Monday, 18 December 2017

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elais guinensiss Jacq.)

LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elais guinensiss Jacq.)


WAHYU SRININGSIH
05071181419002



PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1848 dibawa dari Marnitius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di kebun Raya Bogor. Hingga saat ini dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian keturunan kelapa sawit dari kebun Raya Bogor tersebut telah diproduksi ke Deli Serdang (Sumatera Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).
Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika  Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia merupakan produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006).
Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan tanam unggul kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara lain: Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim, 2007).
Program pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapasawit dengan pola kemitraan sangat menguntungkan bagi berbagaiaspek, baik ekonomi, social, maupun lingkungan.Ditinjau dari aspek ekonomi, perkebunan kelapasawit dapat mendukung industry dalam negeri berbasis produk berbahandasar kelapasawit. Selain itudengan terbangunnya banyak sentra ekonomi di wilayah baru akan mendukung pembangunan ekonomi regional. Ditinjau dari aspek social, terjadinya penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan memperkecil kesenjangan pendapatan petani dengan pengusaha perkebunan.
Dari aspek lingkungan, adanya pengembangan dan pembanggunan perkebunan kelapasawit dilahan yang telah lama terbuka dan tidak produktif akan merehabilitasi lahan kritis dan marginal dalam skala yang luas. Selain itu, terbangunnya perkebunan yang luas akan menambah ketersediaan oksigen serta sekaligus menyerap karbon. Perkebunan kelapa sawit  yang luas juga dapat mendukug fungsi hidroorologis, yaitu kemampuan untuk menyerap air pada musim hujan serta melepasnya secara bertahap pada musim kemarau.
Kelapa sawit (Elais guineensis Jack) merupakan sumber minyak nabati yang sangat penting disamping beberapa minyak nabati lain, seperti kelapa dalam, kacang-kacangan dan biji-bijian lain. Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an (Adlin U. Lubis 1992 ). Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus meluas seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai belahan dunia.
Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam penggunaannya. Selain minyak sawit yang dihasilkan oleh daging buah (Mesokarp) yang dikenal dengan CPO (Crude Palm Oil), kelapa sawit juga menghasilkan minyak inti sawit yang dihasilkan dari inti sawit yang dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO). Dari keduanya dapat dibuat berbagai jenis produk lainnya. Pabrik pengolahannya disebut refineri dan ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi beberapa jenis minyak, ada yang sudah siap pakai dan ada yang harus diproses untuk menjadi produk lainnya. Disamping minyak atau bahan solid lain, juga akan keluar beberapa padatan lainnya yang dapat langsung dipakai atau harus diproses lebih lanjut (Wahyono, dkk, 1995).
Minyak sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika, industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik (Sastrosayono Selardi, 2003) .
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah daging buah yang banyak menghasilkan minyak sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai keturunannya. Kelebihan minyak sawit adalah harga yang murah, rendah kolestrol dan memiliki kandungan karoten tinggi.
 Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) banyak tumbuh subur di daerah yang memiliki iklim tropis. Pada daerah ini matahari bersinar sepanjang hari dengan curah hujan yang cukup tinggi serta rata-rata suhu 22°C sampai 32°C pada ketinggian 500 m dari permukaan laut. Kondisi ini memungkinkan kelapa sawit sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan lahan yang cukup luas.
Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu adanya pengawasan bibit yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre Nursery)dan di pembibitan utama (Main Nursery). Pada pembibitan ini, perlu adanya pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit dengan cara membandingkan bibit normal dengan bibit abnormal yang diakibatkan oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik.

1.2    Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan kepada mahasiswa tentang aspek pengelolaan teknis, mengetahui teknik budidaya kelapa sawit dan manajemen perkebunan kelapa sawit yang benar.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika
Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika  Selatan serta negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia merupakan produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006).
Menurut (Tjitrosoepomo, 1988), sistematika dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut :
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Ordo                : Arecales
Famili              : Arecaceae
Genus              : Elaeis
Spesies            : Elaeis guineensis Jack

2.2 Morfologi
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang dijual.Sehingga pada budidaya tanaman kelapa sawit memerlukan pengetahuan awal terlebih dahulu mulai dari morfologinya sebelum melakukan budidaya. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah). Morfologi tanaman sawit adalah sabagai berikut:


2.2.1 Akar
Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan. Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada saat musim kemarau (Maryani,2012). Pada tanaman kelapa sawit yaitu akar serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartieryang mana setiap bagian tersebut memiliki fungsi.
Untuk akar primer dapat tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar  (adventitious roots) dan berdiameter sekitar 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter sekitar 2-4 mm. Sedangkan pada akar tertiera adalah akar yang tumbuh dari akar sekunder. Arah tumbuhnya mendatar ke samping, dengan panjang sekitar 0.7-1.2 mm. Dan pada akar kuartier yaitu akar cabang dari akar tersier berdiameter 0,2-0,8 mm dan panjang sekitar 2cm. Akar tersier dan kuarter berada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau luar piringan dan berada di dekat pemukaan tanah. Pada akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, kemudian ujungnya  meruncing, dan berwarna putih atau kekuningan.

2.2.2 Batang
Batang pada kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak  bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (Sunarko,2007). Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan  buah). Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur hara dan makanan bagi  tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung. Umur ekonomis  tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman kelapa sawit.

2.2.3 Daun
Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar mantahari (Vidanarko,2011). Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip  genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter.Jumlah anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman kelapa sawit.  Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk pelepah daun pada  batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari batang dan membentuk  spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang  lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman.

2.2.4 Bunga
Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena memiliki daun jantan dan betina.Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bungan majemuk).Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen.

2.2.5 Biji
Setiap jenis kelapa sawit biasanya memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Jenis biji dura panjangnya sekitar 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode  dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%.Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.

2.2.6 Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan ciri yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam (endocarpium) disebut inti, mengandung minyak  inti yang disebut PKO atau Palm Kernel Oil.

2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1 Iklim
            Lama penyinaran matahari ratarata 57 jam/hari..Ketinggian tempat yang ideal antara 1500 m dpl. suhu optimal 26°C, kelembaban rata-rata 75 %, dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan gembur, aerasi dan draenasinya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas dan dengan pH tanah antara 5,5 - 7,0.

2.3.2 Curah Hujan
Curah hujan tahunan 1.5004.000 mm. Temperatur optimal 24280C.

2.3.3 Angin
            Kecepatan angin 56 km/jam untuk membantu proses penyerbukan, terbagi merata sepanjang tahun dan Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80-90%.

2.3.4 Tanah   
            Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur.Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 46, dan tanah tidak berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.

2.3.5 Tinggi Tempat
            Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.

2.4 Persiapan Lahan
            Persiapan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman.Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi, topografi, saran, dan prasaran pendukung.Sebelum membuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman.
            Kesesuaian lahan bis di nilai berdasarkan kesesuaian lahan actual dan kesesuaian lahan potensial.Kesesuaian lahan actual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Dalam hal ini karakteristik lahan dinilai apa adanya. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik utama lahan (kesesuaian lahan actual ditambah teknologi dan modal).Sementara itu, karakteristik lahan merupakan sifat fisik dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan.

2.4.1   Pembukaan Lahan
2.4.1.1  Survei lapangan
Berikut merupakan tahapan survei lapangan :
1)      Menentukan klasifikasi hutan primer, sekunder, dan atau tersier.
2)      Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau berbukit).
3)      Menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya.
4)      Membuat jalan rintisan untuk pengukuran.
5)      Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah.
6)      Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran (blok).
7)      Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal.

