LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM
PENGELOLAAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Elais
guinensiss Jacq.)
WAHYU SRININGSIH
05071181419002
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
INDRALAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan tropis yang
diperkirakan berasal dari Nigeria (Afrika Barat) karena pertama kali ditemukan
di hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit masuk pertama kali ke Indonesia
pada tahun 1848 dibawa dari Marnitius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.
Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing
berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di kebun Raya Bogor.
Hingga saat ini dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai
nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian keturunan kelapa
sawit dari kebun Raya Bogor tersebut telah diproduksi ke Deli Serdang (Sumatera
Utara) sehingga dinamakan varietas Deli Dura (Hadi, 2004).
Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan
tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman
kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika Selatan serta
negara-negara tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini,
Brazilia dan juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar
kedua kelapa sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia
merupakan produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006).
Keberhasilan pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia tidak terlepas
dari ketersediaan faktor pendukung, salah satu diantaranya ketersediaan bahan
tanam unggul kelapa sawit. Sumber resmi benih kelapa sawit unggul antara lain:
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfindo, PT London Sumatera (Anonim,
2007).
Program
pengembangan dan pembangunan perkebunan kelapasawit dengan pola kemitraan sangat menguntungkan bagi berbagaiaspek,
baik ekonomi, social, maupun lingkungan.Ditinjau dari aspek ekonomi, perkebunan kelapasawit dapat mendukung
industry
dalam negeri berbasis produk berbahandasar kelapasawit. Selain itudengan terbangunnya banyak sentra ekonomi
di wilayah baru akan mendukung pembangunan ekonomi regional. Ditinjau dari aspek
social, terjadinya penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan memperkecil kesenjangan pendapatan petani dengan pengusaha perkebunan.
Dari aspek lingkungan,
adanya pengembangan dan pembanggunan perkebunan kelapasawit dilahan yang telah lama
terbuka dan tidak produktif akan merehabilitasi lahan kritis dan marginal dalam skala yang
luas. Selain itu, terbangunnya perkebunan yang
luas akan menambah ketersediaan oksigen serta sekaligus menyerap karbon. Perkebunan
kelapa sawit yang luas juga dapat mendukug fungsi hidroorologis,
yaitu kemampuan untuk menyerap air pada musim hujan serta melepasnya secara bertahap pada musim kemarau.
Kelapa
sawit (Elais guineensis Jack)
merupakan sumber minyak nabati yang sangat penting disamping beberapa minyak
nabati lain, seperti kelapa dalam, kacang-kacangan dan biji-bijian lain. Kelapa
sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848.
Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam
di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun
1870-an (Adlin U. Lubis 1992 ). Pembukaan perkebunan kelapa sawit terus meluas
seiring dengan meningkatnya permintaan minyak nabati di berbagai belahan dunia.
Kelapa sawit memiliki banyak manfaat dalam penggunaannya.
Selain minyak sawit yang dihasilkan oleh daging buah (Mesokarp) yang dikenal
dengan CPO (Crude Palm Oil), kelapa sawit juga menghasilkan minyak inti sawit
yang dihasilkan dari inti sawit yang dikenal dengan minyak inti sawit atau Palm
Kernel Oil (PKO). Dari keduanya dapat dibuat berbagai jenis produk lainnya.
Pabrik pengolahannya disebut refineri dan ekstraksi. Dari sini akan keluar lagi
beberapa jenis minyak, ada yang sudah siap pakai dan ada yang harus diproses
untuk menjadi produk lainnya. Disamping minyak atau bahan solid lain, juga akan
keluar beberapa padatan lainnya yang dapat langsung dipakai atau harus diproses
lebih lanjut (Wahyono, dkk, 1995).
Minyak
sawit digunakan sebagai bahan baku minyak makan, margarin, sabun, kosmetika,
industri baja, kawat, radio, kulit dan industri farmasi. Minyak sawit dapat
digunakan untuk beragam kegunaan karena keunggulan sifat yang dimilikinya yaitu
tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak
larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak
menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik (Sastrosayono Selardi,
2003) .
Bagian
yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah daging buah yang
banyak menghasilkan minyak sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak
goreng dan berbagai keturunannya. Kelebihan minyak sawit adalah harga yang murah,
rendah kolestrol dan memiliki kandungan karoten tinggi.
Tanaman kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq.) banyak tumbuh subur di daerah yang
memiliki iklim tropis. Pada daerah ini matahari bersinar sepanjang hari dengan
curah hujan yang cukup tinggi serta rata-rata suhu 22°C sampai 32°C pada
ketinggian 500 m dari permukaan laut. Kondisi ini memungkinkan kelapa sawit
sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan lahan yang cukup luas.
Melihat
pentingnya tanaman kelapa sawit dewasa ini dan masa yang akan datang,
seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak sawit, maka
perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit
secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu
diantaranya adalah bahan perbanyakan tanaman berupa bibit, untuk itu perlu
adanya pengawasan bibit yang baik antara lain di pembibitan awal (Pre
Nursery)dan di pembibitan utama (Main Nursery). Pada
pembibitan ini, perlu adanya pengamatan secara visual terhadap penampilan bibit
dengan cara membandingkan bibit normal dengan bibit abnormal yang diakibatkan
oleh faktor kultur teknis dan faktor genetik.
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengenalkan kepada
mahasiswa tentang aspek pengelolaan teknis, mengetahui teknik budidaya kelapa
sawit dan manajemen perkebunan kelapa sawit yang benar.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Sistematika
Tanaman kelapa sawit pertama kali ditemukan di negara Afrika Barat dan
tanaman ini disebut sebagai tanaman tropikal. Selain di Afrika Barat tanaman
kelapa sawit ini banyak juga di temukan di Afrika Selatan serta negara-negara
tetangga seperti Malaysia, Pantai Gading, Thailand, Papua Nugini, Brazilia dan
juga negara-negara lainnya. Indonesia merupakan produsen terbesar kedua kelapa
sawit setelah malaysia, diperkirakan pada tahun 2008 Indonesia merupakan
produsen kelapa sawit di dunia (Pahan, 2006).
Menurut (Tjitrosoepomo,
1988), sistematika dari tanaman kelapa sawit
adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Liliopsida
Ordo :
Arecales
Famili :
Arecaceae
Genus :
Elaeis
Spesies :
Elaeis
guineensis Jack
2.2 Morfologi
Tanaman kelapa sawit
merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual yang cukup
tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan
komoditi perkebunan lainnya. Setiap tanaman memiliki morfologi yang
berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang dijual.Sehingga pada budidaya tanaman
kelapa sawit memerlukan pengetahuan awal terlebih dahulu mulai dari
morfologinya sebelum melakukan budidaya. Tanaman kelapa sawit
secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan
bagian generatif (bunga dan buah). Morfologi tanaman sawit adalah sabagai
berikut:
2.2.1
Akar
Kelapa sawit termasuk tanaman yang mempunyai
perakaran yang dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman
kekeringan. Adapun penyebab tanaman mengalami kekeringan diantaranya
transpirasi tinggi dan diikuti dengan ketersediaan air tanah yang terbatas pada
saat musim kemarau (Maryani,2012). Pada tanaman kelapa sawit yaitu akar
serabut, yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartieryang
mana setiap bagian tersebut memiliki fungsi.
Untuk akar primer dapat
tumbuh vertikal (radicle) maupun mendatar (adventitious roots) dan
berdiameter sekitar 6-10 mm. Akar sekunder, yaitu akar yang tumbuh dari akar
primer, arah tumbuhnya mendatar maupun ke bawah, berdiameter sekitar 2-4 mm.
Sedangkan pada akar tertiera adalah akar yang tumbuh dari akar sekunder. Arah
tumbuhnya mendatar ke samping, dengan panjang sekitar 0.7-1.2 mm. Dan pada akar
kuartier yaitu akar cabang dari akar tersier berdiameter 0,2-0,8 mm dan panjang
sekitar 2cm. Akar tersier dan kuarter berada 2-2,5 m dari pangkal pokok atau
luar piringan dan berada di dekat pemukaan tanah. Pada akar tanaman kelapa
sawit tidak berbuku, kemudian ujungnya meruncing, dan berwarna putih atau
kekuningan.
2.2.2
Batang
Batang pada kelapa sawit
memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang.
Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi pembentukan batang yang melebar
tanpa terjadi pemanjangan internodia (Sunarko,2007). Batang tanaman kelapa
sawit berfungsi sebagai struktur pendukung tajuk (daun, bunga, dan buah).
Kemudian fungsi lainnya adalah sebagai sistem pembuluh yang mengangkut unsur
hara dan makanan bagi tanaman. Tinggi tanaman biasanya bertambah secara
optimal sekitar 35-75 cm/tahun sesuai dengan keadaan lingkungan jika mendukung.
Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi
batang/tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur
ekonomis tanaman kelapa sawit.
2.2.3
Daun
Daun merupakan pusat
produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman. Bentuk daun, jumlah daun dan
susunannya sangat berpengaruhi terhadap tangkap sinar mantahari
(Vidanarko,2011). Pada daun tanaman kelapa sawit memiliki ciri yaitu membentuk
susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun
kelapa sawit disanggah oleh pelepah yang panjangnya kurang lebih 9 meter.Jumlah
anak daun di setiap pelepah sekitar 250-300 helai sesuai dengan jenis tanaman
kelapa sawit. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Duduk
pelepah daun pada batang tersusun dalam satu susunan yang melingkari
batang dan membentuk spiral. Pohon kelapa sawit yang normal biasanya
memiliki sekitar 40-50 pelepah daun. Pertumbuhan pelepah daun pada tanaman muda
yang berumur 5-6 tahun mencapai 30-40 helai, sedangkan pada tanaman yang
lebih tua antara 20-25 helai. Semakin pendek pelepah daun maka semakin banyak
populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi
prokdutivitas hasilnya per satuan luas tanaman.
2.2.4
Bunga
Tanaman kelapa sawit akan
mulai berbunga pada umur sekitar 12-14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit
termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina
terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama. Tanaman kelapa
sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri karena memiliki daun
jantan dan betina.Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun.Setiap ketiak daun
hanya menghasilkan satu infloresen (bungan majemuk).Biasanya,
beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal
perkembangannya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun
tidak menghasilkan infloresen.
2.2.5
Biji
Setiap jenis kelapa sawit
biasanya memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Jenis biji dura
panjangnya sekitar 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1
kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji
tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit
umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya
dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%.Agar
perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih
tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment.
2.2.6
Buah
Buah kelapa sawit termasuk buah batu dengan
ciri yang terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian luar (epicarpium) disebut
kulit luar, lapisan tengah (mesocarpium) atau disebut daging buah, mengandung
minyak kelapa sawit yang disebut Crude Palm Oil (CPO), dan lapisan dalam
(endocarpium) disebut inti, mengandung minyak inti yang disebut PKO atau
Palm Kernel Oil.
2.3 Syarat Tumbuh
2.3.1 Iklim
Lama
penyinaran matahari rata‐rata
5‐7
jam/hari..Ketinggian tempat yang ideal antara 1‐500 m dpl. suhu optimal 26°C,
kelembaban rata-rata 75 %, dapat tumbuh pada bermacam-macam tanah, asalkan
gembur, aerasi dan draenasinya baik, kaya akan humus dan tidak mempunyai
lapisan padas dan dengan pH tanah antara 5,5 - 7,0.
2.3.2 Curah Hujan
Curah hujan tahunan 1.500‐4.000 mm. Temperatur
optimal 24‐280C.
2.3.3 Angin
Kecepatan angin 5‐6 km/jam untuk membantu
proses penyerbukan, terbagi merata
sepanjang tahun dan Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman
sawit sekitar 80-90%.
2.3.4 Tanah
Tanah
yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur.Berdrainase baik,
permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4‐6, dan tanah tidak
berbatu. Tanah Latosol, Ultisol dan Aluvial, tanah gambut saprik, dataran
pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit.
2.3.5 Tinggi Tempat
Ketinggian tempat yang ideal antara 1-500 m
dpl. Kecepatan angin 5-6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan.
2.4 Persiapan Lahan
Persiapan
atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan
pertanaman.Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi, topografi,
saran, dan prasaran pendukung.Sebelum membuka lahan disarankan melakukan studi
kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk
pertumbuhan kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman.
Kesesuaian lahan bis di nilai berdasarkan kesesuaian lahan actual dan kesesuaian lahan potensial.Kesesuaian lahan actual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Dalam hal ini karakteristik lahan dinilai apa adanya. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik utama lahan (kesesuaian lahan actual ditambah teknologi dan modal).Sementara itu, karakteristik lahan merupakan sifat fisik dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan.
Kesesuaian lahan bis di nilai berdasarkan kesesuaian lahan actual dan kesesuaian lahan potensial.Kesesuaian lahan actual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Dalam hal ini karakteristik lahan dinilai apa adanya. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik utama lahan (kesesuaian lahan actual ditambah teknologi dan modal).Sementara itu, karakteristik lahan merupakan sifat fisik dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan.
2.4.1
Pembukaan Lahan
2.4.1.1
Survei lapangan
Berikut
merupakan tahapan survei lapangan :
1)
Menentukan klasifikasi hutan primer, sekunder, dan atau tersier.
2)
Menggambar topografi lahan (datar, bergelombang, atau berbukit).
3)
Menggambar letak sungai, rawa, kampung, dan lainnya.
4)
Membuat jalan rintisan untuk pengukuran.
5)
Memeriksa tempat sumber air dan mengambil contoh tanah.
6)
Membuat peta orientasi dan membuat petak-petak hektaran (blok).
7)
Membuat lorong-lorong (peta blok kebun) dari patok batas areal.
2.4.1.2
Menebas pohon
berdiameter kurang dari 3 inch
Pohon-pohon
yang berdiameter kurang dari 3 inci (7,5 cm), termasuk semak di tebas, dan
tanaman merambat di cincang. Tinggi tebasan harus rata degnan permukaan
tanah.Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan dari areal yang rendah kea rah yang
lebih tinggi.
2.4.1.3
Menebang pohon
berdiameter lebih dari 3 inch
Penebangan pohon berdiameter lebih
dari 3 inci dilakukan olhe tenaga manusia menggunakan chainsaw. Tinggi tebangan
dari atas tanah harus di ukur berdasarkan diameter pohon seperti berikut:
1)
Diameter 3-10 inci, tinggi tebangan maksimal 30 cm.
2)
Diameter 10-12 inci, tinggi tebangan maksimum 60 cm.
3)
Diameter 13-30 inci, tinggi tebangan maksimum 90 cm.
4)
Diameter lebih dari 31 inci, tinggi tebangan maksimum 150 inci.
Jika
penebangan dilakukan secara mekanis, seluruh pohon dapat di tumbangkan dengan
traktor.Batang pohon yang sudah di tebang, dipotong menjadi ukuran yang lebih
kecil dan di tumpuk agar lebih mudah kering. Untuk rencana peremajaan, semua
dahan dan ranting dari pohon yang sudah di tebang, di potong sepanjang 5 meter,
lalu di tumpuk menurut barisan yang teratur. Tanggul atau sisa pohon bekas
penebangan liar yang letaknya bertepatan dengan lubang tanaman harus di
bongkar.
2.4.2
Pengolahan Tanah
Mengolah
tanah dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma dan menyiapkan tanah
menjadi media yang cocok untuk perakaran dan mendukung pertumbuhan tanaman
kelapa sawit. Mengolah tanah untuk menanam kelapa sawit lebih di anjurkan
menggunakan traktor (jika lahan yang diolah cukup luas).Jika mengolah tanah
menggunakan traktor, antara dua rotasi yang berurutan berupa pembajakan dan
penggarukan, arahnya harus tegak lurus atau paling tidak sedikit
menyilang.Sementara itu, interval antara rotasi minimum dilakukan dalam dua
minggu.
2.4.3 Pembuatan Jalan,
Parit, dan Teras
2.4.3.1 Pembuatan
jalan
Kegiatan
yang termasuk dalam pekerjaan ini diantaranya mengorek, menimbun, mengeraskan
bagian lapangan, membuat bentang, dan membuat parit di sebelah kiri-kanan
jalan.Berikut ini jenis jalan beserta ukurannya.
1)
Jalan utama (main road) merupakan jalan induk yang menghubungkan
afdeling yang satu dengan yang lainnya, dan dengan pabrik. Lebar jalan utama 8
meter.
2)
Jalan traspor, submain road, jalan primer, jalan afdeling atau
jalan produksi yang menghubungkan jalan utama dengan jalan koleksi. Lebar jalan
traspo 6 meter.
3)
Jalan koleksi (colleting road) atau jalan sekunder (jalan
tengah) merupakan jalan yang terletak di dalam blok-blok penanaman yang
berfungsi sebagai tempat pengumpulan hasil atau produksi kebun. Lebar jalannya
4 meter.
4)
Jalan control atau jalan tersier merupakan jalan di dalam kebun
yang berfungsi sebagai sarana mengontrol kegiatan di kebun. Lebar jalannya 2-3
meter.
Jalan
utama dan jalan produksi dibuat dengan bulldozer dan atau grader.Jalan sepanjang
1 km dibuat dalam waktu 40-80 jam kerja dengan pemakaian bahan bakar 80
liter/jam kerja.Selanjutnya, jalan di padatkan dengan menggunakan alat pemadat
(bomag).Pekerjaan ini umumnya dilakukan pada akhir musim hujan.
