Sunday, 10 December 2017

Dont Underestimate generasi jaman now (bagian II)


Bagi yang belum membacan bagian I silahkan klik di Dont Underestimate generasi jaman now (bagian I). dan bagi yang sudah baca bagian satu silahkan lanjutkan baca bagian II....

Tentang Nila Setitik

Nila setitik , rusak susu sebelanga..
Nampaknya menjadi sebuah pepatah yang cukup bisa diambil pelajaranya dari fenomena generasi kids jaman now dan generasi micin. Bayangkan berapa banyak anak-anak kecil dirumah, dijalan-jalan, di desa-desa harus dijuluki dan diolok dengan panggilan “Hey generasi micin” hanya karena satu-dua anak yang kebetulan berprilaku kurang wajar lalu viral.

Lalu mari kita bertanya apa salah anak-anak berpotensi ini. Lalu apakah benar seluruh anak Indonesia yang jumlahnya jutaan jiwa itu semuanya alay, semuanya nakal, semuanya tak patut dibanggakan?


Gerakan pesimisme

pesimis selalu punya alasan untuk gagal
Untuk menghancurkan suatu bangsa , maka hancurkanlah mental pemudanya. Beberapa cara untuk menghacurkan mental dan kualitas pemuda adalah dengan membakar buku-buku untuk menjauhkan ilmu dari pemuda, memanipulasi sejarah untuk mengikis kebanggan pemuda atas sejarah bangsanya.

Dan semua itu berujung pada sebuah mental kekalahan yang sering kita sebut sebagai mental pesimis. Mental dimana seseorang sudah merasa kalah sebelum berperang. Selain dengan cara-cara diatas, menimbulkan mental pesimis para pemuda-pemuda bisa juga dilakukan dengan propaganda-propaganda terhadap pemuda dengan konten-konten yang menyerang kepercayaan diri dan kebanggaan pemuda terhadap dirinya sendiri.

Fenomena generasi micin ini bisa jadi merupakan salah satu tools kecil yang digunakan untuk menurunkan rasa percaya diri generasi kita dan membuat para pemuda Indonesia saling mengolok dan saling menertawakan.

Media telah berperan aktif dan memiliki andil paling besar dalam melakukan penggiringan opini. Pemilihan berita dan isu yang di publish pada akhirnya menunjukan pada kita masyarakat Indonesia bahwa media sudah banyak yang orientasinya bukan lagi membangun negeri, tapi mencipta sensasi.

Berapa banyak pemberitaan yang muncul terkait prestasi Musa yang menjuarai hifzil qur’an di mesir, atau berapa televisi yang menayangkan Aditya Bagus Arfan juara catur internasional di Thailand, atau Joe Alexander pianis cilik yang menorehkan pretasinya sebagai improve skill sekaligus peserta termuda (10 tahun) di Odessa, Ukraina.


Indonesia tidak kekurangan pemuda dan anak-anak luar biasa, tidak sama sekali. Tapi nampaknya public memang sengaja dibuat tidak sadar dengan potensi yang ada dan selalu di jejali dengan permasalahan-permasalahan generasi muda dari mulai pergaulan bebas, narkoba, sampai generasi micin agar seolah-olah Pemuda kita tak bisa diharapkan.


Tiap generasi selalu Istimewa

Penguasaan teknologi memegang peranan penting dalam persaingan ekonomi yang semakin keras ini. Dan mari perhatikan dengan seksama sebuah fakta menarik bahwa ternyata salah satu perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring terbesar di Indonesia dirikan oleh seorang pemuda yang berusia 33 tahun, pemuda itu asli Indonesia. Ya ,Gojek baru enam tahun meramaikan jagad transportasi di Indonesia namun sudah mampu menghegemoni.

Bagaimana dengan para pendiri online shop yang kemudian membuat banyak department store raksasa mulai gulung tikar satu-persatu. Sebut saja William Tanuwijaya yang dikenal sebagai Pendiri Tokopedia bersama Leontinus Alpha Edison. Beliau juga kelahiran tahun 80-an sama seperti Nadiem makarim pendiri Go-jek. Bahkan achmad Zaky yang baru berusia 31 tahun menjadi tokoh muda yang diperhitungkan karna kejeniusanya menjadikan Bukalapak.com sebagai situs online shop yang diperhitungkan.

CEO dan Founder Gojek (source :kompastekno.com)
Apakah kita masih akan meng- underestimate generasi-generasi muda yang luar biasa ini dengan julukan generasi menunduk, generasi anti sosial, generasi candu Internet? Nyatanya teknologi dan internet justru memberi kebermanfaatan besar jika dipegang oleh orang-orang hebat seperti Nadiem dan Achmad zaky

Tiap generasi istimewa, itu pola pikir yang harus kita tanamkan sejak dini pada semua orang. Semua generasi bisa memberi perubahan,semua generasi bisa memberikan andil perbaikan dan pembangunan untuk bangsa ini.

Untuk mempercepat kemajuan bangsa kita juga harus mengakselerasi mental berjuang, dan untuk itu jangan sampai ada lagi stigma-stigma negative yang justru akan menjatuhkan mental generasi muda kita. Pemuda, anak sekolah dan mahasiswa inilah saatnya menjadi tonggak perubahan negeri!
Share:

0 komentar:

Post a Comment