2.4.1.2       Menebas pohon berdiameter kurang dari 3 inch
            Pohon-pohon yang berdiameter kurang dari 3 inci (7,5 cm), termasuk semak di tebas, dan tanaman merambat di cincang. Tinggi tebasan harus rata degnan permukaan tanah.Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan dari areal yang rendah kea rah yang lebih tinggi.

2.4.1.3       Menebang pohon berdiameter lebih dari 3 inch
            Penebangan pohon berdiameter lebih dari 3 inci dilakukan olhe tenaga manusia menggunakan chainsaw. Tinggi tebangan dari atas tanah harus di ukur berdasarkan diameter pohon seperti berikut:
1)      Diameter 3-10 inci, tinggi tebangan maksimal 30 cm.
2)      Diameter 10-12 inci, tinggi tebangan maksimum 60 cm.
3)      Diameter 13-30 inci, tinggi tebangan maksimum 90 cm.
4)      Diameter lebih dari 31 inci, tinggi tebangan maksimum 150 inci.
            Jika penebangan dilakukan secara mekanis, seluruh pohon dapat di tumbangkan dengan traktor.Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang lebih kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua dahan dan ranting dari pohon yang sudah di tebang, di potong sepanjang 5 meter, lalu di tumpuk menurut barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas penebangan liar yang letaknya bertepatan dengan lubang tanaman harus di bongkar.

2.4.2             Pengolahan Tanah
            Mengolah tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan menyiapkan tanah menjadi media yang cocok untuk perakaran dan mendukung pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Mengolah tanah untuk menanam kelapa sawit lebih di anjurkan menggunakan traktor (jika lahan yang diolah cukup luas).Jika mengolah tanah menggunakan traktor, antara dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan penggarukan, arahnya harus tegak lurus atau paling tidak sedikit menyilang.Sementara itu, interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua minggu.

2.4.3 Pembuatan Jalan, Parit, dan Teras
2.4.3.1 Pembuatan jalan
            Kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan ini diantaranya mengorek, menimbun, mengeraskan bagian lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan jalan.Berikut ini jenis jalan beserta ukurannya.
1)      Jalan utama (main road) merupakan jalan induk yang menghubungkan afdeling yang satu dengan yang lainnya, dan dengan pabrik. Lebar jalan utama 8 meter.
2)      Jalan traspor, submain road, jalan primer, jalan afdeling atau jalan produksi yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi. Lebar jalan traspo 6 meter.
3)      Jalan koleksi (colleting road) atau jalan sekunder (jalan tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam blok-blok penanaman yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil atau produksi kebun. Lebar jalannya 4 meter.
4)      Jalan control atau jalan tersier merupakan jalan di dalam kebun yang berfungsi sebagai sarana mengontrol kegiatan di kebun. Lebar jalannya 2-3 meter.
            Jalan utama dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader.Jalan sepanjang 1 km dibuat dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80 liter/jam kerja.Selanjutnya, jalan di padatkan dengan menggunakan alat pemadat (bomag).Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada akhir musim hujan.

2.4.3.2  Pembuatan parit (saluran air)
            Parit drainase merupakan saluran yang menghubungkan lembah bukit yang satu dengan yang lainnya agar air dapat dialirkan menuju aerah bawah dan akhir nya masuk ke saluran pembuangan.Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai ukuran dasar.Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran drainase alam (sungai).Saluran kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm.

2.4.3.3 Pembuatan teras
            Berdasarkan derajat kemiringan lahan dikenal teras kontur (bersambung) dan teras individu (tapak kuda).Teras bersambung untuk laham memiliki kemiringan 4-29o dan teras individu 30-40o.Teras individu di buat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka teras menhadap kea rah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m.
            Pembuatan teras dikerjakan dengan menggali dan menimbun tanah lereng, sehingga tempat tersebutmenjadi rata dan agak datar.Teras individu dibuat menurut kemiringan lahan. Contohnya, pada tingkat kemiringan 15o,  jari-jari teras bias dibuat 1,5 – 2 m.

2.5 Pembibitan Kelapa Sawit
            Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery).Pebibitan dua tahap artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar (Dalimunthe, 2009).

2.5.1 Pembibitan Awal (Prenursery)
            Pembibitan awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan.Selanjutnya, bibit tersebut dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan 9-11 bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).

2.5.1.1 Persyaratan Lokasi
            Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah 30sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon.Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak pembibitan.Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media dengan topsoil yang cukup untuk mengisibabybag (polibag kecil), tanah tidak bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi, 2007).

2.5.1.2 Pemesanan Kecambah
            Seleksi dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan dapat mencukupi kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon membutuhkan kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan abnormal sekitar 25%  untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu pemesanan kecambah diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag prenursery  13-14 bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).
Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran pasir, pupuk kandang, dan topsoil  dengan komposisi 1:1:3.  Bedengan pembibitan prenursery dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Satu petak prenursery tanki siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-800 babybag kecambah (Subiantoro, 2003).



2.5.1.3 Penanaman Kecambah
            Letakkan kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke dalambaybag.Kecambah hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil kecambah.Dua hari menjelang penanaman kecambah, media tanam yang berada di dalam babybagharus disiram setiap pagi.Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau dengan ibu jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan kecambah. Masukkan kecambah sedalam 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut. Bagian bakal akar (radikula) yang berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning harus mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning muda mengarah ke atas (Subiantoro, 2003).

2.5.1.4 Naungan
            Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3 helai.Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan.Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).

2.5.1.5 Penyiraman dan penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di babybag menggunakan tangan.Penyiangan sebaiknya dilaksanakan dua minggu sekali.Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).


2.5.1.6 Pemupukan
            Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk.Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali (Sunarko, 2009).

2.5.1.7 Proteksi dan Seleksi
            Serangan hama dan penyakit selama di prenursery  biasanya belum ada. Jika ada, dapat diberantas dengan diambil  menggunakan tangan (hand picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan dengan fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan Anthio dengan dosis sesuai yang dianjurkan (Sunarko, 2009).
            Seleksi dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursery.  Seleksi bibit diprenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis. Bibit yang mati terlebih dahulu harus dikeluarkan, kemudian bibit yang tidak normal harus dimusnahkan.Ciri bibit kelapa sawit tidak normal sebagai berikut.
1)      Anak daun sempit dan memanjang seperti daun lalang (narrow leaves)
2)      Anak daunnya bergulung kearah longitudinal (rolled leaves)
3)      Pertumbuhan bibit memanjang (erreted), terputar (twisted shoot), tumbuh kerdil, lemah, dan lambat (insufficient growth, dwarfish)
4)      Daunnya kusut (crinkled), anak daun tidak mengembang, membulat, dan menguncup (collante)
5)      Rusak karena serangan penyakit tajuk (crown disease)
            Pertumbuhan bibit yang tidak normal juga terjadi karena kesalahan kultur teknis. Berikut beberapa kesalahan teknis penanaman yang menyebabkan bibit tumbuh abnormal (Sunarko, 2009).
1)      Penanaman kecambah terbalik, bakal daun ditanam ke arah bawah.
2)      Kecambah ditanam terlalu dalam sehingga pertumbuhan terlambat atau terlalu dangkal sehingga akar menggantung.
3)      Tanah mengandung bebatuan (tidak disaring), sehingga menggangu akar
4)      Tanah terlalu basah, karena air tidak terbuang dari kantong plastik atau penyiraman tidak sempurna (terlalu keras dan banyak atau terlalu sedikit).

