Monday, 18 December 2017

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGELOLAAN PERKEBUNAN KARET

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGELOLAAN PERKEBUNAN KARET



 



Oleh:

WAHYU SRININGSIH
05071181419002




PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA
2016



KATA PENGANTAR
 Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan Tetap Praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet yang merupakan salah satu syarat untuk lulus dalam mata kuliah Praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet yang tepat pada waktunya tanpa adanya suatu halangan apapun yang berarti dengan judul “Laporan Tetap Praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet”.
Dengan terselesaikannya laporan ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada para dosen pengajar mata kuliah Pengelolaan Perkebunan Karet yang telah membimbing kami dan memberikan pengetahuan, serta Asisten Praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet juga yang telah membimbing kami, serta teman-teman program studi Agroekoteknologi angkatan 2014 yang telah memberikan semangat juang dan membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari masih banyak kekuranganya baik itu secara sengaja maupun tidak disengaja.Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada semua pihak guna kesempurnaan laporan ini.Dan apabila nantinya banyak kekeliruan serta tidak tepatnya dalam pengkutipan maka penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.Akhir kata dengan mengharap ridho dari Allah SWT, penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua. Amiin.


Indralaya,  November 2016



Penulis



RIWAYAT HIDUP


Penulis merupakan seorang mahasiswi Program Studi Agroekoteknologi angakatan 2014 semester lima yang bernama Wahyu Sriningsih nama panggilannya Wahyu atau Ningsih dilahirkan di Karya Makmur 16 April 1997.Dia merupakan putri sulung suku Jawa.Dari pasangan bernama Sukadi dan Mardiyah.Ayah dan Ibunya merupakan asli suku Jawa. Pekerjaan ayahnya dan ibunya seorang Guru di sekolah dasar. Moto hidupnya adalah  “selagi masih bisa kenapa tidak!!”. Dia memiliki hoby memasak dan jalan-jalan.Cita-citanya ingin membahagiakan orang tua. Dia memiliki dua orang adik satu laki-laki dan perempuan.Yang adik perempuan bernama Dwi Sukarti dan dia bersekolah di SMAN 3 Martapura kelas 2 dan adik yang laki-lakinya bernama Teguh Marsudi sekarangber sekolah di SDN 2 Karya Makmur Kelas 6. Riwayat pendidikannya di SDN 1 Karya Makmur,kemudian melanjutkan di SMPN 2 Belitang III, dan melanjutkan lagi di SMAN 3 Martapura, dan sekarang melanjutkan di bangku perkuliahan di Universitas Sriwijaya jurusan. Agroekoteknologi Alamat tempat tinggal orang tua di Desa Karya Makmur, Kec. Belitang Jaya, Kab. OKU Timur.




MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Motto:
·         Selagi masih bisa kenapa tidak.
·         Tak selamanya kepompong akan menjadi kepompong terus suatu saat nanti akan menjadi kupu-kupu yang indah.

Persembahan:
·         Untuk Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya.
·         Untuk Rasulullah SAW yang selalu dinantikan syafaatnya.
·         UntukAyah dan Ibu  yang selalu memberikan dukungan dan selalu berdo’a untuk kebaikan dan kesuksesanku.
·         Untuk keluarga dan saudara-saudaraku yang selalu mendo’akanku.
·         Untuk teman-teman seperjuangan AET’14 yang selalu mengingatkan dan selalu membantuku saat mengalami kesulitan.
·         Untukpara dosen dan asisten yang telah membagi ilmunya dan membimbingku dalam segala hal.
·         Untuk semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya laporan ini.



DAFTAR ISI


Halaman
Halaman Judul................................................................................................ i
Halaman Pengesahan...................................................................................... ii
Pernyataan Integritas...................................................................................... iii
Kata pengantar............................................................................................... iv
Riwayat Hidup............................................................................................... v
Motto dan Persembahan................................................................................. vi
Daftar Isi........................................................................................................ vii
Daftar Tabel................................................................................................... viii
Daftar Gambar ..............................................................................................    ix
Daftar Lampiran.............................................................................................     x
Bab I. Pendahuluan .......................................................................................
Bab II. Tinjauan Pustaka................................................................................
Bab III. Pelaksanaan Praktikum.....................................................................
Bab IV. Hasil dan Pembahasan......................................................................
Bab V. Kesimpulan dan Saran.......................................................................
Daftar Pustaka................................................................................................
Lampiran........................................................................................................



