Oleh
: Bayu Apriliawan (Wakil
Presiden Mahasiswa Unsri 2017)
Hidup Mahasiswa !
Sebuah perjalanan telah
terhenti sejak tinta terakhir goresan kata ini kering mengalir. Selamat
melegenda kisah kita, kisah sebuah kapal tiga warna, Musi Merah.
Memasuki musim semi
pergerakan diawal januari, Kabinet ini diplokamirkan dengan disaksikan
kampus-kampus se-sumatera selatan, stakeholder
pemerintahan Ogan Ilir dan seluruh simpul massa Universitas Sriwijaya. Tali
tambat kapal ini dilepas dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim
oleh seluruh hadirin dipimpin bapak Rektor Kampus kuning yang terhormat. Kami
sekeluarga telah berlayar mengarungi fase-fase perjuangan dengan iringan doa
dan harapan.
Pelantikan Jajaran dihadapan Rektor dan para tamu Undangan |
Januari, sembari mengatur
strategi tim memulai langkah dengan merekonsoliasi kekuatan yang ada dan
tersisa, menganalisis dan menghelat perekrutan akbar untuk memaksimalkan
kekuatan dan memaksimalkan kinerja satu tahun kedepan. Proses rekrtumen,
pembekalan dan pemahaman usai dilakukan dipenghujung bulan. Penjagaan dan
pengkaryaan akan menjadi tugas yang panjang lagi membutuhkan ketelatenan yang
berkelindan.
Februari sampai menjelang
gerbang April, reharmonisasi dalam cakupan yang lebih luas di galakkan. Forum
komunikasi ormawa, Sriwijaya saling sapa, On In SC, Silaturahmi keliling,
solidasi Pejuang Advokasi Kampus, Solidasi Garda Sriwijaya, Kemendagri Cup
sampai inovasi fenomenal Sriwijaya Super Leauge menjadi lorong-lorong,
gerbong-gerbong, dan rumah-rumah yang pada akhirnya menjadi media terbaik untuk
menyatukan segala potensi kekuatan KM Unsri yang tercecer.
Pasca dari bulan itu,
akselerasi dan ekspansi ranah kontribusi Kapal ini telah memasuki dua perkara
yang cukup melelahkan. Penerimaan mahasiswa baru, Pengenalan kehidupan kampus,
dan semua badai perjuangan yang mewarnainya. Perencanaan , konsolidasi dan
inovasi terbaik serta kerja sama dari semua pihak telah memberi dampak
terlaksananya rangkaian penerimaan mahasiswa baru yang lebih efisien dan
‘terawasi’. Beberapa gebrakan ‘pesan kemanusiaan’, serba-serbi rekor muri yang
tertunda, sampai insiden Spanduk UKT dan
sabotase Micropone presma, menjadi persembahan tak terlupakan yang pada
akhirnya memberikan pendidikan eksklusif kepada mahasiswa baru tentang
pergerkan mahasiswa yang tentu ada
pro-kontranya.
Pesta sambut mahasiswa baru
ternyata menjadi awal dari pergulatan perjuangan ini. Sampai memasuki 3 bulan
lamanya isu UKT belum juga menemukan sebuah tiitk temu. Empat kali audiensi
tidak sanggup menemukan satu kata sepakat antara dua hati yang sebenarnya
saling menyayangi namun berbeda persepsi. Mahasiswa terus beraspirasi, bahkan
gelombang-gelombang ini riuhnya lebih besar dari pada keriuhan penghuni kapal. Sampai
kemudian nahkoda kapal dan seisi keluarga
memilih terjun kelaut lepas, memilih ikut berenang bersama , berjuang
dan lalu hampir terhempas, terbuang.
