"Ingat, selain mati tujuan itu selalu dinamis
Jadilah mahasiswa seutuhnya
Dan berikan hak-hak semesta atasmu"
(Bayu Apriliawan,2017)
Selalu menjadi pemilih, bukan penyanggup
Kita seringkali mengawali suatu perjalanan pada sebuah ‘kepercayaan’ bahwa tujuan akhir dari sebuah perjalanan itu satu dan jalan yang akan kita pilih terserah kita. Pendek kata dengan cara apapun dan pada jalan manapun kita berjalan selama tujuan akhir kita sama itu tidak masalah.
Sampailah kita pada sebuah renungan kenapa kita harus fokus pada sebuah tujuan. Sedangkan tujuan itu sedikit dan pilihan jalan itu banyak. Mindset ini akan melahirkan pola pikir pragmatis yang mementingkan pencapaian ketimbang proses.
Anggaplah sebuah studi kasus ini pernah teman-teman alami atau dengar dari seliweran pitutur banyak orang-orang terdekat. Ada tiga siswa SMA yang telah selesai menghadapi ujian nasional, mereka bertiga bersahabat. Siswa pertama memilih mendaftar bimbingan belajar dan menekuninya untuk menopang performanya ketika mengikuti tes masuk perguruan tinggi negeri. Disisi lain, siswa kedua memilih untuk memanfaatkan waktu senggang selepas UN untuk menikmati momen – momen perpisahan bersama rekan-rekan sekolah, jalan kesana kemari,dan ngumpul-ngumpul saban hari.Rekan ketiga memilih untuk membantu orang tuanya mencari uang karena kebetulan dari mereka bertiga hanya siswa ini yang secara ekonomi kurang mampu.
Masa seleksi masuk perguruan tinggi negeri tiba juga, dan tiga sahabat ini mengikuti tes pada perguruan tinggi yang sama dengan jurusan yang sama. Kabar gembiranya mereka bertiga sama- sama lulus. Dengan persiapan yang berbeda-beda, dan strategi serta manajemen waktu yang berbeda-beda mereka pada akhirnya sama-sama sampai pada satu tujuan yang sama.
Seorang yang pragmatis akan berkata, yang penting kan sama-sama lulus, mau bimbel, mau main atau mau kerja toh pada akhirnya mereka sama-sama berhasil lulus tes seleksi perguruan tinggi negeri. Dan ia melupakan satu hal, bahwa ketika menjalani masa-masa kuliah, si bimbel menjalani akademiknya dengan mudah, IPK nya bagus dan semangat belajarnya tinggi. Tak disangka si kerja disemester pertamanya tanpa sungkan menyambi kuliahnya dengan bekerja dirumah makan dan sebagian besar kebutuhanya bisa ia penuhi sendiri tanpa mengandalkan kiriman orang tua.
Apa yang terjadi dengan si main ? ia menjadi mahasiswa pada umumnya. Latah dalam menikmati kebebasan segala. Kebebasan dalam mengelola waktu, kebebasan dalam mengelola keuangan dan tentu saja bebas dari pengawasan untuk dapat menikmati ke-hedonan yang sudah ia pupuk benihnya dimasa lalu.
Lalu apakah diterima kuliah di perguruan tinggi negeri dalam masa-masa yang dihadapi tiga pemuda itu masih dapat dikategorikan sebagai tujuan? Iya benar itu adalah tujuan mereka bertiga semasa mereka masih berseragam abu-abu. Dan rasakan bahwa ketika anda menjadi anak kuliah-an tujuan anda telah berubah. Ingat, selain mati tujuan itu selalu dinamis.
Jangan Menjadi Kerdil Sejak Dalam Pikiran
Menjadi mahasiswa dan mengenyam pendidikan tinggi setelah sembilan tahun menjalani pendidikan dasar, menengah dan atas , merupakan anugerah dan nikmat dari Allah,SWT. Denganya seorang anak dapat meningkatan derajat orang tuanya, denganya seorang warga negra Indonesia dapat meningkatkan derajat bangsanya, dan denganya seorang proletar bisa saja berubah menjadi si-sombong yang kufur.
Ketika sebuah tools dapat menggerakan seribu kebermanfaatan dan mencapai banyak tujuan, kenapa justru banyak individu-individu yang memilih untuk memperkecil tujuan dan mempersempit jangkauan mimpinya. Berpikir parsial adalah penghambat utama kemajuan sebuah peradaban, dan mengedepankan individualistis adalah ciri ter-khas dalam pola fikir ini.