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Luas areal karet di Indonesia mencapai 3.4 juta hektar, dan 2.9 juta ha di antaranya lahan perkebunan rakyat (smallholders) atau sekitar 80 persen dari total perkebunan karet Indonesia, sementara luas areal Negara (goverement) yaitu 259.366 ha dan untuk perkebunan swasta (private) luas arealnya yaitu 269.315 ha (Dirjenbun, 2013).
Meskipun Indonesia memiliki wilayah cukup luas untuk tanaman karet, tetapi produktivitasnya masih berada di bawah Thailand, yaitu produktivitas tanaman karet rata-rata di Indonesia pada tahun 2007 baru mencapai 996 kg-1ha-1thn-1 masih lebih rendah dibandingkan Thailand, yaitu 1675 kg-1ha-1thn-1 (Bastari, 2008).
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa bagi negara, sehingga memiliki prospek yang caerah. Upaya peningkatan produktivitas usaatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya.
Karet merupakan komoditas perkebunan yang sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi Kepala Keluarga (KK), komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumbe devisa non-migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet.
Berdasarkan beberapa komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, karet alam cukup pesat, diikuti oleh komoditi lainnya seperti kelapa sawit dan kakao. Pertumbuhan yang pesat dari ketiga komoditas ini akan mampu mendorong perluasan areal dan sejalan dengan itu pula produksi perkebunan akan semakin meningkat secara konsisten.
Tantangan utama pada masa mendatang adalah meningkatkan daya saing dan keunggulan kompetitif di sector industry dan jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia, teknologi, dan manajemen. Penyadapan merupakan suatu tindakan pembukaan lateks, agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet luar. Cara penyadapn yang telah dikenal luas adalah dengan mengiris sebagian dari kulit batang. Oleh karna itu, pelaksanaan penyadapan harus mengikuti aturan atau norma yang benar. Selalu berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan tetap berusaha mempertahankan kelangsungan perusahaan agar tetap menguntungkan dari budidaya yang diusahakan. Upaya ini cukup berarti mengingat persaingan usaha yang dihadapi semakin ketat. Usaha yang perlu dilaksanakan adalah dengan menggunakan biaya secara efektif dan berupaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang diusahakan terutama dalam pemanenan.
Produktivitas tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produktivitas tanaman dan hamparan, sedangkan kapasitas secara langsung dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaan tanaman.Oleh sebab itu, pemanenan memgang peranan penting dalm peningkatan produktivitas.Seperti halnya tanaman perkebunan pada umumnya, tanaman karet memerlukan tindakan pemanenan secara aagronomis untuk menunjang produktivitas. Komoditi karet merupakan komoditi andalan yang diutamakn sebagai komoditi ekspor untuk menghasilkan devisa Negara. Mamfaat dari tanaman karet ini sangat banyak, misalnya : bahan baku dari ban, sepatu , sandal, dan lain-lain. ( pers. 2013 )

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum pengelolaan perkebunan karet ialah agar mahasiswa mampu dan mengetahui cara dan prosedur untuk menanam karet di lapangan, perawatan TBM, TM, dan teknik perbanyakan tanaman karet.



BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Umum
Sistematika tanaman karet:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea braziliensis
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter.Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas.Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun.Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar.Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet.Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman.
 Karet termasuk tanaman sempurna karena memiliki bunga jantan dan betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima taju yang sempit. Bunga betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan jantannya dan mengandung bakal buah yang beruang tiga.Kepala putik yang merupakan organ kelamin betina dan posisi duduk berjumlah tiga buah.Organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan gabungan dari sepuluh benang sari.Kepala sari terbagi menjadi dua ruangan, yang satu letaknya lebih tinggi dari pada yang lainnya.
. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.Jadi jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang.Ukuran biji besar dengan kulit keras.Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.Sesuai dengan sifat dikotilnya. Sebagai tanaman berbiji belah.
Akar pohon karet berupa akar tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi ke atas.Dengan akar seperti itu pohon karet bisa berdiri kokoh, meskipun tingginya bisa mencapai 25 meter.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3 – 6 ruang.Setiap ruangan berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangnya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ke tempat yang tepat. (Khoiri, 2015)
2.2 Syarat Tumbuh
Curah hujan yang ideal untuk tanaman karet adalah 1.500-3.000 mm/tahun dengan distribusi yang merata. Curah hujan diatas 3.000 mm/ tahun akan menimbulkan kondisi yang lembab dan biasanya diikuti dengan serangan penyakit gugur daun Colletotrichum. Sebaliknya daerah beriklim kering yaitu dengan bulan kering diatas empat bulan akan menekan pertumbuhan tanaman (Thomas dan Silaban, 2010). Suhu udara yang ideal untuk petumbuhan maksimum yaitu 29o-34oC dan minimum  sekitar 20oC atau lebih dengan rata-rata bulanan 25o-28oC.
Tekstur tanah yang baik bagi tanaman karet adalah tekstur liat, sedangkan yang berpasir kurang baik bgai tanaman karet. Sementara itu pH tanah yang ideal bagi tanaman karet berkisar antara 4,0 hingga 6,5. Pada pH dibawah 3,5 pentumbuhan dan produksi karet sangat tetekan. Kemiringan maksimum untuk budidaya tanaman karet adalah 15o.

2.3 Persiapan Lahan
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
1.  Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis.
2. Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
3. Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari 50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150.Hal ini dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara 1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat kemiringan lahan.
4. Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam.