2.5.1.8 Pengangkutan Bibit
            Pengangkutan atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main nurserydengan memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x 27,5 cm. Setiap peti kayu dapat memuat 35 bibit. Pengangkutan harus berhati-hati dan bibit harus segera ditanam di main nursery (Sunarko, 2009).

2.5.2 Main Nursery
2.5.2.1 Penentuan Lokasi
            Lokasi sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan bibit dan pengawasannya lebih mudah.Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum 5%, tempat terbuka atau tanah lapang dan lapisan tahah topsoil  cukup tebal. Letak lokasimain nursery  dekat dengan area yang ditanam dan harus jauh dari sumber hama dan penyakit (Sunarko, 2009).

2.5.2.2 Luas, Lay Out, dan Pancang
            Satu hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk sekitar 50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat berat, sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan, parit, dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay out petak atau bedengan memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam lebarnya disesuaikan dengan kondisi  lapangan dan jaringan irigasinya (Sunarko, 2009).

2.5.2.3 Jaringan Irigasi
            Jaringan irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit dimain nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan siap pakai sebelum penanaman. Instalasi penyiraman di main nursery sebagai berikut:
1)      Secara manual, air dihisap dari sungai menggunakan pompa air dan dialirkan ke lokasi pembibitan melalui pipa dan selang.
2)      Sprinkler menggunakan pipa induk, pipa utama, dan pipa distribusi.
3)      Setiap sambungan dilengkapi stand pipes yang terpasng berdiri dan ujungnya dilengkapi dengan nozzle yang memancarkan air secara berputar.
4)      Setiap pipa distribusi memiliki 8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.
5)      Kebutuhan air sekitar 75 m3 /ha/hari, efisiensi 30-40% dengan pompa air berdaya pancar 45 psi. kekuatan pompa 18-20 horse power untuk 8 hektar pembibitan (Sunarko, 2009).

2.5.2.4 Penyiapan Polibag
            Polibag yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black) dengan panjang 42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag diberi lubang berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang 7,5 x 7,5 cm. Media tanam bibit menggunakan topsoil  yang memiliki struktur remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan topsoil yang berupa tanah liat.Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar dengan perbandingan 3:2.Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16 kg), lalu hentakkan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisian polibag harus selesai dikerjakan dalam waktu dua minggu sebelum pemindahan dari prenursery(Sunarko, 2009).



2.5.2.5 Penanaman
            Sehari sebelum penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram.Bibit dipindahkan dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum tiga bulan. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di polibag seukuran dengan diameter babybag. Sayat babybag menggunakan pisau secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak sampai terikut.Masukkan bibit beserta tanahnya ke dalam lubang, lalu atur agar posisinya tegak seperti semula.Tekan tanah disekeliling lubang agar lebih padat merata.Jika dirasa kurang, tambahkan tanah hingga sedikit melewati leher akar.Bagian atas polibag yang tidak diisi tanah setinggi 2-3 cm. Bagian ini memungkinkan sebagai tempat meletakkan pupuk, air, atau mulsa.Naungan sudah tidak diperlukan lagi di main nursery (Sunarko, 2009).

2.5.2.6 Penyiraman dan Penyiangan
            Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup.Jika musim kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari.Kebutuhan air penyiramann sebanyak 2 liter air/bibit/hari.Permukaan tanah harus ditutup dengan serasa organik (mulsa) untuk menghindari pemadatan permukaan tanah, mencegah penguapan air, dan mengatur kelembapan tanah pada musim kemarau. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam polibag, sekaligus menggemburkan tanah dengan cara menusukkan sepotong kayu. Penyiangan lahan pembibitan(diluar polibag) dilaksanakan secara clean weeding, yakni menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari, tergantung dari pertumbuhan gulma (Sunarko, 2009).

2.5.2.7 Pemupukan
            Dosis dan jadwal pemupukan sangat tergantung pada umur dan pertumbuhan bibit.Di main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg). 


2.5.2.8 Hama dan penyakit
            Pengendalian hama dapat dilakukan  secara manual, yaitu dengan mengambil satu per satu serangga, lalu membunuhnya. Pengendalian lain dapat dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan menyemprotkan insektisida Sevin 85 ES dan Tendion yang telah dilarutkan dalam air sesuai dosis yang direkomendasikan di kemasan. Hama lain yang dapat merusak bibit di main nursery adalah babi hutan dan landak. Hama ini aktif menyerang pada malam hari (nocturnal) secara berkelompok dengan memakan umbut atau titik tumbuh bibit.Pencegahannya dengan mengecat pangkal batang bibit menggunakan bahan residu, misalnya oli bekas atau limbah pabrik yang dicampur Zn posfit.            
            Penyakit terkadang muncul diantaranya crown disease dan blast disease.Penyakit yang serius jarang ditemukan saat masa pembibitan. Crown disease adalah penyakit busuk tajuk.Gejalanya ditandai dengan daun muda yang baru muncul mengalami pembusukan.Penyakit ini belum dapat diatasi secara kimiawi. Usaha untuk mengurangi gejalanya dengan mengurangi pemberian pupuk yang mengandung nitrogen, karena tanaman yang kelebihan nitrogen akan rentan terhadap serangan virus.Blast disease merupakan penyakit busuk akar yang disebabkan oleh serangan jamurPhytium sp.

2.5.2.9 Seleksi
            Seleksi di  main nursery dilakukan dalam empat tahap sebagai berikut :
1)      Setelah bibit dipindahkan dari prenursery.
2)      Setelah bibit berumur 4 bulan.
3)      Setelah bibit berumur 8 bulan.
4)      Saat bibit dipindahkan ke lapangan.
Ciri bibit tidak normal dan harus dibuang sebagai berikut :
a)      Bibit yang memanjang kaku (errectic), tinggi melebihi rata-rata, dan daunnya kaku.
b)      Bibit yang permukaannya rata (flat) dan daun muda lebih pendek.
c)      Bibit yang merunduk (limp).
d)     Bibit yang daunnya tidak membelah (fused leaflet).
e)      Anak daun pendek (short leaflet), sempit, dan selalu menggulung (Sunarko, 2009).

2.5.2.10 Pengangkutan Bibit
            Pengangkutan bibit harus dapat menjamin bibit tidak rusak dan tidak layu karena terkena panas atau angin kencang. Proses pengangkutan bibit dari lokasi pembibitanmain nursery ke lokasi penanaman dapat berjalan efisien melalui pembagian tugas. Pekerjaan berikut ini seharusnya dibebankan kepada tenaga kerja yang terpisah(Sunarko, 2009).
1)              Memuat bibit ke dalam truk
2)              Membongkar dan menurunkan bibit dari truk ke tempat yang telah ditentukan di lapangan
3)              Mengangkut bibit ke ajir tanaman

2.6   Penanaman
2.6.1 Penentuan pola tanam
            Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari.Pada pola tanammonokulltur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai.Tanaman penutup tanah (legume covercrop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifatfisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma).Sedangkan pada pola tanam tumpangsari tanah diantaratanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.

2.6.2 Pengajiran
            Pengajiran adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuaidengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segalaarah, kecuali di daerah teras dan kontur. Sistem jarak penanaman yang digunakan adalah segitigasama sisi, dengan jarak 9x9x9 m. Dengan sistem segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara– Selatan tanaman berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m, jumlah tanaman 143 pohon/ha.