2.4.3.2
Pembuatan parit
(saluran air)
Parit
drainase merupakan saluran yang menghubungkan lembah bukit yang satu dengan
yang lainnya agar air dapat dialirkan menuju aerah bawah dan akhir nya masuk ke
saluran pembuangan.Pembuatan parit dikerjakan dengan menggali tanah sesuai
ukuran dasar.Tanah galiannya di buang ke tempat tertentu.Saluran air di daerah
berbukit berupa saluran kebun dan saluran utama yang menyalurkan air ke saluran
drainase alam (sungai).Saluran kebun di buat setiap 16 baris tanaman kelapa
sawit dan di buat menurut kontur lahan. Saluran utama di buat dengan lebar
bagian atas 150 cm, lebar bagian bawah 80 cm. saluran kebun di buat dengan
lebar bagian atas 90 cm, lebar bagian bawah 60 cm, dan kedalaman 60 cm.
2.4.3.3 Pembuatan
teras
Berdasarkan derajat kemiringan lahan
dikenal teras kontur (bersambung) dan teras individu (tapak kuda).Teras
bersambung untuk laham memiliki kemiringan 4-29o dan teras individu
30-40o.Teras individu di buat menggunakan mal berbentuk tapak kuda dengan muka
teras menhadap kea rah lereng bukit. Ukuran teras 3 m x 3 m, jarak antara ajir
tanaman dan tepi muka teras selebar 1,25 m.
Pembuatan teras dikerjakan dengan
menggali dan menimbun tanah lereng, sehingga tempat tersebutmenjadi rata dan
agak datar.Teras individu dibuat menurut kemiringan lahan. Contohnya, pada
tingkat kemiringan 15o, jari-jari teras bias dibuat 1,5 – 2 m.
2.5 Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan
dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan.Pembibitan satu
tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau
langsung di pembibitan utama (main nursery).Pebibitan dua tahap artinya
penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu
menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main
nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar
(Dalimunthe, 2009).
2.5.1 Pembibitan
Awal (Prenursery)
Pembibitan
awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan
dipelihara hingga berumur tiga bulan.Selanjutnya, bibit tersebut dilakukan
selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12
bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan
di prenursery dan 9-11 bulan di main nursery) (Sunarko,
2009).
2.5.1.1
Persyaratan Lokasi
Lokasi
untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah 30sehingga
pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas
bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau
pohon.Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan
merusak pembibitan.Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air
harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber
media dengan topsoil yang cukup untuk mengisibabybag (polibag
kecil), tanah tidak bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah
dijangkau (Fauzi, 2007).
2.5.1.2
Pemesanan Kecambah
Seleksi
dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan dapat mencukupi
kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon membutuhkan
kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan abnormal sekitar
25% untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu pemesanan kecambah
diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag prenursery 13-14
bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).
Polibag kecil yang digunakan
sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa menggunakan polibag kecil berwarna
putih. Polibag berukuran panjang 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain
itu, bisa juga menggunakan babybag hitam dengan ukuran14 x 22 x 0,07
cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan berupa
campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran
pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan komposisi
1:1:3. Bedengan pembibitan prenursery dibuat dengan
panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter
dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Satu petak prenursery tanki
siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-800 babybag kecambah (Subiantoro,
2003).
2.5.1.3
Penanaman Kecambah
Letakkan
kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke dalambaybag.Kecambah
hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil kecambah.Dua hari menjelang
penanaman kecambah, media tanam yang berada di dalam babybagharus disiram
setiap pagi.Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau dengan ibu
jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan kecambah. Masukkan kecambah sedalam
1,5-2 cm di bawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup kecambah
tersebut. Bagian bakal akar (radikula) yang berbentuk agak tumpul dan berwarna
lebih kuning harus mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula) yang bentuknya
agak tajam dan berwarna kuning muda mengarah ke atas (Subiantoro, 2003).
2.5.1.4
Naungan
Naungan
atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari
daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan
jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3
helai.Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar
sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan.Pengurangan naungan
dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat
pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan
menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur
6 minggu (Sunarko, 2009).
2.5.1.5
Penyiraman dan penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari
secara teratur, yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari
dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per
bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh
di babybag menggunakan tangan.Penyiangan sebaiknya dilaksanakan dua
minggu sekali.Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar kering terkena sinar
matahari (Sunarko, 2009).
2.5.1.6
Pemupukan
Selama
tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk.Namun, jika
tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu
dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk
majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk
diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari
satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan
seminggu sekali (Sunarko, 2009).
2.5.1.7
Proteksi dan Seleksi
Serangan
hama dan penyakit selama di prenursery biasanya belum ada. Jika
ada, dapat diberantas dengan diambil menggunakan tangan (hand
picking). Serangan penyakit yang berasal dari sejenis jamur dapat dikendalikan
dengan fungisida yang banyak dijual di pasaran, seperti Dithane, Sevin, dan
Anthio dengan dosis sesuai yang dianjurkan (Sunarko, 2009).
Seleksi
dilakukan sebelum bibit dipindahkan ke main nursery. Seleksi
bibit diprenursery bertujuan untuk mencari bibit yang menyimpang. Bibit
menyimpang dapat diakibatkan oleh faktor genetis, kerusakan mekanis, serangan
hama dan penyakit, serta kesalahan kultur teknis. Bibit yang mati terlebih
dahulu harus dikeluarkan, kemudian bibit yang tidak normal harus
dimusnahkan.Ciri bibit kelapa sawit tidak normal sebagai berikut.
1)
Anak daun sempit dan memanjang seperti
daun lalang (narrow leaves)
2)
Anak daunnya bergulung kearah longitudinal
(rolled leaves)
3)
Pertumbuhan bibit memanjang (erreted),
terputar (twisted shoot), tumbuh kerdil, lemah, dan lambat (insufficient
growth, dwarfish)
4)
Daunnya kusut (crinkled), anak daun
tidak mengembang, membulat, dan menguncup (collante)
5)
Rusak karena serangan penyakit tajuk
(crown disease)
Pertumbuhan
bibit yang tidak normal juga terjadi karena kesalahan kultur teknis. Berikut
beberapa kesalahan teknis penanaman yang menyebabkan bibit tumbuh
abnormal (Sunarko, 2009).
1)
Penanaman kecambah terbalik, bakal daun
ditanam ke arah bawah.
2)
Kecambah ditanam terlalu dalam sehingga
pertumbuhan terlambat atau terlalu dangkal sehingga akar menggantung.
3)
Tanah mengandung bebatuan (tidak
disaring), sehingga menggangu akar
4)
Tanah terlalu basah, karena air tidak
terbuang dari kantong plastik atau penyiraman tidak sempurna (terlalu keras dan
banyak atau terlalu sedikit).
2.5.1.8
Pengangkutan Bibit
Pengangkutan
atau pengiriman bibit dari dari prenursery ke main nurserydengan
memasukkan babybag ke dalam peti kayu berukuran 66,5 x 42 x 27,5 cm.
Setiap peti kayu dapat memuat 35 bibit. Pengangkutan harus berhati-hati dan
bibit harus segera ditanam di main nursery (Sunarko, 2009).
2.5.2 Main
Nursery
2.5.2.1
Penentuan Lokasi
Lokasi
sebaiknya dekat atau berada di pinggir jalan besar, agar pengangkutan bibit dan
pengawasannya lebih mudah.Lokasi harus bebas genangan atau banjir dan dekat
dengan sumber air untuk penyiraman. Debit dan mutu air yang tersedia harus
baik. Areal pembibitan sebisa mungkin rata atau memiliki kemiringan maksimum
5%, tempat terbuka atau tanah lapang dan lapisan
tahah topsoil cukup tebal. Letak lokasimain
nursery dekat dengan area yang ditanam dan harus jauh dari sumber
hama dan penyakit (Sunarko, 2009).
2.5.2.2
Luas, Lay Out, dan Pancang
Satu
hektar pembibitan main nursery dapat menyediakan bibit untuk sekitar
50-60 hektar lahan penanaman. Setelah area diratakan menggunakan alat berat,
sekaligus untuk mengambil topsoil, tentukan dan buat jaringan jalan,
parit, dan saluran pembuangan air (drainase). Buat lay out petak atau
bedengan memanjang dengan arah timur ke barat. Ukuran panjang dam lebarnya
disesuaikan dengan kondisi lapangan dan jaringan
irigasinya (Sunarko, 2009).
2.5.2.3
Jaringan Irigasi
Jaringan
irigasi diperlukan sebagai sarana pengairan untuk menyiram bibit dimain
nursery. Alat dan bahan untuk sistem penyiraman harus sudah terpasang dan
siap pakai sebelum penanaman. Instalasi penyiraman di main
nursery sebagai berikut:
1)
Secara manual, air dihisap dari sungai
menggunakan pompa air dan dialirkan ke lokasi pembibitan melalui pipa dan
selang.