2.4 Pembibitan
Langkah- langkah kegiatan pembibitan karet adalah
2.4.1.      Menyiapkan batang bawah
Menyiapkan batang bawah yang berasal dari biji tanaman karet. Penyiapan batang bawah ini meliputi kegiatan seleksi biji, pengecambahan, dan penyemaian.
a.    Seleksi biji
     Biji karet yang baik setelah dilakukan pembelahan berwarna putih, tetapi kondisi ini sangat sulit ditemukan.Akan tetapi bila ada warna kekuningan sebanyak 80% sudah bisa disebut baik. Bila biji karet yang terseleksi dari suatu areal melalui perjalanan yang relatif jauh dan memakan waktu lama, bisa menurunkan kecambah sebesar 50%. Untuk mengurangi resiko penurunan daya kecambah sebaiknya perjalanan dalam waktu singkat. Perendaman dengan cara memasukkan biji-biji karet ke dalam karung plastik dan selanjutnya merendamnya dalam air bersih selama empat malam.
Agar terlindung dari infeksi bakteri atau mikroorganisme lainnya, biji-biji tersebut disemprot menggunakan fungisida Actiodane dengan kepekatan 0,05%. Setelah disemprot dan kering, biji karet siap dikirim ke tempat pesemaian yang jaraknya relatif jauh.
b.    Pengecambahan
Pengecambahan dipilih dekat sumber air agar selalu lembap. Setelah itu tanah dibersihkan dari batu-batuan, gulma, tunggul-tunggul kayu, sisa-sisa akar, dan kotoran lainnya sambil dicangkul sedalam 15 cm. Selanjutnya dibuat bedengan dengan lebar 120 cm dan panjang sesuai keadaan lahan. Dan ditaburkan pasir secara merata diatas permukaan tanah. Agar terhindar dari terpaan matahari dan guyuran hujan, bedengan harus diberi atap dengan tiang di sebelah timur lebih tinggi daripada tiang sebelah barat. Dengan perbedaan ketinggian seperti itu, pada pagi hari bedengan mendapat sinar matahari dan terlindung pada siang hari.
Setelah bedengan siap, biji-biji dibenamkan di permukaannya dengan jarak antarbiji 1 cm, sehingga setiap meter persegi bedengan bisa memuat 1.000 biji. Agar permukaan bedengan tetap lembab, penyiraman dilakukan secara teratur 2 - 3 hari sekali atau tergantung pada keadaan cuaca. Jika bijinya memang cukup bagus dan kegiatan pengecambahan dilakukan secara benar, sekitar 10 hari kemudian biji-biji akan berkecambah.
c.    Penyemaian.
Setelah biji berkecambahan dipindahkan ke tempat peemaian di sinilah biji yang sudah berkecambah dibesarkan untuk diokulasi dan dipindahkan ke lahan. Biji yang sudah berkecambah harus segera dipindahkan ke tempat pesemaian untuk meningkatkan pertumbuhannya.

2.4.2.       Menyiapkan Batang Atas
Klon karet yang akan dijadikan batang atas dipilih sesuai dengan rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai provinsi. Memudahkan kegiatan okulasi sebaiknya setiap perkebunan karet memiliki lahan khusus berisi klonklon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas. Berkaitan dengan penyiapan batang atas ini ada beberapa istilah yang harus dipahami.
a)      Kayu okulasi. Kayu okulasi yang juga sering disebut dengan batang atas merupakan tunas atau dahan muda yang memiliki beberapa mata tunas sebagai bahan utama kegiatan okulasi. Kayu okulasi bisa diambil dari pohon induk atau tanaman karet ditanam secara khusus untuk menghasilkan kayu okulasi.
b)     Mata tunas.Mata tunas adalah bagian tanaman batang atas yang akan diokulasikan dengan batang bawah. Mata tunas ini setelah menyatu dengan batang bawah akan tumbuh menjadi batang tanaman karet. Mata tunas ini terdapat di sepanjang kayu okulasi, semakin muda kayu okulasi tersebut, semakin terlihat jelas mata tunasnya.
c)      Perisai dan jiwa.Perisai dan jiwa di sini erat kaitannya dengan mata tunas. Perisai adalah kulit kayu tempat mata tunas di bagian tersebut. Sementara itu, jiwa adalah bagian dalam dari mata tunas, berupa sebuah bintil dan merupa-kan inti dari mata tunas.

2.4.3.      Kegiatan Okulasi
Persyaratan okulasi
Setelah batang bawah dan batang atas siap, kegiatan okulasi bisa segera dilaksanakan. Beberapa prinsip dasar yang harus dimengerti agar kegiatan okulasi berhasil sebagai berikut:
(1)   Kedua lapisan kambium, yaitu kambium batang bawahdan perisai harus menyatu dan tak boleh teraba jari,terkena kotoran atau keringat, serta terbuka terlalu lama.Ketika keduanya ditempelkan tidak boleh mengalamigeseran sedikitpun.
(2)   Tidak dianjurkan melakukan okulasi pada batang bawahdalam keadaan basah.
(3)    Peralatan atau pisau okulasi harus tajam dan bersih atausteril.
(4)   Pekerja yang melaksanakan kegiatan ini juga harusdalam keadaan bersih atau steril.
(5)   Pekerja harus teliti dan sabar.

Jenis okulasi
Okulasi cokelat dilakukan pada batang bawahberumur 9 - 18 bulan di pembibitan, sehingga sudah berwarna cokelat dengan diameter lebih dari 1,5 cm. Batang atasnya berasal dari kebun batang atas berwarna hijau kecokelatan, berbatang lurus, dan beberapa mata tunas dalam keadaan tidur. Sementara itu, okulasi hijau dilakukan pada batang bawah berusia 5 - 8 bulan di pembibitan, sehingga masih berwarna hijau dengan diameter 1 - 1,5 cm. Batang atasnya berumur 1 - 3 bulan setelah pemangkasan dan berwarna hijau. ( Damanik. Dkk, 2010)