Ketika seorang pemuda diberikan kesempatan oleh Negara dan oleh Allah,SWT untuk belajar lebih banyak dari pada teman sejawatnya yang lain, harusnya ia menyadari bahwa sejak saat itu jumlah aset bangsa telah bertambah. Maka semuanya kini punya hak atasnya, atas potensinya, atas kecerdasanya, dan atas visi dalam hidupnya.
Semesta Punya Hak Atasmu!
Tujuan bukan pilihan, dan memaslahatkan semua pihak adalah sebuah kondisi ideal yang sangat mungkin bisa diciptakan oleh seorang mahasiswa. Jangan membatasi kemampuan dan kehebatanmu dengan berfikir bahwa kita hanya bisa memilih satu mimpi dan satu tujuan.
Seorang penakut akan memilih satu jalan menuju sukses dari pada melewati semua jalan yang tersedia. Memilih fokus pada satu tujuan dan mempersempit mimpi sampai tak ada ruang untuk mimpi-mimpi yang lain.
Anggaplah seseorang yang tak ingin cita-cita orang tuanya yang ingin memiliki anak yang bekerja disebuah perusahaan multinasional gagal, ia memilih menjadi seorang yang super akademis,tak ada waktu baginya selain berinteraksi dengan buku dan komputer dan tak ada tempat lain baginya selain kosan, kelas dan perpustakaan.
Atau ada seorang yang titik fokusnya lebih kepada kepedulian sosial, ia banyak meninggalkan kelas untuk kegiatan organisasi sosial dan agar dapat berinteraksi dengan masyarakat yang dilanda suatu permasalahan.
Bukankah semua itu bisa dilaksanakan tanpa harus saling meniadakan? Tempatkanlah tujuanmu kedalam wadahnya masing-masing. Siapkanlah dua wadah saja, wadah pertama adalah tujuan pribadi dan wadah kedua adalah untuk tujuan umum.
Mendapatkan pekerjaan terbaik, meningkatkan derajat orang tua, membahagiakan semua anggota keluarga, menjadi pribadi yang cerdas, pribadi yang ahli dalam suatu keilmuan tertentu, dan beberapa tujuan lain yang bisa anda jadikan sebagai kelompok tujuan pribadi.
Lalu jangan tinggalkan tujuan umum sebagai sebuah pengakuan bahwa semesta memiliki hak atas potensi yang anda miliki. Memajukan peradaban bangsa, membangun daerah dari ketertinggalan, menjadi tokoh agama yang mampu membangunnya, menjadi tokoh masyarakat yang mampu memperbaiki keadaan, dan menjadi rakyat yang membersamai kebutuhan dan aspirasinya, anda dapat wujudkan semua itu bersamaan tanpa harus memilih salah satu, tanpa harus saling meniadakan. Dan semua tujuan itu bisa terwujud salah satunya dengan anda menjadi mahasiswa, mahasiswa yang seutuhnya.
Persiapan Terbaik Untuk Semuanya
Hari ini tentu masih banyak doa yang selalu dipanjatkan untukmu, untuk kebaikanmu, untuk kesehatanmu dan tentu diatas semua doa itu mereka tak berharap imbalan apa-apa. Mereka yang menyayangimu, segalanya dan semuanya telah mempersiapkanmu untuk merubah dunia ini menjadi lebih baik. Sekali lagi , jangan menganggap dirimu kecil dengan tidak perduli terhadap semua masalah besar diluar kehidupanmu dan diluar kebutuhan-kebutuhan sepelemu.
Dan menjadi pejuang sejak dibangku pendidikan adalah kewajiban kita semua, berfikir bahwa gelar sarjana ini akan kita persembahkan untuk orang tua dalam satu hari perayaan lalu kita tukarkan dengan sebuah kursi kerja yang denganya keringat kita di cicil perbulan. Itu sah-sah saja dan itu boleh dilakukan oleh semua lulusan. Tapi untuk anda yang luar biasa, tidak hanya keluarga yang menanti, bangsa agama dan Negara ini pun menanti. Maka persiapkanlah semua kapasitas itu, dimulai dari bangku kuliah.
Kita tidak selalu bisa membangun masa depan
untuk generasi mendatang.
Tapi kita bisa menyiapkan generasi mendatang untuk masa depan
-Franklin D. Roosevelt-
0 komentar:
Post a Comment