2)
Sprinkler menggunakan pipa induk,
pipa utama, dan pipa distribusi.
3)
Setiap sambungan dilengkapi stand
pipes yang terpasng berdiri dan ujungnya dilengkapi
dengan nozzle yang memancarkan air secara berputar.
4)
Setiap pipa distribusi memiliki
8-9 sprinkler yang berjarak 9-18 meter.
5)
Kebutuhan air sekitar 75
m3 /ha/hari, efisiensi 30-40% dengan pompa air berdaya pancar 45 psi.
kekuatan pompa 18-20 horse power untuk 8 hektar pembibitan (Sunarko,
2009).
2.5.2.4
Penyiapan Polibag
Polibag
yang digunakan sebaiknya berwarna hitam (100% carbon black) dengan panjang
42 cm, lebar 33 cm atau berdiameter 23 cm, dan tebal 0,15 cm. polibag diberi
lubang berdiameter 0,5 cm sebanyak dua baris. Jarak antarlubang 7,5 x 7,5 cm.
Media tanam bibit menggunakan topsoil yang memiliki struktur
remah atau gembur. Jika terpaksa, gunakan topsoil yang berupa tanah
liat.Namun, media tersebut perlu dicampur dengan pasir kasar dengan
perbandingan 3:2.Polibag diisi media tanam hingga penuh (sekitar 16 kg), lalu
hentakkan tiga kali agar media tanam memadat. Pengisian polibag harus selesai
dikerjakan dalam waktu dua minggu sebelum pemindahan
dari prenursery(Sunarko, 2009).
2.5.2.5
Penanaman
Sehari
sebelum penanaman, media tanam dalam polibag harus disiram.Bibit dipindahkan
dari prenursery setelah berdaun 2-3 helai dan berumur maksimum tiga
bulan. Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang di polibag seukuran
dengan diameter babybag. Sayat babybag menggunakan pisau
secara hati-hati dari bawah ke atas agar mudah dilepas dan media tidak sampai
terikut.Masukkan bibit beserta tanahnya ke dalam lubang, lalu atur agar
posisinya tegak seperti semula.Tekan tanah disekeliling lubang agar lebih padat
merata.Jika dirasa kurang, tambahkan tanah hingga sedikit melewati leher
akar.Bagian atas polibag yang tidak diisi tanah setinggi 2-3 cm. Bagian ini
memungkinkan sebagai tempat meletakkan pupuk, air, atau mulsa.Naungan sudah
tidak diperlukan lagi di main nursery (Sunarko, 2009).
2.5.2.6
Penyiraman dan Penyiangan
Penyiraman
dilakukan setiap hari secara teratur dengan jumlah yang cukup.Jika musim
kemarau, siram bibit dua kali sehari, yakni pada pagi dan sore hari.Kebutuhan
air penyiramann sebanyak 2 liter air/bibit/hari.Permukaan tanah harus ditutup
dengan serasa organik (mulsa) untuk menghindari pemadatan permukaan tanah,
mencegah penguapan air, dan mengatur kelembapan tanah pada musim kemarau.
Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh dalam polibag, sekaligus
menggemburkan tanah dengan cara menusukkan sepotong kayu. Penyiangan lahan
pembibitan(diluar polibag) dilaksanakan secara clean weeding, yakni
menggunakan garuk. Rotasi penyiangan 20-30 hari, tergantung dari pertumbuhan
gulma (Sunarko, 2009).
2.5.2.7
Pemupukan
Dosis
dan jadwal pemupukan sangat tergantung pada umur dan pertumbuhan
bibit.Di main nursery, lebih dianjurkan untuk menggunakan pupuk
mejemuk N-P-K-Mg dengan komposisi 15-15-6-4 atau 12-12-17-2, serta ditambah
Kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
2.5.2.8
Hama dan penyakit
Pengendalian
hama dapat dilakukan secara manual, yaitu dengan mengambil satu per
satu serangga, lalu membunuhnya. Pengendalian lain dapat dilakukan secara
kimiawi, yaitu dengan menyemprotkan insektisida Sevin 85 ES dan Tendion yang
telah dilarutkan dalam air sesuai dosis yang direkomendasikan di kemasan. Hama
lain yang dapat merusak bibit di main nursery adalah babi hutan dan
landak. Hama ini aktif menyerang pada malam hari (nocturnal) secara berkelompok
dengan memakan umbut atau titik tumbuh bibit.Pencegahannya dengan mengecat
pangkal batang bibit menggunakan bahan residu, misalnya oli bekas atau limbah
pabrik yang dicampur Zn posfit.
Penyakit
terkadang muncul diantaranya crown disease dan blast
disease.Penyakit yang serius jarang ditemukan saat masa pembibitan. Crown
disease adalah penyakit busuk tajuk.Gejalanya ditandai dengan daun muda
yang baru muncul mengalami pembusukan.Penyakit ini belum dapat diatasi secara
kimiawi. Usaha untuk mengurangi gejalanya dengan mengurangi pemberian pupuk
yang mengandung nitrogen, karena tanaman yang kelebihan nitrogen akan rentan
terhadap serangan virus.Blast disease merupakan penyakit busuk akar yang
disebabkan oleh serangan jamurPhytium sp.
2.5.2.9
Seleksi
Seleksi
di main nursery dilakukan dalam empat tahap sebagai berikut :
1)
Setelah bibit dipindahkan
dari prenursery.
2)
Setelah bibit berumur 4 bulan.
3)
Setelah bibit berumur 8 bulan.
4)
Saat bibit dipindahkan ke lapangan.
Ciri bibit tidak normal dan harus
dibuang sebagai berikut :
a)
Bibit yang memanjang kaku (errectic),
tinggi melebihi rata-rata, dan daunnya kaku.
b)
Bibit yang permukaannya rata (flat) dan
daun muda lebih pendek.
c)
Bibit yang merunduk (limp).
d)
Bibit yang daunnya tidak membelah (fused
leaflet).
e)
Anak daun pendek (short leaflet),
sempit, dan selalu menggulung (Sunarko, 2009).
2.5.2.10
Pengangkutan Bibit
Pengangkutan
bibit harus dapat menjamin bibit tidak rusak dan tidak layu karena terkena
panas atau angin kencang. Proses pengangkutan bibit dari lokasi pembibitanmain
nursery ke lokasi penanaman dapat berjalan efisien melalui pembagian
tugas. Pekerjaan berikut ini seharusnya dibebankan kepada tenaga kerja yang
terpisah(Sunarko, 2009).
1)
Memuat bibit ke dalam truk
2)
Membongkar dan menurunkan bibit dari
truk ke tempat yang telah ditentukan di lapangan
3)
Mengangkut bibit ke ajir tanaman
2.6 Penanaman
2.6.1
Penentuan pola tanam
Pola
tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari.Pada pola
tanammonokulltur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai
tanaman penutup tanah dilaksanakan segera setelah persiapan lahan
selesai.Tanaman penutup tanah (legume covercrop atau LCC) pada
areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki
sifat-sifatfisika, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan
kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu
(gulma).Sedangkan pada pola tanam tumpangsari tanah diantaratanaman kelapa
sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.
2.6.2
Pengajiran
Pengajiran
adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit
sesuaidengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga
lurus bila dilihat dari segalaarah, kecuali di daerah teras dan kontur. Sistem
jarak penanaman yang digunakan adalah segitigasama sisi, dengan jarak 9x9x9 m.
Dengan sistem segi tiga sama sisi ini, pada arah Utara– Selatan tanaman
berjarak 8,82 m dan jarak untuk setiap tanaman adalah 9 m, jumlah
tanaman 143 pohon/ha.
2.6.3
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang
tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalah 50x40x40 cm.Pada
waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di
sebelahUtara dan Selatan lubang.
2.6.4
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan
tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah,membentuk piringan
(bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
2.6.4.1 Penyulaman
Penyulaman
dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik.Penyulaman
yang baik dilakukan pada musim hujan.Bibit yang digunakan harus seumur
dengantanaman yang disulam yaitu berkisar 10-14 bulan.Banyaknya sulaman sekitar
3-5% setiap hektarnya. Cara penyulaman sama dengan cara menanam bibit.
2.6.4.2 Penanaman Tanaman Penutup Tanah
Penanaman
tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman kelapa
sawitsangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan
biologi tanah, mencegah erosidan mempertahankan kelembaban tanah, menekan
pertumbuhan gulma.Penanaman tanaman kacang-kacangan sebaiknya dilaksanakan
segera setelah persiapan lahan selesai. Jenis-jenis tanaman
kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema
pubescens, Colopogoniummucunoides Dan Pueraria javanica Biasanya penanaman
tanaman kacangan ini dilakukan tercampur(tidak hanya satu jenis).