Bentuk Bibit Okulasi
a.    Stum mata tidur. Bibit stum mata tidur adalah bibit yang diokulasi di lahan pesemaian dan dibiarkan tumbuh selama kurang dari dua bulan setelah pemotongan batang atas pada posisi 10 cm di atas mata okulasi, dengan akar tunggang tunggal atau bercabang. Kelebihan bibit stum mata tidur ini adalah ringan, sehingga mudah diangkut. Sementara itu, kekurangannya antara lain persentase kematian bibit tinggi.
b.    Stum mini. Bibit stum mini juga diokulasi di lahan pesemaian, tetapi dibiarkan tumbuh selama 8 - 12 bulan setelah pemotongan. Tunas yang tumbuh selama waktu tersebut dipotong pada posisi 50 cm di atas pertautan okulasi. Di posisi ini diharapkan akan muncul 7 - 19 mata tunas yang akan tumbuh menjadi tunas. Kelebihan stum mini ini adalah kemungkinan tumbuhnya besar karena memiliki beberapa mata tunas. Kekurangannya hanya terletak pada bentuk bibit yang masih bengkok, sehingga perlu perawatan sebaik-baiknya (intensif) agar tumbuh lurus, yakni dengan cara menopang bibit menggunakan sebilah kayu, sehingga tumbuh lurus.
c.    Stum Tinggi. Jika stum mini dibiarkan tumbuh selama 8 - 12 bulan setelah pemotongan, stum tinggi dibiarkan lebih lama lagi, yaitu 2 - 2,5 tahun sejak bibit okulasi dipotong. Saat itu, ketinggian bibit sudah lebih dari tiga meter, sehingga dinamakan bibit stum tinggi. Kelebihan stum tinggi ini adalah persentase kematian kecil dan matang sadap terjadi lebih awal. Kekurangannya, cara ini biasanya hanya untuk penyulaman dan pelaksanaan pembongkaran agak sulit ( Damanik, dkk, 2010)

2.5 Penanaman
Selain dapat ditanam secara monokultur, karet juga dapat ditumpangsarikan dengan berbagai tanaman lain. Tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan karet antara lain tanaman semusim, seperti pisang dan jahe atau palawija (kedelai, kacang hijau, atau kacang tanah). Bahkan, tanaman tahunan, seperti cengkih, kakao, dan kopi pun bisa ditumpangsarikan dengan karet.
2.5.1    Jarak tanam
Untuk tanaman karet, jarak tanam optimal tersebut adalah 3 x 7 meter jika ditanam secara monokultur. Sementara itu, jika ditanam secara tumpangsari, jarak tanam bisa lebih jauh lagi, tergantung tanaman yang ditumpangsarikan.

2.5.2    Penentuan lubang tanam
Jika yang ditanam adalah bibit okulasi stum mini atau bibit dalam kantong plastik, ukuran lubang tanam cukup 60 x 60 x 60 cm. Jika yang dipakai adalah bibit stum tinggi berumur 2 - 3 tahun, lubang tanam berukuran 80 x 80 x 80 cm. Sementara itu, jika panjang akar tunggang lebih dari 80 cm, di bagian tengah dasar lubang tanam perlu digali sedalam 20 - 30 cm.
2.5.3    Pembongkaran bibit
Jika bibit karet yang akan ditanam berupa stum mini atau stum tinggi dari lahan pesemaian, bibit tersebut harus dibongkar dahulu. Caranya, dibuat park sedalam 50 cm di sisi kiri barisan bibit. Setelah itu, bibit dipegang di bagian atas okulasi dan dicabut dengan hati-hati. Jika terdapat lebih dari satu akar tunggang, akar tunggang yang lebih kecil dipotong, sehingga menyisakan satu akar tunggang yang besar.
2.5.4    Pelaksanaan penanaman
Setelah bibit dan lubang tanam siap maka penanaman bisa segera dilaksanakan. Jika bibit yang ditanam merupakan bibit yang diambil dari lahan, akar tunggang harus masuk lurus ke dalam tanah. Akar tunggang yang arahnya miring bisa mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat. Jika yang akan ditanam berupa bibit okulasi dalam kantong plastik atau dalam tapih, media di sekitar bibit harus padat dan tidak pecah. (Damanik.dkk, 2010)

2.6 Pemeliharaan
2.6.1    Pemeliharaan Tanaman Sebelum Berproduksi
Di kalangan petani karet, tanaman yang belum bisa disadap atau belum berproduksi sering disebut dengan komposisi I, yaitu tanaman berumur 1 - 4 tahun. Pemelihara-an tanaman karet sebelum berproduksi hampir sama dengan pemeliharaan tanaman perkebunan pada umumnya, yakni meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan, seleksi dan penjarangan, serta pemeliharaan tanaman penutup tanah.
2.6.1.1  Penyulaman
Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati. Karena penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 - 2 tahun, bibit yang digunakan berupa bibit stum tinggi berumur 1 - 2 tahun agar tanaman bisa seragam.
2.6.1.2  Penyiangan
Penyiangan dalam budi daya karet bertujuan membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Karenanya, kegiatan penyiangansebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Meskipun demikian, umumnya penyiangan dilakukan tiga kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya
2.6.1.3 Pemupukan
Pemupukan tanaman pada budidaya karet adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen lateks dapat dilakukan secepatnya. Kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical stripweeding.
2.6.1.4  Seleksi dan penjarangan
Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri dari tanaman yang seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Karenanya, tanaman yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akar akarnya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman yang sehat.

2.6.2    Pemeliharaan Masa Produksi
Setelah menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan komposisi II. Pada kenyataannya, selalu saja ada beberapa tanaman karet yang terpaksa belum bisa disadap meskipun sudah berumur
lima tahun. Dari 425 tanaman sehat menjelang sadap, yang bisa disadap hanya sekitar 400 batang.
Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksud-kan agar kondisi tanaman dalam keadaan baik; produksinya tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur tanaman; dan masa produktifnya makin panjang. Tanpa perawatan yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun, dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini hanya meliputi penyiangan dan pemupukan.