2.6.3 Pembuatan Lubang Tanam
            Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalah 50x40x40 cm.Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelahUtara dan Selatan lubang.

2.6.4 Pemeliharaan Tanaman
            Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah,membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.

2.6.4.1 Penyulaman
            Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.Penyulaman yang baik dilakukan pada musim hujan.Bibit yang digunakan harus seumur dengantanaman yang disulam yaitu berkisar 10-14 bulan.Banyaknya sulaman sekitar 3-5% setiap hektarnya. Cara penyulaman sama dengan cara menanam bibit.

2.6.4.2 Penanaman Tanaman Penutup Tanah
            Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa sawitsangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosidan mempertahankan kelembaban tanah, menekan pertumbuhan gulma.Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan segera setelah persiapan lahan selesai. Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogoniummucunoides Dan Pueraria javanica Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur(tidak hanya satu jenis).

 2.6.4.3 Membentuk Piringan (Bokoran)
            Piringan di sekitar tanaman kelapa sawit harus tetap bersih.Oleh karena itu tanah di sekitar pokok dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih dan gulma yang tumbuh harus dibabat atau disemprot dengan herbisida.

2.7   Pemeliharaan
2.7.1 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai ditanam di lahan sampai  tanaman mulai pertama kali berbunga yaitu : Pemeliharaan piringan pokok, Pemeliharaan gawangan, Pengendalian gulma, Pemeliharaan jalan, Penyulaman atau penyisipan, Pemupukan, Pemangkasan daun, Kastrasi dan Penyerbukan buatan. (Anonim, 2002). Periode waktu TBM pada tanaman kelapa sawit terdiri dari: 
Ø  TBM 0 : menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah dan kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik panjang.
Ø  TBM 1   :  tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)
Ø  TBM 2  :  tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)
Ø  TBM 3  :  tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, skunder, tertier dan kuartier.Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah.Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah.Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 1994).
Tunas pasir adalah dimana membuang buah – buah yang busuk dan juaga membuang peleah – pelepah yang kering. Alat yang sering para pekerja gunakan dalam pelaksanaan tunas pasir adalah dodos, dan pekerjaan ini dilakukan pada saat panen perdana / panen awal. Sebelum areal/blok masuk dalam kategori TM tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan tunas apapun karena pada waktu tersebut jumlah pelepah belum optimum. Sehingga pelepah produktif tidak boleh dibuang. Prinsip tunas pasir adalah hanya membuang pelepah yang berada satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan pelepah kering. Pekerjaan tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan juga pelepah kering. Dilakukan 6 bulan sebelum TM.Pelepah kering dipotong memakai dodos. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil (mata dodos 8 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan dari piringan dan disusun di gawangan mati. Sesudah pekerjaan tunas pasir selesai, maka dilarang keras memotong/memangkas pelepah untuk tujuan apa pun, kecuali untuk analisis daun, ini pun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja. (Sastrosayono, 2005)
Kastrasi atau disebut juga ablasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa sawit sebelum tanaman beralih dari TBM ke TM.Karena itu, sebelum melakukan kastrasi terlebih dahulu dilakukan monitoring pembungaan.Caranya yaitu mencatat pohon-pohon yang telah berbunga.Hasil catatan tersebut kemudian digambarkan pada peta sensus.Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 9 bulan, tergantung pertumbuhannya.Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan masih belum membentuk buah sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak ekonomis untuk diolah.Oleh sebab itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai dengan umur 24 bulan perlu dibuang atau diablasi.Ablasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit.Pelaksanaan ablasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Tujuan utama dilakukannya ablasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit yang telah diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya seragam. Dengan demikian, pertumbuhan buah akan lebih besar dan seragam, serta menghambat perkembangan hama dan penyakit. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005)
Tanaman belum menghasilkan adalah tahapan sejak tanaman kelapa sawit selesai di tanam sampai tanaman memasuki masa panen pertama.Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemantauan pada TBM merupakan perkerjaan yang bertujuan untuk melihat keadaan tanaman disetiap blok TBM untuk melihat kekurangannya, seperti tanah yang kurang padat, tanaman miring,tanaman yang tergenang air, dan lainnya Piringan adalah daerah sekeliling pohon yang dibersihkan untuk mempermudah pengumpulan brondolan sewaktu panen maupun untuk tempat penaburan pupuk.(Sianturi, 2000).

2.7.2 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)
            Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai ditanam di lahan sampai  tanaman mulai pertama kali berbunga yaitu : Pemeliharaan piringan pokok, Pemeliharaan gawangan, Pengendalian gulma, Pemeliharaan jalan, Penyulaman atau penyisipan, Pemupukan, Pemangkasan daun, Kastrasi dan Penyerbukan buatan. Beberapa pemeliharaan TM yang sangat penting yaitu penunasan dan pemupukan karena diarahkan untuk produksi buah.   Pemeliharaan tanaman TM (tanaman menghasilkan) merupakan bagian dari teknik budidaya kelapa sawit.Aspek yang penting dalam pemeliharaan TM kelapa sawit adalah penunasan, pemupukan dan pengendalian gulma.Pemupukan yang dilakukan pada fase TM untuk peningkatan pertumbuhan generatif atau produksi.Pengendalian gulma di sekitar piringan kelapa sawit dilakukan agar pemupukan lebih efisien.Penunasan dilakukan terhadap pelepah yang sudah tidak produktif lagi.Kegiatan-kegiatan pada (TM) tanaman menghasilkan kelapa sawit meliputi: 
            Penunasan atau sanitasi pelepah, penunasan merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak aktif lagi untuk fotosintesis.Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan fisiologi tanaman dan sanitasi serta mempermudah pemanenan.Alat yang digunakan adalah egrek sedangkan kapak digunakan untuk memotong pelepah yang telah dipangkas.Dalam penunasan perlu diperhatikan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan di setiap pohon, guna terpeliharanya jumlah kanopi pelepah yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan fotosintesis pada tanaman.Sanitasi pelepah yang baik adalah memangkas pelepah tanaman kelapa sawit yang menaungi daerah jalan, tujuannya supaya jalan tidak terlindungi oleh cabang-cabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat menembus langsung ke bagian badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah cepat diatasi.
            Pemupukan, tanaman yang telah menghasilkan (TM) memerlukan pupuk sebagai nutrisi pembentuk buah, pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Berdasarkan asal pupuk dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.penggunaan kedua jenis pupuk ini seimbang, biasanya pupuk berbentuk butiran atau tablet. Sebelum pemupukan tanah dibersihkan dan didangir  dangkal dengan menggunakan cangkul. Pemupukan dilakukan dengan menguburkan pupuk secara dangkal didaerah perkaran tanaman dengan diameter ± 0,5 meter dari pangkal batang hingga cincin (tepi piringan). (Sutarta, 2003)
            Pemangkasan, daun tua dan pelepah perlu dipangkas untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi.Disamping itu gulma yang tumuh di pohon juga perlu dibersihkan secara teratur.Hal ini untuk mempermudah terjadinya penyerbukan bunga secara alami maupun dengan bantuan serangga peyerbuk.Penimbunan pelepah dan sampah, pada areal datar sampai dengan bergelombang, pelepah-pelepah disusun di tengah gawangan mati dengan lebar antara 2-2,5 m dan tidak boleh ada pelepah di piringan dan parit/sungai. Untuk memudahkan penyusunan pelepah, setiap sepuluh pokok dibuat pancang dari pelepah sehingga susunan pelepah menjadi lurus/tidak lari. (Luqman E, 2003)
            Penyiangan, Di dalam melakukan penyiangan, kegiatan yang dilakukan adalah untuk memberantas pertumbuhan gulma yang ada. Penyiangan ini dapat dilakukan dengan cara manual dan cara kimia seperti penyemprotan atau chemis. Cara manual dilakukan bila gulma dapat berupa anak kayu (di dongkel), lalang (di cabut), dan gulma jenis rumputan dapat menggunakan garuk ataupun di cabut.
            Peremajaan tanaman sekala berkala, Peremajaan secara bertahap merupakan alternatif untuk menghindari kehilangan pendapatan dari penebangan tanaman tua sebelum tanaman muda menghasilkan. Peremajaan cara bertahap, membagi areal menjadi tahapan-tahapan peremajaan. (Anonim, 2001).