2.6.4.3 Membentuk Piringan (Bokoran)
Piringan
di sekitar tanaman kelapa sawit harus tetap bersih.Oleh karena itu tanah di
sekitar pokok dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih
dan gulma yang tumbuh harus dibabat atau disemprot dengan herbisida.
2.7 Pemeliharaan
2.7.1 Pemeliharaan Tanaman Belum
Menghasilkan (TBM)
Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa
sawit, sejak bibit sawit selesai ditanam di lahan sampai tanaman mulai pertama kali berbunga yaitu :
Pemeliharaan piringan pokok, Pemeliharaan gawangan, Pengendalian gulma,
Pemeliharaan jalan, Penyulaman atau penyisipan, Pemupukan, Pemangkasan daun,
Kastrasi dan Penyerbukan buatan. (Anonim, 2002). Periode waktu TBM pada tanaman
kelapa sawit terdiri dari:
Ø TBM 0 :
menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah
dan kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik panjang.
Ø TBM 1 :
tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)
Ø TBM 2 :
tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)
Ø TBM 3 :
tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)
Tanaman Kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
skunder, tertier dan kuartier.Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah,
sedangkan akar skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke
bawah.Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam
tanah.Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai
kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 1994).
Tunas pasir adalah dimana membuang buah – buah yang
busuk dan juaga membuang peleah – pelepah yang kering. Alat yang sering para
pekerja gunakan dalam pelaksanaan tunas pasir adalah dodos, dan pekerjaan ini
dilakukan pada saat panen perdana / panen awal. Sebelum areal/blok masuk dalam
kategori TM tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan tunas apapun karena pada
waktu tersebut jumlah pelepah belum optimum. Sehingga pelepah produktif tidak
boleh dibuang. Prinsip tunas pasir adalah hanya membuang pelepah yang berada
satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan pelepah kering. Pekerjaan tunas
pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu lingkaran paling bawah (dekat
tanah) dan juga pelepah kering. Dilakukan 6 bulan sebelum TM.Pelepah kering dipotong
memakai dodos. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil
(mata dodos 8 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan dari piringan
dan disusun di gawangan mati. Sesudah pekerjaan tunas pasir selesai, maka
dilarang keras memotong/memangkas pelepah untuk tujuan apa pun, kecuali untuk
analisis daun, ini pun hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.
(Sastrosayono, 2005)
Kastrasi atau disebut juga ablasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa
sawit sebelum tanaman beralih dari TBM ke TM.Karena itu, sebelum melakukan
kastrasi terlebih dahulu dilakukan monitoring pembungaan.Caranya yaitu mencatat
pohon-pohon yang telah berbunga.Hasil catatan tersebut kemudian digambarkan
pada peta sensus.Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur
9 bulan, tergantung pertumbuhannya.Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan
masih belum membentuk buah sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan
sehingga tidak ekonomis untuk diolah.Oleh sebab itu, semua bunga maupun buah yang
keluar sampai dengan umur 24 bulan perlu dibuang atau diablasi.Ablasi merupakan
aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina, dan
seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa
sawit.Pelaksanaan ablasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen.
Tujuan utama dilakukannya ablasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah
yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit yang telah
diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya seragam. Dengan
demikian, pertumbuhan buah akan lebih besar dan seragam, serta menghambat
perkembangan hama dan penyakit. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005)
Tanaman belum menghasilkan
adalah tahapan sejak tanaman kelapa sawit selesai di tanam sampai tanaman
memasuki masa panen pertama.Kebutuhan hara antara Tanaman Belum Menghasilkan
(TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) tentunya berbeda. Pemantauan pada TBM
merupakan perkerjaan yang bertujuan untuk melihat keadaan tanaman disetiap blok
TBM untuk melihat kekurangannya, seperti tanah yang kurang padat, tanaman
miring,tanaman yang tergenang air, dan lainnya Piringan adalah
daerah sekeliling pohon yang dibersihkan untuk mempermudah pengumpulan
brondolan sewaktu panen maupun untuk tempat penaburan pupuk.(Sianturi, 2000).
2.7.2 Pemeliharaan Tanaman
Menghasilkan (TM)
Kegiatan
pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai ditanam di lahan
sampai tanaman mulai pertama kali
berbunga yaitu : Pemeliharaan piringan pokok, Pemeliharaan gawangan, Pengendalian
gulma, Pemeliharaan jalan, Penyulaman atau penyisipan, Pemupukan, Pemangkasan
daun, Kastrasi dan Penyerbukan buatan. Beberapa
pemeliharaan TM yang sangat penting yaitu penunasan dan pemupukan karena
diarahkan untuk produksi buah. Pemeliharaan tanaman TM (tanaman menghasilkan) merupakan bagian
dari teknik budidaya kelapa sawit.Aspek yang penting dalam pemeliharaan TM
kelapa sawit adalah penunasan, pemupukan dan pengendalian gulma.Pemupukan yang
dilakukan pada fase TM untuk peningkatan pertumbuhan generatif atau
produksi.Pengendalian gulma di sekitar piringan kelapa sawit dilakukan agar
pemupukan lebih efisien.Penunasan dilakukan terhadap pelepah yang sudah tidak
produktif lagi.Kegiatan-kegiatan pada (TM) tanaman menghasilkan
kelapa sawit meliputi:
Penunasan atau sanitasi pelepah, penunasan
merupakan kegiatan memangkas pelepah yang tidak aktif lagi untuk
fotosintesis.Selain itu juga untuk menjaga keseimbangan fisiologi tanaman dan
sanitasi serta mempermudah pemanenan.Alat yang digunakan adalah egrek sedangkan
kapak digunakan untuk memotong pelepah yang telah dipangkas.Dalam penunasan
perlu diperhatikan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan di setiap pohon, guna
terpeliharanya jumlah kanopi pelepah yang sangat berpengaruh terhadap kegiatan
fotosintesis pada tanaman.Sanitasi pelepah yang baik adalah memangkas pelepah
tanaman kelapa sawit yang menaungi daerah jalan, tujuannya supaya jalan tidak
terlindungi oleh cabang-cabang kelapa sawit, sehingga cahaya matahari dapat
menembus langsung ke bagian badan jalan, dan pada musim hujan kelembaban tanah
cepat diatasi.
Pemupukan, tanaman yang
telah menghasilkan (TM) memerlukan pupuk sebagai nutrisi pembentuk buah,
pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Berdasarkan asal pupuk dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik.penggunaan kedua
jenis pupuk ini seimbang, biasanya pupuk berbentuk butiran atau tablet. Sebelum
pemupukan tanah dibersihkan dan didangir
dangkal dengan menggunakan cangkul. Pemupukan dilakukan dengan
menguburkan pupuk secara dangkal didaerah perkaran tanaman dengan diameter ±
0,5 meter dari pangkal batang hingga cincin (tepi piringan). (Sutarta, 2003)
Pemangkasan,
daun tua dan pelepah perlu dipangkas untuk mendapatkan produktivitas yang
tinggi.Disamping itu gulma yang tumuh di pohon juga perlu dibersihkan secara
teratur.Hal ini untuk mempermudah terjadinya penyerbukan bunga secara alami
maupun dengan bantuan serangga peyerbuk.Penimbunan
pelepah dan sampah, pada areal datar sampai dengan bergelombang,
pelepah-pelepah disusun di tengah gawangan mati dengan lebar antara 2-2,5 m dan
tidak boleh ada pelepah di piringan dan parit/sungai. Untuk memudahkan
penyusunan pelepah, setiap sepuluh pokok dibuat pancang dari pelepah sehingga
susunan pelepah menjadi lurus/tidak lari. (Luqman E, 2003)
Penyiangan,
Di dalam melakukan penyiangan, kegiatan yang dilakukan adalah untuk memberantas
pertumbuhan gulma yang ada. Penyiangan ini dapat dilakukan dengan cara manual
dan cara kimia seperti penyemprotan atau chemis. Cara manual dilakukan bila
gulma dapat berupa anak kayu (di dongkel), lalang (di cabut), dan gulma jenis
rumputan dapat menggunakan garuk ataupun di cabut.
Peremajaan tanaman sekala berkala,
Peremajaan secara bertahap merupakan alternatif untuk
menghindari kehilangan pendapatan dari penebangan tanaman tua sebelum tanaman
muda menghasilkan. Peremajaan cara bertahap, membagi areal menjadi
tahapan-tahapan peremajaan. (Anonim, 2001).
2.8 Panen
2.8.1
Persiapan panen.
Persiapan panen merupakan pekerjaan
yang mutlak dilakukan untuk memutuskan tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi
tanaman menghasilkan (TM). Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya
target produksi dengan biaya yang seminimal mungkin, kegiatan persipan tediri
dari kesiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi potong
buah, penyediaan alat- alat kerja.