2.6.2.1 Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan pertumbuhan gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan bisa dilakukan secara manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya.
2.6.2.2 Pemupukan
Dalam budidaya karet, pemupukan dilakukan sejak tanam sampai tanaman tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa komposisi I atau sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa komposisi II atau setelah sadap kegiatan pemupukan harus dilakukan secara efektif.Artinya, hanya tanaman yang produksi lateksnya bagus saja yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan. ( Damanik. Dkk, 2010)

2.7  Pemanenan/ Penyadapan
Suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar.Syarat penyadapan yang baik adalah menghasilkan lateks banyak,biayanya rendah,tidak mengganggu kesinambungan produksi tanaman.
2.7.1 Menentukan matang sadap
2.4.4.      Matang Sadap Pohon
Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan gangguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan berdasarkan “umur dan lilit batang”.
1. Lilit batang 45 cm atau lebih
2. Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
2.4.5.      Matang Sadap Kebun
Apabila pada kebun, jumlah tanaman matang sadap sudah mencapai >60%. Misalkan, jarak tanam: 6x3 m (555 pohon/ha), maka pohon matang sadapnya sudah mencapai 333 pohon/ha. Hal ini didasarkan pada produksi yang dihasilkan secara ekonomis cukup menguntungkan untuk memproduksi sejumlah pohon tersebut

2.7.2 Pelaksanaan penyadapan
Kedalaman Irisan Sadap
Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1–1.5 mm dari kambium Dasar pemikiran:
1)      Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks,
semakin ke dalam semakin banyak
2)      Jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulitpulihan dapat terbentuk dengan baik
3)      Lamanya penyadapan 25–30 tahun.

Frekuensi Penyadapan
1)      Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang
dilakukan dalam jangka waktu tertentu
2)      Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan
panjang irisan dan intensitas penyadapan
3)      Panjang irisan: ½ S (spiral)
4)      Frekuensi penyadapan: 2 tahun pertama: d/3 (3 hari sekali)
tahun selanjutnya: d/2 (2 hari sekali)
panjang irisan dan frekuensi penyadapan bebas.
Waktu Penyadapan
Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar pemikirannya:
a.       Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran
lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel
b.      Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat
menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin
siang
c.       Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan
baik bila hari sudah cukup terang. (Balit Sumbawa.2005)



2.7.3 Sistem Eksploitasi
1)      Kemampuan tanaman karet dalam menghasilkan lateks berubah dari waktu ke waktu
2)      Aturan penyadapan harus disesuaikan. Cara penyadapan menurut aturan-aturan tertentu yang dilakukan pada suatu periode, tersusun dalam suatu sistem disebut sistem sadap
3)      Beberapa sistem sadap yang dirangkai dan dilakukan secara berurutan. Sepanjang waktu produksi tanaman.

2.8 Pasca Panen
Setelah lateks hasil sadapan terkumpul seluruhnya, selanjutnya lateks dari tangki penerimaan/pengumpulan yang berada di lokasi tempat pengumpulan hasil di kebun, kemudian diangkut dengan tangki pengangkut ke pabrik.Tangki pengangkut ada yang ditarik dengan traktor, dan ada pula yang terpasang pada truk-truk tangki.Dalam pengangkutan lateks ke pabrik harus dijaga agar lateks tidak terlalu tergoncang dan terlalu kepanasan karena dapat berakibat terjadinya prakoagulasi di dalam tangki.Dalam keadaan tertentu, lateks dalam tangki tersebut perlu diberi obat anti koagulan.
Untuk memperoleh bahan olah karet yang bermutu baik beberapa persyaratanteknis yang harus diikuti yaitu :
• Tidak ditambahkan bahan-bahan non karet.
• Dibekukan dengan asam semut dengan dosis yang tepat.
• Segera digiling dalam keadaan segar.
• Disimpan di tempat yang teduh dan terlindung dan tidak direndam.



BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pengelolaan Perkebunan Tanaman karet di laksanakan di lahan Karet Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.Dan pelaksanaan praktikum ini di laksanakan setiap hari jum’at pukul 13.00 WIB mulaidari tanggal 2 September 2016tanggal 4 November 2016.

3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1) Botol air mineral, 2) Cangkul, 3) Kayu, 4) Knapsack sprayer, 5) Mal sadap, 6) Mistar, 7) Pisau okulasi, 8) Pisau sadap,
Adapun bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1) Air, 2) Benih karet, 3) Pupuk NPK,

3.2 Cara Kerja
3.2.1 Weeding
          Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.    Bersihkan gulma yang ada disekitar tanaman karet menggunakan parang,
2.    Semprot gulma yang ada disekitar tanaman karet menggunakan knapsack sprayer,
3.    Identifikasi gulma apa saja yang terdapat disekitar tanaman karet tersebut,

3.2.2    Pemupukan
          Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.    Potong bawah botol air mineral 1500 ml menjadi bagian ¾,
2.    Masukkan pupuk NPK kedalam botol yang telah dipotong tadi,
3.    Bersihkan lingkaran sekitar tanaman karet dengan jarak 1m,
4.    Taburkan pupuk disekitar tanaman tanpa ditutup pada perlakuan ditabur,
5.    Buat empat lubang yang mengelilingi tanaman kemudian masukkan pupuk lalu tutup dengan tanah pada perlakuan ditugal,
6.    Buat larikan melingkari tanaman dan taburkan pupuk dalam lingkaran tersebut pada perlakuan ditabur dalam larikan,
7.    Buat larikan melingkari tanaman dan masukkan pupuk kedalam larikan kemudian tutup dengan tanah pada perlakuan dibenam dalam larikan,

3.2.3   Kriterian penyadapan karet
          Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.    Tempelkan mal sadap pada tanaman karet,
2.    Ukur selisih tinggi dan kemiringan bidang sadapan yang telah ada dengan tinggi mal sadap,
3.    Ukur lilit batangnya,
4.    Ukur lebar bidang sadapan yang ada,
5.    Catat dan lihat apakah bidang sadapan tersebut telah memenuhi kriteria penyadapan yang baik.