2.8   Panen
2.8.1 Persiapan panen.
            Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan untuk memutuskan tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM). Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya yang seminimal mungkin, kegiatan persipan tediri dari kesiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi potong buah, penyediaan alat- alat kerja.

2.8.2 Kriteria matang panen
            Tanaman kelapa sawit berbunga dan membentuk buah pada umur 2 – 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Panen dilakukan pada saat buah kelapa sawit sudah matang yaitu kandungan minyak dalam tandan buah segar (TBS) sudah maksimal. Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang memberikan kualitas dan kuantits minyak maksimal.Karena itu panen buah sejauh mungkin disinkronkan dengan saat tercapainya kondisi tepat matang tersebut.Buah kelapa sawit yang matang ditandai dengan warna buah merah mengkilat dan buah telah membrodol.

2.8.3 Cara Pelaksanaan Panen.
            Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tanda buah segar (TBS), memungut brondolan, dan mengangkut dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan panen adalah sbb :
Ø  Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan. Tanaman yang tingginya 2 – 5 m dilakukan dengan cara jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat dodos.Tanaman dengan tinggi lebih dari 10 m dilakukan dengan dengan egrek dengan menggunakan arit bergagang panjang.
Ø  Tandan yang dipotong adalah tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen. Semua brondolan dikutip dan dikumpulkan setelah dibersihkan dari sampah, brondolan yang bersih ditumpuk di tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan alas karung goni atau keranjang, tangkai TBS dipotong berbentuk V , TBS diangkut ke TPH dan disusun dengan baik.

2.8.4 Rotasi dan Sistem Panen
            Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Dalam pemanenan kelapa sawit umumnya menggunakan rotasi 7 hari.Artinya satu areal panen harus dimasuki (diancak) pemetik tiap 7 hari.Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7, artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masingmasing ancak panen diulang 7 hari berikutnya.
Terdapat dua sistem ancak panen, yaitu :

2.8.3.1 Sistem giring
Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai di TPH dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena pemanenan menggunakan sistem borongan.

2.8.3.2 Sistem tetap.
            Sistem ini cocok untuk areal kebun yang sempit, topografi berbukit atau curam.Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah- pindah.

2.8.5 Kerapatan panen.
            Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam satu ancak.Tujuan penentuan kerapatan panen adalah untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen.

2.8.6 Penanganan buah selepas panen
            Penanganan buah selepas panen yang perlu mendapat perhatian adalah pengangkutan buah dari pohon ke TPH , selanjutnya pengangkutan ke pabrik. Penanganan buah yang baik akan dapat menjaga rendemen minyak tetap tinggi. Pada waktu buah mencapai titik tepat matang, kandungan asam lemak bebas (ALB) hanya sekitar 0,1 %, tetapi waktu sampai di lokasi pabrik kandungan ALB
tersebut dapat meningkat melampaui 2 % bahkan kadang melampaui 3 %. Meningkatnya kandungan ALB disebabkan oleh beberapa peristiwa
a)              terjadi peningkatan akibat degredasi biologis buah yaitu proses buah menjadi lewat matang.
b)              jatuhnya buah tandan ke tanah waktu dipanen sehingga terjadi goresan atau memar .
c)              sebagai akibat penanganan buah dalam rangka pengangkutan ke TPH dan kemudian ke pabrik.

2.8.7 Pemeriksaan.
            Pemeriksaan panen dilakukan di lapangan dan di tempat pengumpulan hasil (TPH).Pemeriksaaan di lapangan meliputi tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak dikumpul, brondolana tertinggal di piringan pohon/ jalan pikul, buah tertinggal di pelepah.Sedangkan pemeriksaan di TPH meliputi tanda afkir, tandah mentah, cangkem kodok (huruf V), susunan tandan, kebersihan tandan dan brondolan.

2.9   Pasca Panen
            Di pabrik buah akan direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan didalam digester,dipres dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan berupaampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan dipecahkan agar inti(kernel) terpisah dari cangkangnya.Tahapan dari pengolahan buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:

2.9.1 Perebusan (sterilisasi) 
            TBS yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizer. Buah direbus dengantekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 oC selama 50-60 menit.Tujuannya:Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat menstimulir pembentukan free fatty ac, Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air dan Mempermudah perontokan buah- Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi

2.9.2 Perontokan Buah
            Dalam tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dari tandannya dengan menggunakan mesinthresher. Tandan kosong disalurkan ke tempat pembakaran atau digunakan sebagai bahan pupukorganik. Sedangkan buah yang telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan.Selama proses perontokan buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.

2.9.3 Pelumatan Buah
            Proses pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacketyang dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu di dalam steam jacket sekitar 85-90 oC.Tujuan dari pelumatan buah adalah :- Menurunkan kekentalan minyak- Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah- Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp.

2.9.4 Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)
            Proses pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan sisa-sisaminyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang dicampur dengan air yang bersuhu 95 oC. Selain itu prosesekstraksi minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut dantekanan hidrolis.

2.9.5 Pemurnian (klarifikasi minyak)
            Minyak kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya masihmengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air sekitar 40-45% air. Untuk itu perludilakukan pemurnian minyak kelapa sawit. Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses pemurnian ini sekitar 21%. Proses pemurnian minyak kelapa sawit terdiri dari beberapatahapan, yaitu:
a)      Pemurnian minyak di dalam tangki pemisah (clarification tank)Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b)      Sentrifusi minyakDalam tahap ini minyak dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasilakhir dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari 0,01%.
c)      Pengeringan hampaDalam tahap ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan hampadilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan -75 cmHg.
d)     Pemurnian minyak di dalam tangki lumpurProses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak dari lumpur.
e)      Strainer dalam tahap ini minyak dimurnikan dari sampah-sampah halus.
f)       Pre CleanerProses pre cleaner bertujuan untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude.
g)      Sentrifusi lumpurDalam tahap ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang digunakanadalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing bahan.
h)      Sentrifusi Pemurnian minyakTahap ini hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih cepat.
i)        Pengeringan minyakDalam proses pengeringan minyak kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan.Proses ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.

2.9.6 Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)
            Ampas buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipanaskan sampai keduanya terpisah.Selanjutnya dilakukan pemisahan secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler, sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing drum. Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam.


2.9.7  Pengeringan Dan Pemisahan Inti Sawit Dari Cangkang
            Setelah dipisahkan dari serabut selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu 56 oCselama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan sampai 16%. Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit menyusut sehingga mudah untuk dipisahkan. Setelah terpisah dari tempurungnya intisawit selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya inti dikeringkan sehingga kadarairnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di atas 90oC.



BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 WaktudanTempat
PraktikumpengelolaanperkebunankelapasawitdilaksanakansetiaphariKamis , Januari-  April 2017setiappukul13.00WIB 14:30 WIB.
PraktikumPengelolaanPerkebunanKelapaSawitdilaksanakandilahanpercobaanperkebunankelapasawit, lahan percobaanDasar-dasarAgronomidanruang kelas RKC 1104,FakultasPertanianUniversitasSriwijaya.

3.2 AlatdanBahan
            Alat-alat yang digunakanPraktikumPengelolaan Perkebunan KelapaSawitantara lain sebagaiberikut : 1)atapnaungan, 2) cangkul, 3) dodos,  4)eggrek, 5) ember, 6) kayunaungan, 7) kayupengajiran, 8) meteran, 9) nametag, 10) palu, 11) paku, dan 12) parang.
Bahan yang digunakanPraktikumPengelolaan Perkebunan KelapaSawitantara lain sebagaiberikut: 1) air, 2) kecambahkelapasawit, 3) media persemaian, 4) polibag, 5) pupuk, dan 6)tanah (top soil)

3.3 Cara Kerja
               Adapuncarakerjadaripraktikumpengelolaanperkebunankelapasawitiniadalahsebagaiberikut:

3.3.1 Pembibitan
               Pembibitan dilakukan dengan cara double stage, dengan tahap prenursery dan main nursery. Pada praktikum ini dilakukan prenursery yaitu dengan cara:
1.      Benih dikeluarkan dari kemasan terlebih dahulu lalu direndam didalam air
2.      Buat lubang tanam pada polibag kecil yang telah diisi tanah top soil seminggu sebelumnya agar tanah tersebut lebih padat.
3.      Benih ditanam dengan bagian plumula kearah atas dan radikula didalam tanah. Plumula tidak boleh patah dan tertutup oleh tanah karena akan menjadikan bibit tersebut membusuk dan tidak tumbuh.
4.      Polibag diletakkan diatas bedengan yang telah disediakan.
5.      Amati pertumbuhan bibit dan lakukan penyiraman setiap hari dan penambahan tanahnya.


3.3.2        PembuatanBedengan dan Naungan
               Bedengan dan naungan digunakan untuk pembibitan tahap prenursery yaitu untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk ke pembibitan. Bedengan dan naungan dapat dibuat dengan cara berikut ini:
1.      Buatbedengandenganukuranlebar 1 m dan panjang menyesuaikan dan tinggi 20 cm.
2.      Buat tiang naungan dengan lebar dan panjang yang menyesuaikan dengan bedengan yang telah dibuat. Tinggi naungan 1,2-1,5 meter bagian Timur dan 0,9 m bagian Barat.
3.      Isi atapnya dengan menggunakan pelepah-pelepah sawit hasil prunning atau dapat juga dilakukan dengan menggunakan plastik.
4.      Susunrapi polibagdibawahnaungan tersebut.
5.      Pelepah tersebut akan dikurangi satu persatu jika bibit sudah berumur dua minggu.

3.3.3 Pemeliharaan dan Pengendalian Gulma pada TM dan TBM
               Dalam pemeliharaan kelapa sawit, salah satunya adalah pengendalian gulma, baik itu piringan maupun pada gawangannya.
Pengendalian gulma pada piringan dilakukan dengan cara berikut:
1.      Buat piringan dengan ukuran 1,5-2 m atau menyesuaikan dengan lebar naungan kelapa sawit
2.      Cabut gulma dan bersihkan gulma yang besar dengan menggunakan parang
Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan dengan cara berikut:
1.      Siapkan herbisida dengan aturan dosis yang telah ditentukan, jagan gunakan konsentrasi yang terlalu tinggi.
2.      Gunakan pakaian pelindung agar tidak terkena racun pestisida yang membahayakan tubuh.
3.      Semprotkan pertisida 1/3 bagian dari jarak antar tanaman tersebut.

3.3.4        Cara Kerja Prunning
               Cara kerjadaripraktikuminiadalahsebagaiberikut:
1.      Amati batangsawitmasing-masing dan lihat pelepah yang akan dipangkas.
2.      Siapkaneggreksebagaialatuntukpraktikumprunning.
3.      Pangkaspelepahsawitmenggunakaneggrek dengan merapatan egrek tersebut kesudut pelepah dan tarik kearah miring samapi pelepah terlepas.

3.3.5        Cara KerjaPraktikumPemupukan
               Cara kerjadaripraktikuminiadalahsebagaiberikut:
1.      Amati batangsawitmasing-masing.
2.      Bersihkanpiringandarigulma yang tumbuhpadasekitarbatangtanamansawit.
3.      Siapkanpupuk yang akandigunakan.
4.      Pupuk yang digunakanadalahpupukmajemuk NPK.
5.      Buat4lobangmenggunakancangkuldalambokoran yang sudahdibersihkan.
6.      Teknikpemupukan yang dilakukanadalahdengancaramenanampupuk dilubang yang disedikan sebanyak 1-2 kg per tanaman
7.      Tutuplobang yang telahdimasukkanpupuk, danratakantanahnya.
3.3.6        Perhitungan Pelepah
       Perhitungan pelepah dilakukan dengan metode perhitungan pelepah yang sejajar 1-3-5-8, berikut merupakan prosedur kerjanya:
1.      Amati batangsawitmasing-masing.
2.      Hitungjumlahpelepahsawit yang adapadasatubatangtanaman
3.      Amati danhitungjumlahpelepahsawitsetiapmingguselamasatubulan.
3.3.7        Panen
Cara kerja panen pada kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a)      Tandan matang harus dipanen semuanya dengan kriteria 25-75% buah luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5-25% buah luar memberondol
b)      Potong pelepah daun yang menyangga buah
c)      Tandan buah dipotong dengan dodos/agrek di dekat pangkalnya
d)     Beri tanda di tempat bekas potongan yang berisi nama pemanen dan tanggal panen
e)      Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan (ruang kosong di antara barisan tanaman) dengan cara ditelungkupkan.


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Pembibitan
Pada budidaya kelapa sawit proses pembibitan sangatlah penting, karena bibit tersebut menjadi salah satu faktor penentu baik tidaknya kelapa sawit tersebut. Pembibitan kelapa sawit ada dua jenis yaitu single stage dan double stage, dimana pada praktikum ini dilakukan dengan double stage. Double stage merupakan tipe pembibitan yang paling umum digunakan yaitu pembibitan dengan dua tahap yaitu pre nusery dan main nursery. Pre nursery dilakukan pada babybag atau polybag berukuran kecil yang diisi dengan tanah yang kaya akan bahan organik. Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan perendaman terhadap benih. Pada praktikum ini benih yang digunakan yaitu varietas Siimalungun yang berasal dari Medan Sumatera Utara. Tenera merupakan benih yang unggul dan umum dibudidayakan dalam perkebunan karena merupakan persilangan dari Dura dan Pisifera.Benih yang telah direndam kemudian akan ditanam didalam polibag kecil dengan kedalam lubang sampai 2 cm atau disesuaikan dengan ukuran kecambah. Plumula dan radikula harus diperhatikan agar tidak patah karena akan merusak perkembangan bibit selanjutnya. Bibit tersebut harus selalu diperhatikan, disiram dan dilakukan penambahan tanah.
Berikut perkembangan salah satu bibit yang ditanam di pembibitan praktikum ini.
Tabel 4.1 Perkembangan Bibit Kelapa Sawit
Minggu ke-
Tinggi Tanaman
Jumlah daun
1
0,5 cm
0 daun
2
1 cm
0 daun
3
1,8 cm
0 daun
4
2,0 cm
0 daun
5
2,3 cm
1 daun
6
2,5 cm
1 daun
7
4 cm
3 daun
8
6 cm
4 daun