2.8.2
Kriteria matang panen
Tanaman kelapa sawit berbunga dan
membentuk buah pada umur 2 – 3 tahun. Buah akan menjadi masak sekitar 5 – 6
bulan setelah penyerbukan. Panen dilakukan pada saat buah kelapa sawit sudah
matang yaitu kandungan minyak dalam tandan buah segar (TBS) sudah maksimal.
Buah yang tepat matang diartikan sebagai buah yang memberikan kualitas dan
kuantits minyak maksimal.Karena itu panen buah sejauh mungkin disinkronkan
dengan saat tercapainya kondisi tepat matang tersebut.Buah kelapa sawit yang
matang ditandai dengan warna buah merah mengkilat dan buah telah membrodol.
2.8.3 Cara Pelaksanaan Panen.
Proses pemanenan kelapa sawit
meliputi pekerjaan memotong tanda buah segar (TBS), memungut brondolan, dan
mengangkut dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.
Pelaksanaan panen adalah sbb :
Ø Berdasarkan
tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang umum dilakukan. Tanaman yang tingginya
2 – 5 m dilakukan dengan cara jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman
dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat
dodos.Tanaman dengan tinggi lebih dari 10 m dilakukan dengan dengan egrek
dengan menggunakan arit bergagang panjang.
Ø Tandan yang
dipotong adalah tandan buah yang telah memenuhi kriteria matang panen. Semua
brondolan dikutip dan dikumpulkan setelah dibersihkan dari sampah, brondolan
yang bersih ditumpuk di tempat pengumpulan hasil (TPH) dengan alas karung goni
atau keranjang, tangkai TBS dipotong berbentuk V , TBS diangkut ke TPH dan
disusun dengan baik.
2.8.4
Rotasi dan Sistem Panen
Rotasi panen adalah waktu yang
diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama.
Dalam pemanenan kelapa sawit umumnya menggunakan rotasi 7 hari.Artinya satu
areal panen harus dimasuki (diancak) pemetik tiap 7 hari.Rotasi panen dianggap
baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7, artinya
dalam satu minggu terdapat 5 hari panen dan masingmasing ancak panen diulang 7
hari berikutnya.
Terdapat
dua sistem ancak panen, yaitu :
2.8.3.1
Sistem giring
Sistem ini
memudahkan pengawasan pekerjaan para pemanen dan hasil panen lebih cepat sampai
di TPH dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah
dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertinggal karena
pemanenan menggunakan sistem borongan.
2.8.3.2
Sistem tetap.
Sistem ini cocok untuk areal kebun
yang sempit, topografi berbukit atau curam.Pada sistem ini pemanen diberi ancak
dengan luasan tertentu dan tidak berpindah- pindah.
2.8.5
Kerapatan panen.
Kerapatan panen adalah sejumlah
angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam satu
ancak.Tujuan penentuan kerapatan panen adalah untuk mendapatkan minimal satu
tandan yang matang panen.
2.8.6 Penanganan buah selepas panen
Penanganan buah selepas panen yang
perlu mendapat perhatian adalah pengangkutan buah dari pohon ke TPH ,
selanjutnya pengangkutan ke pabrik. Penanganan buah yang baik akan dapat menjaga
rendemen minyak tetap tinggi. Pada waktu buah mencapai titik tepat matang,
kandungan asam lemak bebas (ALB) hanya sekitar 0,1 %, tetapi waktu sampai di
lokasi pabrik kandungan ALB
tersebut
dapat meningkat melampaui 2 % bahkan kadang melampaui 3 %. Meningkatnya
kandungan ALB disebabkan oleh beberapa peristiwa
a)
terjadi peningkatan akibat degredasi
biologis buah yaitu proses buah menjadi lewat matang.
b)
jatuhnya buah tandan ke tanah waktu dipanen
sehingga terjadi goresan atau memar .
c)
sebagai akibat penanganan buah dalam rangka
pengangkutan ke TPH dan kemudian ke pabrik.
2.8.7
Pemeriksaan.
Pemeriksaan panen dilakukan di
lapangan dan di tempat pengumpulan hasil (TPH).Pemeriksaaan di lapangan
meliputi tandan matang tidak dipanen, tandan dipanen tidak dikumpul, brondolana
tertinggal di piringan pohon/ jalan pikul, buah tertinggal di pelepah.Sedangkan
pemeriksaan di TPH meliputi tanda afkir, tandah mentah, cangkem kodok (huruf
V), susunan tandan, kebersihan tandan dan brondolan.
2.9 Pasca Panen
Di pabrik buah akan
direbus, dimasukkan ke mesin pelepas buah, dilumatkan didalam digester,dipres
dengan mesin untuk mengeluarkan minyak dan dimurnikan. Sisa pengepresan
berupaampas dikeringkan untuk memisahkan biji dan sabut. Biji dikeringkan dan
dipecahkan agar inti(kernel) terpisah dari cangkangnya.Tahapan dari pengolahan
buah kelapa sawit adalah sebagai berikut:
2.9.1
Perebusan (sterilisasi)
TBS
yang masuk ke dalam pabrik selanjutnya direbus di dalam sterilizer. Buah
direbus dengantekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 oC selama 50-60
menit.Tujuannya:Menonaktifkan enzim Lipase yang dapat menstimulir pembentukan free fatty ac,
Membekukan protein globulin sehingga minyak mudah dipisahkan dari air dan
Mempermudah perontokan buah- Melunakkan buah sehingga mudah diekstraksi
2.9.2
Perontokan Buah
Dalam
tahap ini buah selanjutnya dipisahkan dari tandannya dengan menggunakan
mesinthresher. Tandan kosong disalurkan ke tempat pembakaran
atau digunakan sebagai bahan pupukorganik. Sedangkan buah yang
telah dirontokkan selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan.Selama proses
perontokan buah, minyak dan kernel yang terbuang sekitar 0.03%.
2.9.3
Pelumatan Buah
Proses
pelumatan buah adalah dengan memotong dan mencacah buah di dalam steam jacketyang
dilengkapi dengan pisau berputar. Suhu di dalam steam jacket
sekitar 85-90 oC.Tujuan dari pelumatan buah adalah :- Menurunkan
kekentalan minyak- Membebaskan sel-sel yang mengandung minyak dari serat buah-
Menghancurkan dinding sel buah sampai terbentuk pulp.
2.9.4
Pengempaan (ekstraksi minyak sawit)
Proses
pengempaan bertujuan untuk membantu mengeluarkan minyak dan melarutkan
sisa-sisaminyak yang terdapat di dalam ampas. Proses pengempaan
dilakukan dengan melakukan penekanan dan pemerasan pulp yang
dicampur dengan air yang bersuhu 95 oC. Selain itu prosesekstraksi
minyak kelapa sawit dapat dilakukan dengan cara sentrifugasi, bahan pelarut
dantekanan hidrolis.
2.9.5 Pemurnian (klarifikasi minyak)
Minyak
kelapa sawit yang dihasilkan dari mesin ekstraksi minyak sawit umumnya
masihmengandung kotoran berupa tempurung, serabut dan air
sekitar 40-45% air. Untuk itu perludilakukan pemurnian minyak kelapa
sawit. Persentase minyak sawit yang dihasilkan dalam proses
pemurnian ini sekitar 21%. Proses pemurnian minyak
kelapa sawit terdiri dari beberapatahapan, yaitu:
a)
Pemurnian minyak di dalam tangki pemisah
(clarification tank)Prinsip dari proses pemurnian minyak di tangki pemisah
adalah melakukan pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga
campuran minyak kasar dapat terpisah dari air.
b)
Sentrifusi minyakDalam tahap ini minyak
dimurnikan dari berbagai macam kotoran yang lebih halus lagi. Hasilakhir
dari proses sentrifusi ini adalah minyak dengan kadar kotoran kurang dari
0,01%.
c)
Pengeringan hampaDalam tahap
ini kadar air minyak diturunkan sampai 0,1%. Proses pengeringan
hampadilakukan dalam kondisi suhu 95 oC dan tekanan -75 cmHg.
d)
Pemurnian minyak di dalam tangki
lumpurProses pemurnian di dalam tangki lumpur bertujuan untuk memisahkan minyak
dari lumpur.
e)
Strainer dalam tahap ini minyak dimurnikan dari
sampah-sampah halus.
f)
Pre CleanerProses pre cleaner bertujuan
untuk memisahkan pasir-pasir halus dari slude.
g)
Sentrifusi lumpurDalam tahap
ini minyak dimurnikan kembali dari air dan kotoran. Prinsip yang
digunakanadalah dengan memisahkan bahan berdasarkan berat jenis masing-masing
bahan.
h)
Sentrifusi Pemurnian minyakTahap ini
hampir sama dengan sentrifusi lumpur, hanya putaran sentrifusi lebih
cepat.
i)
Pengeringan minyakDalam proses
pengeringan minyak kadar air yang terkandung di dalam minyak diturunkan.Proses
ini berlangsung dalam tekanan -75 cmHg dan suhu 95 oC.