3.2.4   Penyadapan
Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.    Buat mal sadap dengan tinggi 130 cm kemiringan bidang sadapan 300dan lebar 6 cm.
2.    Tempelkan mal sadap pada tanaman karet,
3.    Iris bidang sadapan dengan ketebalan 1-1,5 mm dengan lebar 1,5-2 mm mengikuti arah mal sadap.

3.2.6   Pendederan
          Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah :
1.    Buatlah bidang pendederan dengan ketebalan 15-20 cm (pasir dan tanah topsoil), lebar 1,5 m panjang 2,5 m,
2.    Buatlah naungan dengan menggunakan kayu dengan tinggi ada bagian barat 90-100 cm dan bagian timur 150 cm,
3.    Pilihlah benih karet yang baik,lalu tanam benih pada daerah punggung.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.                 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh pada praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet ini antara lain sebagai berikut:
4.1.1.           Weeding (Penyiangan Gulma)
Keanekaragaman Gulma di Perkebunan Karet
No
Nama Gulma
Nama Latin
1.
Senduduk
Melastoma affine
2.
Alang-alang
Imperata cylindrica
3.
Sambung Rambat
Mikania micrantha
4.
Dandelion
Taraxacum erythrospermum
5.
Asystasia
Asystacia spp.
6.
Rumput Gajah
Pennisetum purpureum
7.
Teki
Cyperus rotundus
Tabel 4.1.1.1.Weeding (Penyiangan)

Efektifitas Penggunaan Alat (10 menit)
No
Alat
Luas Areal (m2)
Volume yang digunakan
1
Parang
10 pohon x (11 m x 5 m) = 55 m2
-
2
Knapsack Sprayer
10 pohon x (11 m x 5 m) = 55 m2
200 L.ha-1(6 liter/10 pohon)
Tabel 4.1.1.2. Weeding (Penyiangan)


4.1.2.           Pemupukan Tanaman Karet
4.1.2.1.  Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Fase Pertumbuhan
Kebutuhan Pupuk (gram/pohon)
Urea
SP-36
KCl
Urea
SP-36
KCl
TB
50
100
-
25
50
-
TBM 1
236
100
100
118
50
50
TBM 2
233
267
150
160
123
75
TBM 3
381
267
200
175
128
92
TBM 4
429
333
200
188
147
88
TBM 5
476
333
200
200
140
84
Tabel 4.1.2.1. Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Diolah dari berbagai sumber
Keterangan :
TB : tanaman fase bibit
TBM : tanaman belum menghasilkan

4.1.2.2.  Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)
Jenis Pupuk (gram/pohon)
Podsolik Merah Kuning (PMK)
Jenis Tanah Latosol
Urea
280,86
280,86
DS
383,68
157,86
KCl
156,00
180,00
Tabel  4.1.2.2.            Pemupukan Tanaman Menghasilkan (TM)
Sumber : Balai Penelitian Perkebunan Sembawa dalam Tim Penulis PS, 1991


4.1.3.           Tabel 4.1.3. Penyadapan (Mal Sadap)


4.1.4.     Penyadapan (Konsumsi Irisan Sadap)

No.
Lebar Bidang Sadap (cm)
Jumlah Lateks yang didapatkan selama 30 hari (2 hari 1 kali) (milimeter)
1
4
2,666666667
2
4,2
2,8
3
3,4
2,266666667
4
3,4
2,266666667
5
2,9
1,933333333
6
3
2
7
2,9
1,933333333
8
3
2
9
3,1
2,066666667
10
3
2
∑Total
21,93333333
Tabel 4.1.4. Penyadapan (Konsumsi Irisan Sadap)
Perhitungannya:
1. Lateks hasil penyadapan di ambil 2 hari 1 kali.
2. Dalam 3 hari (satu bulan) di dapatkan 15 kali lateks yang di ambil.
3. Lebar bidang sadap masing-masing pohon di bagi dengan 15.
4. Hitung pembagiannya, kemudian di konversikan cm ke mm.
5. Hitung total 10 pohon karet yang di amati dengan menjumlahkan seluruh lateks yang didapatkan masing-masing pohon.