Kursi rektorat, Kursi DPRD
Sumsel, sampai kursi Kemenristekdikti pernah diduduki sebagai bukti ikhtiar kesungguhan
ini. Diluar ruangan-ruangan Ber-AC itu, ada aspal Rektorat, aspal DPRD dan
aspal seluruh kampus se-jagat perjuangan ini yang ikut berteriak menghamba
keadilan. Kami baru menyadari bahwa tiga huruf inilah yang akan menjadi cerita
tersendiri dalam perjalanan kabinet ini. Dan tiga huruf itu adalah ‘UKT’. Semua
waktu, keringat dan semua hormon adrenalin rasanya telah terkuras pada kasus
ini. Tidak kurang dari dua orang menteri Kabinet ini menjadi ‘tumbal’ dari deadlocknya solusi . Hanya tentang waktu
untuk mengakui bahwa semua dinamika itu adalah bagian dari cerita inda tak
terlupakan yang kebetulan sempat viral dibeberapa media nasional itu.
Hampir semua media nasional memberitakan kasus UKT ini (in frame : Bayu apriliawan) |
Oktober pertengahan, semua
pasang mulai surut di ikuti gelombang nan ombak yang tidak lagi mengganas.
Semua puing tsunami beberapa bulan lalu telah ditata ulang kembali. Ada bekas
reruntuhan dan luka yang mungkin terlanjur sulit di obati lagi, tapi akan tetap
ada bisikan maaf yang terlontar tulus disela-sela doa demi kebaikan bersama
universitas sriwijaya dan pendidikan tinggi Indonesia.
Oktober-November, adalah
pembuktian bahwa kapal yang bocor dimana-mana masih bisa berlayar sampai ke
Andalusia mengitari Malawi, sudan dan korea selatan. Ya dengan reruntuhan
kekuatan yang ada, dua agenda nasional dan satu agenda interansional berhasil
di helat. Senang sekali rasanya bisa memperkenalkan Universitas Sriwijaya pada
mahasiswa korea, Malaysia, sudan, Malawi dan Thailand itu. Lalu kemarin, 24 jam
sebelum laporan pertanggung jawaban ini dibacakan. Kapal menutup perjalananya
dengan kembali memberikan persembahan hangat untuk keluarga yang telah menanti
di tepi pantai ini.
2 Agenda Nasional, 1 Agenda internasional dan 1 Rangkaian agenda konser musik, pesta kuliner gratis menjadi penutup yang istimewa dikabinet ini |
Terimakasih Allah SWT, Orang
tua, Guru-guru, keluarga kabinet Musi Merah dan seluruh keluarga mahasiswa
universitas sriwijaya atas kepercayaan ,doa dan harapanya. Lebih dari 7000
mahasiswa telah memilih saya dan saudara Presma pada pemira kemarin, hampir
1000 mahasiswa selalu membersamai aksi-aksi kabinet ini, tak kurang dari 50
ormawa bersedia berpegang tangan bersama mewujudkan perbaikan, 10 fakultas
berpartisipasi, BEM, LDF, UKM-UKK, dan rekan-rekan MAPALA telah terlibat dan
berpartisipasi bersama memeriahkan perjalanan satu tahun kebelakang.
Hampir semua pihak telah
terlibat baik internal maupun eskternal
telah menjadi bagian yang amat penting dalam semua capaian ini. Betapa indahnya
diskusi-diskusi dikala ‘UKT’ merebak, kawan-kawan GMNI, KAMMI, HMI, dan semua
rekan-rekan pergerakan se sumsel telah ikut andil membersamai kami. Tak kurang
dari 30 kedaerahan secara random telah bergabung, berpartisipasi secara aktif
dalam kebersamaan yang berfaedah ini. Khamsa
hamida.
Sekapur sirih ini saya
sampaikan dengan narasi perjalanan yang ringkas. Semuanya tidak sesederhana
kata. Kinerja lengkap dan seluruh pertanggung jawabanya kami sampaikan secara
lengkap dilembar-lembar laporan pertanggung jawaban yang saat ini tersimpan rapi di sekretariat DPM Unsri. Salam
hangat, Mahasiswa biasa J
Catatan
panjang ini disampaikan secara langsung oleh penulis
dalam
momen sakral “ Kongres Mahasiswa Universitas Sriwijaya ”
pada
hari dipertengahan bulan yang akhir tahun itu.
0 komentar:
Post a Comment