2.9.6
Pemisahan Biji Dengan Serabut (Depeicarping)
Ampas
buah yang masih mengandung serabut dan biji diaduk dan dipanaskan sampai
keduanya terpisah.Selanjutnya dilakukan pemisahan
secara pneumatis. Serabut selanjutnya dibawa ke boiler,
sedangkan biji disalurkan ke dalam nut cleaning atau polishing
drum. Tujuannya adalah agar biji bersih dan seragam.
2.9.7
Pengeringan Dan Pemisahan Inti Sawit Dari Cangkang
Setelah
dipisahkan dari serabut selanjutnya biji dikeringkan di dalam silo dengan suhu
56 oCselama 12-16 jam. Kadar air biji diturunkan
sampai 16%. Proses pengeringan mengakibatkan inti sawit menyusut
sehingga mudah untuk dipisahkan. Setelah terpisah dari tempurungnya intisawit
selanjutnya dicuci sampai bersih. Proses selanjutnya inti dikeringkan
sehingga kadarairnya tinggal 7,5%. Proses pengeringan dilakukan dalam suhu di
atas 90oC.
PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
3.1
WaktudanTempat
PraktikumpengelolaanperkebunankelapasawitdilaksanakansetiaphariKamis , Januari- April
2017setiappukul13.00WIB 14:30 WIB.
PraktikumPengelolaanPerkebunanKelapaSawitdilaksanakandilahanpercobaanperkebunankelapasawit,
lahan percobaanDasar-dasarAgronomidanruang kelas RKC 1104,FakultasPertanianUniversitasSriwijaya.
3.2
AlatdanBahan
Alat-alat yang digunakanPraktikumPengelolaan Perkebunan KelapaSawitantara lain
sebagaiberikut : 1)atapnaungan, 2) cangkul, 3) dodos, 4)eggrek, 5) ember, 6) kayunaungan, 7)
kayupengajiran, 8) meteran, 9) nametag, 10) palu, 11) paku, dan 12) parang.
Bahan
yang digunakanPraktikumPengelolaan
Perkebunan KelapaSawitantara lain sebagaiberikut: 1) air, 2)
kecambahkelapasawit, 3) media persemaian, 4) polibag, 5) pupuk, dan 6)tanah
(top soil)
3.3
Cara Kerja
Adapuncarakerjadaripraktikumpengelolaanperkebunankelapasawitiniadalahsebagaiberikut:
3.3.1
Pembibitan
Pembibitan
dilakukan dengan cara double stage, dengan tahap prenursery dan main nursery.
Pada praktikum ini dilakukan prenursery yaitu dengan cara:
1.
Benih dikeluarkan dari kemasan terlebih
dahulu lalu direndam didalam air
2.
Buat lubang tanam pada polibag kecil
yang telah diisi tanah top soil seminggu sebelumnya agar tanah tersebut lebih padat.
3.
Benih ditanam dengan bagian plumula
kearah atas dan radikula didalam tanah. Plumula tidak boleh patah dan tertutup
oleh tanah karena akan menjadikan bibit tersebut membusuk dan tidak tumbuh.
4.
Polibag diletakkan diatas bedengan yang
telah disediakan.
5.
Amati pertumbuhan bibit dan lakukan
penyiraman setiap hari dan penambahan tanahnya.
3.3.2
PembuatanBedengan dan Naungan
Bedengan dan
naungan digunakan untuk pembibitan tahap prenursery yaitu untuk mengatur
intensitas cahaya matahari yang masuk ke pembibitan. Bedengan dan naungan dapat
dibuat dengan cara berikut ini:
1.
Buatbedengandenganukuranlebar 1 m dan
panjang menyesuaikan dan tinggi 20 cm.
2.
Buat tiang naungan dengan lebar dan
panjang yang menyesuaikan dengan bedengan yang telah dibuat. Tinggi naungan
1,2-1,5 meter bagian Timur dan 0,9 m bagian Barat.
3.
Isi atapnya dengan menggunakan
pelepah-pelepah sawit hasil prunning atau dapat juga dilakukan dengan
menggunakan plastik.
4.
Susunrapi polibagdibawahnaungan tersebut.
5.
Pelepah tersebut akan dikurangi satu persatu jika
bibit sudah berumur dua minggu.
3.3.3 Pemeliharaan dan Pengendalian Gulma
pada TM dan TBM
Dalam pemeliharaan kelapa sawit,
salah satunya adalah pengendalian gulma, baik itu piringan maupun pada
gawangannya.
Pengendalian
gulma pada piringan dilakukan dengan cara berikut:
1.
Buat piringan dengan ukuran 1,5-2 m
atau menyesuaikan dengan lebar naungan kelapa sawit
2.
Cabut gulma dan bersihkan gulma yang
besar dengan menggunakan parang
Pengendalian
gulma pada gawangan dilakukan dengan cara berikut:
1.
Siapkan herbisida dengan aturan dosis
yang telah ditentukan, jagan gunakan konsentrasi yang terlalu tinggi.
2.
Gunakan pakaian pelindung agar tidak
terkena racun pestisida yang membahayakan tubuh.
3.
Semprotkan pertisida 1/3 bagian dari
jarak antar tanaman tersebut.
3.3.4
Cara Kerja Prunning
Cara kerjadaripraktikuminiadalahsebagaiberikut:
1.
Amati
batangsawitmasing-masing dan lihat pelepah yang akan dipangkas.
2.
Siapkaneggreksebagaialatuntukpraktikumprunning.
3.
Pangkaspelepahsawitmenggunakaneggrek dengan merapatan egrek
tersebut kesudut pelepah dan tarik kearah miring samapi pelepah terlepas.
3.3.5
Cara
KerjaPraktikumPemupukan
Cara
kerjadaripraktikuminiadalahsebagaiberikut:
1. Amati batangsawitmasing-masing.
2. Bersihkanpiringandarigulma yang tumbuhpadasekitarbatangtanamansawit.
3. Siapkanpupuk yang akandigunakan.
4. Pupuk yang digunakanadalahpupukmajemuk NPK.
5. Buat4lobangmenggunakancangkuldalambokoran
yang sudahdibersihkan.
6. Teknikpemupukan yang dilakukanadalahdengancaramenanampupuk dilubang yang disedikan
sebanyak 1-2 kg per tanaman
7. Tutuplobang yang telahdimasukkanpupuk,
danratakantanahnya.
3.3.6
Perhitungan
Pelepah
Perhitungan pelepah dilakukan dengan
metode perhitungan pelepah yang sejajar 1-3-5-8, berikut merupakan prosedur
kerjanya:
1.
Amati
batangsawitmasing-masing.
2.
Hitungjumlahpelepahsawit
yang adapadasatubatangtanaman
3.
Amati
danhitungjumlahpelepahsawitsetiapmingguselamasatubulan.
3.3.7
Panen
Cara kerja panen pada kelapa sawit adalah sebagai berikut :
a) Tandan matang harus dipanen semuanya dengan kriteria
25-75% buah luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5-25% buah luar
memberondol
b) Potong pelepah daun yang menyangga buah
c) Tandan buah dipotong dengan dodos/agrek di dekat
pangkalnya
d) Beri tanda di tempat bekas potongan yang berisi nama
pemanen dan tanggal panen
e) Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di
gawangan (ruang kosong di antara barisan tanaman) dengan cara ditelungkupkan.
BAB
4
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembibitan
Pada
budidaya kelapa sawit proses pembibitan sangatlah penting, karena bibit
tersebut menjadi salah satu faktor penentu baik tidaknya kelapa sawit tersebut.
Pembibitan kelapa sawit ada dua jenis yaitu single
stage dan double stage, dimana
pada praktikum ini dilakukan dengan double stage. Double stage merupakan tipe pembibitan yang paling umum digunakan
yaitu pembibitan dengan dua tahap yaitu pre nusery dan main nursery. Pre
nursery dilakukan pada babybag atau
polybag berukuran kecil yang diisi dengan tanah yang kaya akan bahan organik.
Sebelum penanaman terlebih dahulu dilakukan perendaman terhadap benih. Pada
praktikum ini benih yang digunakan yaitu varietas Siimalungun yang berasal dari
Medan Sumatera Utara. Tenera merupakan benih yang unggul dan umum dibudidayakan
dalam perkebunan karena merupakan persilangan dari Dura dan Pisifera.Benih yang telah direndam kemudian akan ditanam didalam
polibag kecil dengan kedalam lubang sampai 2 cm atau disesuaikan dengan ukuran
kecambah. Plumula dan radikula harus diperhatikan agar tidak patah karena akan
merusak perkembangan bibit selanjutnya. Bibit tersebut harus selalu
diperhatikan, disiram dan dilakukan penambahan tanah.