4.1.5.     Pendederan

Minggu ke-
Benih ke-
Tinggi (cm)
Stadia
1
1
-
-
2
-
-
3
-
-
4
-
-
5
-
-
6
-
-
7
0,5 – 1 cm
Mentis
8
-
-
9
-
-
2
10
-
-
1
-
-
2
-
-
3
-
-
4
-
-
5
-
-
6
-
-
7
5 - 7
Pancing
8
-
-
9
-
-
10
-
-
3
1
-
-
2
-
-
3
-
-
4
-
-
5
-
-
6
-
-
7
10
Payung
8
-
-
9
-
-
10
-
-
Tabel 4.1.5.    Pendederan

4.1.6.     Tabel 4.1.6.  Bahan Tanam (Stum)
             
No.
Jenis
Periode Pembibitan
Kelebihan
Kelemahan
1
Stum Mata Tidur
3-4 minggu
Waktu penyiapannya lebihmudah dan cepat, dan harganya relatif murah.
Persentase kematian cukup tinggi 15 – 20 %, ada kemungkinan tumbuhnya tunas
palsu, dan pertumbuhan tanaman kurang seragam.
2
Stum Mini
6-8 bulan
Matanya lebih banyak, persentasekematian lebih rendah, bebas tunas palsu, pengangkutan dan penanaman lebih mudah,masa tanaman belum menghasilkan (TBM) lebih singkat dibandingkan dengan bahantanam lainnya.
Waktu penyiapannya lebih lama, danharga relatif mahal.
3
Bibit dalam Polibeg
8-12 bulan
Ketikadipindahkan ke lahan, kemungkinan
hidupnya sangat besar dan masa
sadap lebih awal.
Biaya persiapan dan pengangkutan yang besar.
4
Stum Tinggi
1-2 tahun
Pertumbuhan lebih seragam dan masa TBM lebih singkat dibandingkan tanaman
lainnya.
Waktu penyiapan yang sangat lama dan harganya
relatif mahal.

4.1.7.     Tabel 4.1.7.  Lateks Karet (Slab, Lump, dan Sheet)
4.1.7.1.  Slab
https://marimajusahabat.files.wordpress.com/2010/11/201010311432001.jpg
Gambar 4.1.7.1. Slab Karet
Sumber:https://marimajusahabat.files.wordpress.com/2010/11/201010311432001.jpg
4.1.7.2.  Lump
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj35NNO6gsEWZqj3zNa2b_c1ytWUL-JAjnxi4CmrD7BfYFjqi7XD6VMso5XiLQKS8MYaL5yQLYZ9O1EEBf2rs71xmTX-Vl-s5Jkxu-Z28eRkAL2jUcmGnRxdWH24NMalD0YgMwgh1FUnvs/s1600/2.JPG
Gambar 4.1.7.2. Lump Karet
4.1.7.3.  Sheet

http://www.siamrath.co.th/web/sites/default/files/thai_rubber.jpg?1358138813
Gambar 4.1.7.3. Sheet Karet
Sumber:http://www.siamrath.co.th/web/sites/default/files/thai_rubber.jpg?1358138813

4.1.8.     Tabel 4.1.8.  Okulasi Karet
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOOopgrlLiC0MgOHA88r2wMsLiudYV-DDkWRnY8JYBhgv6oCJRQQvC6HFhPnYfTZ4TmRMN1MzMt2OZZw_Nex8tCCK6o2C6kTpcFd41NpuLbfB_SylGEhzb4q855a09wEvferUsQ5WKBmo/s1600/bung.JPG
Gambar 4.1.8. Tahapan Okulasi Karet