Tabel tersebut menunjukkan perkembangan bibit tersebut berjalan dengan baik dan normal. Bibit yang dihasilkan telah memiliki dua helai daun yang akan menyuplai makanan sendiri dengan cara berfotosintesis. Bibit tersebut akan dipindahkan ke pembibitan main nursey apabila sudah berumur 3 bulan. Pembibitan main nursery dilakukan pada polibag yang lebih besar, namun sebelumnya akan dilakukan seleksi pada pembibitan pre nursery. Bibit yang kurang baik tidak akan dilanjutkan ke pembibitan berikutnya.
Pada pembibitan perlu dilihat jenis kecambah yang digunakan untuk menghindari pemakaian benih palsu yang mengakibatkan kerugian pada perkebunan tersebut. Benih yang digunakan adalah hasil breeding atau persilangan varietas Dura dan Pisifera yang kemudian akan menghasilkan varietas Tenera yang akan dikembangkan menjadi bibit pada perkebunan.
            Kelapa sawit dari jenis dura mempunyai cangkang yang cukup tebal sekitar 2-8 mm. Pada bagian luar cangkang hampir tidak ada serabut yang menyelimutinya. Daging buah kelapa sawit dura tidak begitu tebal dengan daging biji yang cukup besar. Jenis dura dikenal memiliki kadar kandungan minyak yang rendah dan sering dipakai sebagai induk betina ketika melakukan program pemuliaan bibit kelapa sawit.
Kelapa sawit dura bercangkang cukup tebal. Kebanyakan perusahaan pengolahan kelapa sawit kurang menyukai jenis ini sebab cangkang yang tebal dapat memperpendek usia pakai mesin. Kelebihan dari kelapa sawit dura adalah ukuran buahnya relatif besar dengan kandungan minyak mencapai 18 persen setiap tandannya.
Kelapa sawit berjenis pisifera mempunyai cangkang yang sangat tipis hingga tidak bercangkang. Buah kelapa sawit pisifera memiliki daging yang lebih tebal daripada dura dengan daging biji yang tipis sekali.Sayangnya, bunga betina kelapa sawit dari jenis pisifera ini bersifat steril sehingga sulit berkembang menjadi buah. Oleh sebab itu, perbanyakan jenis kelapa sawit ini hanya bisa dilakukan melalui persilangan dengan kelapa sawit dari jenis yang lainnya. Namun beberapa kelapa sawit pisifera memiliki kemampuan fertile sehingga bisa berkembang biak secara mandiri. Kelapa sawit dari pisifera ini tidak bisa digunakan sebagai tanaman komersial untuk budidaya, melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan.
            Kelapa sawit tenera merupakan kelapa sawit dari hasil persilangan antara kelapa sawit dura dan kelapa sawit pisifera. Oleh karena itu, kelapa sawit ini memiliki karakteristik yang paling bagus untuk dibudidayakan. Di antaranya tingkat ketebalan cangkang sekitar 0,5-4 mm dan mempunyai serabut yang menyelubunginya. Daging buah kelapa sawit ini juga tebal sehingga mampu menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih banyak.

4.2 Perhitungan Pelepah
Kelapa sawit merupakan pohon yang memiliki pelepah. Pelepah tersebut memiliki helaian daun yang terurai yang akan membantu kelapa sawit tersebut memperoleh makanannya melalui fotosintesis.Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepah akan lebih panjang dibanding dengan tanaman yang masih muda. Saat tanaman berumur sekitar 10 – 13 tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m. Luas permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semakin luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik.
Gambar 4.1 Perhitungan pelepah sawit
Jumlah kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxsis yang dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun. Perhitungan jumlah duduk daun dapat ditentukan dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya, setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak 8 pelepah. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke kiri menyerupai spiral. Arah duduk daun ini sangat berguna untuk menentukan letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat pengambilan contoh daun.
Hasilpraktikumpengamatanpelepahsawitdapatdilihatpadatabel4.2 berikut ini.

Tabel 4.2.Pengamatan PelepahpadaTanamanSawit
No     Nama
Tanggal
Jumlah Pelepah
1.      wahyu sri
2 Maret 2017
49 Pelepah
           2.       Rully
2 Maret 2017
44 Pelepah
           3.       Halim
2 Maret 2017
33 Pelepah
           4.       alexander
2 Maret 2017
49 Pelepah
5.       Dina
2 Maret 2017
44 Pelepah
6.       Rini safitri
2 Maret 2017
33 Pelepah
7.       Brian
2 Maret 2017
23 Pelepah
           
Pada tabel tersebut dapat dilihat jumlah pelepah pada kelapa sawit yang diamati adalah 33 pelepah dengan umur tanaman pada saat itu adalah kira-kira 9 tahun dan sudah menghasilkan. Jumlah pelepah kemudian berkurang menjadi 25 setelah dilakukan prunning pada satu putaran pelepah tersebut.

4.3 Weedingdan Wiping
                        Karena keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat ya J

4.4 Naungan dan Bedengan
Pada tahap pembibitan pre nursery ada hal yang harus diperhatikan selain bibit yang digunakan dan keadaan tanahnya, yaitu naungan dan bedengan. Naungan dan bedengan pada pembibitan akan membantu mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk agar sesuai dengan umur tanaman. Ukuran bedengannya yaitu lebar 1 m, panjang menyesuaikan dengan banyaknya bibit, dan tinggi bedengan 20 cm. Diatas bedengan tersebutlah akan disusun babybag yang telah diisi benih tersebut.
Pada gambar tersebut dapat dilihat bedengan yang digunakan dalam pembibitan ini, dimana polibag tersusun rapi diatas bedengan tersebut. Selain bedengan, hal yang perlu diperhatikan yaitu naungan, karena naungan tersebut akan berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari yang diperoleh oleh bibit tersebut. Naungan yang digunakan pada praktikum ini terbuat dari pelepah kelapa sawit. Pelepah tersebut akan dikurangi satu setiap minggunya apabila bibit tersebut telah berumur dua minggu. Tinggi naungan tersebut pada bagian depan yaitu 1,2-1,5 m dan bagian belakang 0,9 m. Bagian depan dan belakang naungan diatur berdasarkan arah terbitnya matahari, bagian Timur akan lebih tinggi.

4.5 Pemeliharaan TBM dan TM Kelapa Sawit
Karena keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat ya J

4.6 Pemupukan
Pemupukan merupakan hal yang penting yang dilakukan untuk berbagai jenis tanaman untuk menambah unsur hara bagi tanaman. Pemupukan dilakukan mengingat berkurangnya asupan unsur hara pada tanah tersebut akibat tercuci maupun ikut dalam proses pemanenan. Pemupukan kelapa sawit di mulai dari piringan yang berada pada sekitar tanaman. Dengan adanya piringan tersebut akan membuat pupuk lebih efektif masuk ke dalam akar tanaman dan merangsang produktivitas dari tanaman kelapa sawit tersebut. Namun, yang perlu anda cermati adalah dosis pupuk untuk kelapa sawit. Karena dosis yang kurang atau berlebihan dapat mempengaruhi hasil akhirnya. Setiap melakukan suatu hal, tentu ada tata cara atau beberapa perlakuan yang harus di patuhi agar haslinya sesuai dengan yang di inginkan.
Gambar 4.3 Pemupukan
Pupuk yang digunakan pada kelapa sawit yaitu pupuk NPK dengan dosis 1-2 kg per pohon. Pemupukan dilakukan dengan membersihkan piringan tanaman kelapa sawit tersebih dahulu, kemudian membuat lubang sebanyak 4 pada daerah perakaran kelapa sawit tersebut. Kemudian pada keempat lubang tersebut ditambahkan pupuk NPK dengan dosis yang telah ditentukan, lalu lubang tersebut ditutup. Pemupukan kelapa sawit biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan.

