan yang rimbun dengan pepohonan kelapa. Indro mengajakku makan siang bersama, ia membawa dua bungkus bekal nasi dengan lauk seadannya tapi rasa restoran bintang 5, bukan tentang menu tapi tentang dimana hidangan sederhana ini dimakan. Allahuakbar  nikmat sekali batinku , merasakan makan siang diantara sajak-sajak alam yang merayu untuk terus disyukuri.


Bersambung................
Share:

1 comment:

  1. Why you should gamble at Baccarat, how to win - The worrione
    Baccarat is a gambling game, but in this guide you'll learn how 제왕카지노 to play the dealer 카지노사이트 is 바카라 사이트 the winner, and the dealers make money.

    ReplyDelete