4.2.        Pembahasan
Dari tabel di atas  Okulasi umumnya cabang entres yang masih berumur muda lebih banyak memiliki mata entres dibanding dengan cabang yang sudah tua, cabang yang baik untuk diambil mata entrasenya yaitu cabang yang memiliki mata tunas dengan jumlah 20-30 mata tunas dalam satu meter cabang. Secara fisik dapat dilihat bahwa cabang tersebut memiliki diameter 1 – 2 cm tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, warnanya coklat kehijauan. Mata entres yang akan diambil harus dari klon yang unggul karena mata entres ini akan menentukan kualitas karet ketika karet sudah menghasilkan. Apabila mata entres yang diambil bukan dari klon yang unggul maka dikhawatirkan kualitas karet khususnya lateks yang akan dihasilkan akan kurang. Untuk mendapatkan mata entres yang baik perlu dilakukan perawatan kebun entres seperti pemangkasan cabang-cabang pada tanaman karet dengan periode tertentu, pemupukan dan pemiliharaan lainnya sehingga kebun entres tidak rusak.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membuka usaha perkebunan karet yang akan mempengaruhi produksi yaitu bibitbatangbawah, batangatas (entres), kondisi media tanam, kelembaban, syarattumbuh, dansebagainya.Pemeliharaantanamankaret yang belummenghasilkandapatberupapembersihangulma, supplai unsure hara pada tanaman karet dapat berkurang akibat adanya gulma disekitar perkebunan karet sehingga mengganggu tanaman karet dan menghambat pertumbuhan, gulma juga dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit yang dapat mengganggu  tanaman karet oleh karena itu upaya pembersihan gulma harus dilakukan. Pengendaliangulma Areal pertanamankaret, baiktanamanbelummenghasilkan (TBM) maupuntanamansudahmenghasilkan (TM) harusbebasdarigulmasepertialang-alang, Mekania, Eupatorium, dllsehinggatanamandapattumbuhdenganbaik. Pembersihan gulma dapat menggunakan peralatan yang lebih modern ataupun secara manual hal ini bergantung pada ketersidaan budget dan kondisi lahan yang ada, pada praktikum ini permbersihan gulma dengan menggunakan cangkul dengan jarak 0-1,5 m. penyiangan gulma juga dimaksudkan untuk mempermuda pemupukan dan efisiensi pemupukan.
Upaya pemeliharaan lainnya yaitu penyulaman yang dimaksudkan untukmenggantitanaman yang telahmatisampaidengantanamantelahberumur 2 tahunpadasaatmusimpenghujan. Tunas palsuharusdibuangselama 2 bulanpertamadenganrotasi 2 minggusekali, sedangkan tunas lain dibuangsampaitanamanmencapaiketinggian 1,80 m. Setelahtanamanberumur 2-3 tahun, denganketinggian 3,5 m danbilabelumbercabang, perludiadakanperangsangandengancarapengeratanbatang, pembungkusanpucukdaundanpemenggalan.Padapraktikumpenanamanterdapatbahantanamberupabibitdalam polybag, tingkatkeberhasilanpenanamansangatditentukanolehbahantanamtersebut.Bibittanam yang digunakanmemilikitinggi 80-90 cm denganduapayung.Pengembanganperkebunankaretmemberikanperananpentingbagiperekonomiannasional, yaitusebagaisumberdevisa, sumberbahanbakuindustri, sumberpendapatandankesejahteraanmasyarakatsertasebagaipengembanganpusat-pusatpertumbuhanperekonomian di daerahdansekaligusberperandalampelestarianfungsilingkunganhidup. Gunamendukungkeberhasilanpengembangankaret, perludisusunTeknisBudidayaTanamanKaretdigunakansebagaiacuanbagipihak-pihak yang terkaitpengolahankomodititersebut.
Pertumbuhantanamankaretpadafasebelummenghasilkanumumnyamengikutisebuahsiklus, artinyapadasuatusaattanamankaretakantumbuhtinggitanpamembentuk paying daundanpadasuatusaatpertumbuhantinggitanamanakanterhentidanmembentuk paying daun.
Pada praktikum pendederan jumlah bibit yang tumbuh sedikit, lebih banyak benih yang mati karena diserang oleh hama, Hal ini terlihat dari benih-benih tersebut terdapat lubang-lubang akubatt serangan hama, sedangkan lubang- lubangpada media tanamtersebut diserang oleh tikus. Hal lain yang menyebabkanbenih tidaktumbuhadalahkondisi benih yang tidakbaiksertawaktupenanaman yang kurang tepat. Benih dapat tumbuh dengan baik apabila factor-faktor pendukung atau syarat tumbuhnya tersedia yaitu unsure hara, kondisi media tanam, suhu dan kelembaban dan sebagainya. Untuk menghindari serangan hama tikus dapat menggunakan kapur barus yang ditaburkan disekitar media pendederan, sedangkan untuk menghindari serangan hama semut dapat menggunakan furadan 3 G yang ditaburkan pada saat penanaman.
Tanaman karet dapat disadap setelah memasuki fase Tanaman Menghasilkan (TM). Ciri utama tanaman karet yang sudah matang sadap pohon adalah lilit batang yang sudah mencapai 45 cm pada ketinggian 100 cm dari pertautan okulasi (kaki gajah). Matang sadap kebun adalah jumlah tanaman yang sudah matang sadap pohon dalam suatu areal pertanaman karet sudah mencapai 60–70 % ketika berusia 4-5 tahun.Matang sadap pohon adalah suatu kondisi di mana tanaman karet akan memberikan hasil lateks maksimal ketika disadap tanpa menyebabkan gangguan pada pertumbuhan dan kesehatan pohon karet tersebut . Dengan perawatan yang baik, matang sadap pohon umumnya bisa dicapai pada saat tanaman karet berusia 4-5 tahun. Pada saat matang sadap pohon, diharapkan ketebalan kulit kayu  sudah mencapai 6-7 mm.Saat mencapai umur 5 tahun, dilakukan pe-lejer-an pada tanaman karet yang berada di hamparan lahan karet.







BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
1.    Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa bagi negara, sehingga memiliki prospek yang cerah.
2.    Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter.
3.    Bidang sadapan yang baik yaitu tinggi bidang 130 cm dari kaki gajah, kemiringan bidang sadapan yaitu 300, kedalaman sadapan 1-1,5 mm dan lebar sadapan 1,5-2 mm setiap sadap.
4.    Pemupukan yang baik yaitu dengan cara dibenamkan dalam larikan.
5.    Kriteria karet matang sadap adalah umur tanaman tanaman karet siap disadap pada umur sekitar 5 - 6 tahun. Pohon karet dinyatakan matang sadap apabila lilit batang sudah mencapai 45 cm atau lebih.
6.    Tanaman karet yang baik yaitu cabangnya terdapat pada ketinggian 3 m dan cabang tersebut ada 3.

5.2  Saran
Adapun saran yang dapat diberikan dari praktikum ini yaitu penyadapan tidak dianjurkan terlalu sering dilakukan karena akan membuat hasil produksi lateks menurun, sebaiknya penyadapan dilakukan setiap 2 hari sekali. Dan penentuan bidang sadapan sebaiknya mengikuti standar yang telah ada.





DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Chairil. 2006. Perkembangan Pasar dan Prospek Agribisnis Karet di Indonesia. Lokakarya Nasional Budidaya Tanaman Karet. Balai Penelitian Sungei

Damanik, Dkk.2010.Budidaya Tanaman karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor

M. Syakir. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Bogor.

Putih. Deli Serdang. 2006. (CDROM ; Menyongsong kebangkitan Agribisnis Karet Melalui Peningkatan Produktivitas Tanaman dan Efisiensi Hara. Balai Penelitian Sungei Putih

Sapta Bina Usaha Tani Karet. 2003. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa

Sapta Bina Usaha Tani Karet. 2005.Penyadapan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa.Sumatera Selatan

Thomas dan M. Silaban. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan PT. Pusri di Indralaya untuk Budidaya Tanaman karet. Balai Penelitian Sembawa. Sumatera Selatan. 14p.


Share:

0 komentar:

Post a Comment