4.7 Prunning atau Pemangkasan
Karena keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat ya J

4.8. Penyakit pada kelapa sawit
Karena keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat ya J
Tabel4.3 PembibitanKelapaSawit
Penyakit yang ditemukan
Gejala
Penyakit Karat
PenyakitBusukPangkal
Trek MusimKemarau
Bercakkuningkecoklatanpadadaun
TerdapatjamurGanoderma sp.
Patahnyapangkalpelepahpadapelepahpasif


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1              Kesimpulan
            Kesimpulandaripraktikumpengelolaanperkebunankelapasawitantara lain sebagaiberikut :
1)      Tanamankelapasawitmerupakan tanaman tahunan yang dapat menjadi sumber devisa bagi Indonesia.
2)      Pembibitan kelapa sawit digunakan dengan double stage yaitu tahap pre nursery dan main nursery. Bibit yang ditanam adalah varietas Simalungun yang berasal dari Medan Sumatera Utara.
3)      Perhitungan pelepah dilakukan dengan rumus 1-3-5-8 yang dihitung menurut pelepah yang sejajar. Perhitungan pelepah bertujuan untuk membantu sistem prunning.
4)      KegiatanpemeliharaanTanamanMenghasilkanmeliputipemangkasan, pemupukan, penimbunanpelepahdansampah, penyiangan, danperemajaantanamaansecaraberkala.
5)      Pemangkasandapatdilakukandenganalatberupa dodos dam egrek. Pemangkasan bertujuan untuk mengurangi pelepah yang tidak berguna lagi.
6)      Pemupukanpadatanamanmenghasilkan (TM) bertujuanuntukmemproduksi TBS yang optimal. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk NPK dengan dosis 1 kg per tanaman. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Mahasiswa/ Praktikan
            Sebaiknyapraktikuminidilaksanakandenganbaikolehpraktikandanalat-alat yang digunakantersediadenganlengkapsupayapraktikumdapatberjalandenganbaikdanpraktikanjugamemperhatikansemua yang diajarkanolehdosenmaupunasisten agar praktikandapatmemahamipraktikuminidenganbaik sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan.


5.2.2 Saran untuk Praktikum
Praktikum ini sebaiknya dilakukan dengan tertib sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Materi yang akan dikerjakan dilapangan sebaiknya dibekalkan di ruang kelas saja, agar dilapangan waktu yang digunakan dapat lebih efisien. Alat dan bahan yang mendukung praktikum ini sebaiknya disedikan dengan baik, seperti pupuk, peralata cangkul, dodos atau engrek dan parang agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan tertib karena tidak membawa alat menjadi alasan bagi praktikan untuk tidak mengikuti praktikum dengan baik.

5.2.3 Saran untuk Petani/ Pengusaha
Pengelolaan kelapa sawit yang benar dan baik, sesuai dengan prosedur yang dilakukan akan membangun keberhasilan petani. Kurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida untuk mencegah degradasi tanah. Gunakan benih sawit yang bersertifikat karena banyak benih palsu yang beredar dan mampu mengurangi produksi sampai 50%.

5.2.4 Saran untuk Asisten
            Pembelajaran tentang Pengelolaan kelapa sawit akan benar dan baik jika para asisten baik dalam memberikan materi kepada praktikan,untuk itu disarankan kepada asiten agara lebih baik lagi dalam memberikan materi,dan dikurangi marah dalam lapangan karena akan memakan waktu untuk melanjutkan proses dalam belajar dilapangan.

5.2.5 Saran untuk Dosen
            Dalam penyampaian materi tentang Pengolahan kelapa sawit ini sebaiknya lebih diperhatikan para dosen lagi agar mahasiswa lebih mengerti lagi tentang bagaimana dalam pengolahan kelapa sawit yang baik dilapangan.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. BukuPintarMandor (BPM). Seri BudidayaTanamanKelapaSawit.EdisiRevisi.LembagaPendidikan Perkebunan.

Anonim. 2002. ManajemenProduksiKelapaSawit. MateriPresentasipadaDiklat Guru SMK se Indonesia BidangStudi Perkebunan. Jakarta

BadanPusatStatistik Riau. 2010. Riau DalamAngka 2008. Pekanbaru.

Bangun.2007. AbstakHasilPenelitianPusatpenelitianKelapaSawit 1997 – 2000.PusatPenelitianKelapaSawit( Marihat ). Medan.

Fauzi, Y. Widyastuti, E. Setyawibowo, I. Hartono, R, 2003. BudidayaKelapaSawit, PemanfaatanHasildanLimba, Analisis Usaha danPemasaran.PenebarSwadaya. Jakarta.

Lubis, A. M., A.G. Amran, M.A. Pulung, M.Y. Nyakpadan N. Hakim. 1986. PupukdanPemupukan. FakultasPertanian USU. Medan.

Luqman E. dkk.2003. PemeliharaanTanamanMenghasilkanpada Perkebunan KelapaSawit.Materi In House Training BudidayaTanamanKelapaSawit. Perkebunan Sangyangdamar. Jawa Barat.

Pahan.2008. PengendalianGulma di KebunKelapaSawit (ElaeisguinensisJacq).KawanBatu Estate, PT. TeguhSempurna, Minamas Plantation, Kalimantan Tengah.

Pracaya. 2003. BudidayaKelapaSawit. Kanisius.Yogyakarta.

Rukmana.2001. PersainganTanamanBudidayadenganGulma.Rajawali. Jakarta

MangoensoekarjodanSemangun.2005. PemeliharaanTanamanMenghasilkanpada Perkebunan KelapaSawit.Materi In House Training BudidayaTanamanKelapaSawit. Perkebunan Sangyangdamar. Jawa Barat    

Risza. 1994. FisiologiTanaman Perkebunan. InstitutPertanian Bogor.40 hal.

Sianturi, H. S. D. 1991. MempersiapkanPembibitanAwaldanUtamaKelapaSawit.PusatPenelitianMarihat. PematangSiantar. Medan.

Sastrosayono. 2005. BudidayadanPengelolaanKebunKelapaSawitdenganSistimKemitraan. AgroMediaPustaka. Jakarta.

Sastrosayono, S. 2008. BudidayaKelapaSawit. AgroMediaPustaka. Jakarta.

Sekaran, Uma. 2009. Research Methods for Business-MetodologiPenelitianuntuk
               BisnisBuku 1 Edisi 4. Jakarta: SalembaEmpat.

Sutarta, E. S. S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna.2003. PerananUnsur
               Hara padaPemupukanTanamanKelapaSawit.PenebarSwadaya. Jakarta.

Tjitrosoepomo, G. 1988. TaknonomiTumbuhan (Spermatopita).Gajahmada University Press.Yogyakarta.

Tobing. 2000.TeknologiBudidayaKelapaSawit. Lampung: BalaiPengkajiandanPengembanganTeknologiPertanianBadanPenelitian Dan PengembanganPertanian.

Share:

0 komentar:

Post a Comment