Berikut
perkembangan salah satu bibit yang ditanam di pembibitan praktikum ini.
Tabel 4.1 Perkembangan Bibit Kelapa Sawit
Minggu ke-
|
Tinggi Tanaman
|
Jumlah daun
|
1
|
0,5 cm
|
0 daun
|
2
|
1 cm
|
0 daun
|
3
|
1,8 cm
|
0 daun
|
4
|
2,0 cm
|
0 daun
|
5
|
2,3 cm
|
1 daun
|
6
|
2,5 cm
|
1 daun
|
7
|
4 cm
|
3 daun
|
8
|
6 cm
|
4 daun
|
Tabel
tersebut menunjukkan perkembangan bibit tersebut berjalan dengan baik dan
normal. Bibit yang dihasilkan telah memiliki dua helai daun yang akan menyuplai
makanan sendiri dengan cara berfotosintesis. Bibit tersebut akan dipindahkan ke
pembibitan main nursey apabila sudah berumur 3 bulan. Pembibitan main nursery
dilakukan pada polibag yang lebih besar, namun sebelumnya akan dilakukan
seleksi pada pembibitan pre nursery. Bibit yang kurang baik tidak akan
dilanjutkan ke pembibitan berikutnya.
Pada
pembibitan perlu dilihat jenis kecambah yang digunakan untuk menghindari
pemakaian benih palsu yang mengakibatkan kerugian pada perkebunan tersebut.
Benih yang digunakan adalah hasil breeding
atau persilangan varietas Dura dan Pisifera yang kemudian akan menghasilkan
varietas Tenera yang akan dikembangkan menjadi bibit pada perkebunan.
Kelapa sawit dari jenis dura mempunyai cangkang yang
cukup tebal sekitar 2-8 mm. Pada bagian luar cangkang hampir tidak ada serabut
yang menyelimutinya. Daging buah kelapa sawit dura tidak begitu tebal dengan
daging biji yang cukup besar. Jenis dura dikenal memiliki kadar kandungan
minyak yang rendah dan sering dipakai sebagai induk betina ketika melakukan program
pemuliaan bibit kelapa sawit.
Kelapa
sawit dura bercangkang cukup tebal. Kebanyakan perusahaan pengolahan kelapa
sawit kurang menyukai jenis ini sebab cangkang yang tebal dapat memperpendek
usia pakai mesin. Kelebihan dari kelapa sawit dura adalah ukuran buahnya
relatif besar dengan kandungan minyak mencapai 18 persen setiap tandannya.
Kelapa
sawit berjenis pisifera mempunyai cangkang yang sangat tipis hingga tidak
bercangkang. Buah kelapa sawit pisifera memiliki daging yang lebih tebal
daripada dura dengan daging biji yang tipis sekali.Sayangnya, bunga betina kelapa sawit dari jenis pisifera ini bersifat
steril sehingga sulit berkembang menjadi buah. Oleh sebab itu, perbanyakan
jenis kelapa sawit ini hanya bisa dilakukan melalui persilangan dengan kelapa
sawit dari jenis yang lainnya. Namun beberapa kelapa sawit pisifera memiliki
kemampuan fertile sehingga bisa berkembang biak secara mandiri. Kelapa sawit
dari pisifera ini tidak bisa digunakan sebagai tanaman komersial untuk
budidaya, melainkan sebatas indukan jantan yang berkualitas unggulan.
Kelapa sawit tenera merupakan kelapa sawit dari hasil
persilangan antara kelapa sawit dura dan kelapa sawit pisifera. Oleh karena
itu, kelapa sawit ini memiliki karakteristik yang paling bagus untuk
dibudidayakan. Di antaranya tingkat ketebalan cangkang sekitar 0,5-4 mm dan
mempunyai serabut yang menyelubunginya. Daging buah kelapa sawit ini juga tebal
sehingga mampu menghasilkan minyak dalam jumlah yang lebih banyak.
4.2 Perhitungan Pelepah
Kelapa
sawit merupakan pohon yang memiliki pelepah. Pelepah tersebut memiliki helaian
daun yang terurai yang akan membantu kelapa sawit tersebut memperoleh
makanannya melalui fotosintesis.Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah
anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah
pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepah akan lebih panjang
dibanding dengan tanaman yang masih muda. Saat tanaman berumur sekitar 10 – 13
tahun dapat ditemukan daun yang luas permukaannya mencapai 10 – 15 m. Luas
permukaan daun akan berinteraksi dengan tingkat produktifitas tanaman. Semakin
luas permukaan atau semakin banyak jumlah daun maka produksi akan meningkat
karena proses fotosintesis akan berjalan dengan baik.
Gambar 4.1 Perhitungan pelepah sawit
Jumlah
kedudukan pelepah daun pada batang kelapa sawit disebut juga phyllotaxsis yang
dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan duduk daun. Perhitungan jumlah
duduk daun dapat ditentukan dengan menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya,
setiap satu kali berputar melingkari batang, terdapat duduk daun (pelepah)
sebanyak 8 pelepah. Pertumbuhan melingkar duduk daun mengarah ke kanan atau ke
kiri menyerupai spiral. Arah duduk daun ini sangat berguna untuk menentukan
letak duduk daun ke-9 dan ke-17 saat pengambilan contoh daun.
Hasilpraktikumpengamatanpelepahsawitdapatdilihatpadatabel4.2 berikut ini.
Tabel
4.2.Pengamatan
PelepahpadaTanamanSawit
No Nama
|
Tanggal
|
Jumlah Pelepah
|
1. wahyu sri
|
2 Maret 2017
|
49 Pelepah
|
2. Rully
|
2 Maret 2017
|
44 Pelepah
|
3. Halim
|
2 Maret 2017
|
33 Pelepah
|
4. alexander
|
2 Maret 2017
|
49 Pelepah
|
5. Dina
|
2 Maret 2017
|
44 Pelepah
|
6. Rini safitri
|
2 Maret 2017
|
33 Pelepah
|
7. Brian
|
2 Maret 2017
|
23 Pelepah
|
Pada
tabel tersebut dapat dilihat jumlah pelepah pada kelapa sawit yang diamati
adalah 33 pelepah dengan umur tanaman pada saat itu adalah kira-kira 9 tahun
dan sudah menghasilkan. Jumlah pelepah kemudian berkurang menjadi 25 setelah
dilakukan prunning pada satu putaran
pelepah tersebut.
4.3 Weedingdan Wiping
Karena keterbatasan admin…Silahkan googling
dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat ya J
4.4 Naungan dan Bedengan
Pada
tahap pembibitan pre nursery ada hal yang harus diperhatikan selain bibit yang
digunakan dan keadaan tanahnya, yaitu naungan dan bedengan. Naungan dan
bedengan pada pembibitan akan membantu mengatur intensitas cahaya matahari yang
masuk agar sesuai dengan umur tanaman. Ukuran bedengannya yaitu lebar 1 m,
panjang menyesuaikan dengan banyaknya bibit, dan tinggi bedengan 20 cm. Diatas
bedengan tersebutlah akan disusun babybag yang telah diisi benih tersebut.
Pada
gambar tersebut dapat dilihat bedengan yang digunakan dalam pembibitan ini,
dimana polibag tersusun rapi diatas bedengan tersebut. Selain bedengan, hal
yang perlu diperhatikan yaitu naungan, karena naungan tersebut akan berpengaruh
terhadap intensitas cahaya matahari yang diperoleh oleh bibit tersebut. Naungan
yang digunakan pada praktikum ini terbuat dari pelepah kelapa sawit. Pelepah
tersebut akan dikurangi satu setiap minggunya apabila bibit tersebut telah
berumur dua minggu. Tinggi naungan tersebut pada bagian depan yaitu 1,2-1,5 m
dan bagian belakang 0,9 m. Bagian depan dan belakang naungan diatur berdasarkan
arah terbitnya matahari, bagian Timur akan lebih tinggi.
4.5 Pemeliharaan TBM dan TM Kelapa Sawit
Karena
keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat
ya J
4.6 Pemupukan
Pemupukan
merupakan hal yang penting yang dilakukan untuk berbagai jenis tanaman untuk
menambah unsur hara bagi tanaman. Pemupukan dilakukan mengingat berkurangnya
asupan unsur hara pada tanah tersebut akibat tercuci maupun ikut dalam proses
pemanenan. Pemupukan kelapa sawit di mulai dari piringan yang berada pada
sekitar tanaman. Dengan adanya piringan tersebut akan membuat pupuk lebih
efektif masuk ke dalam akar tanaman dan merangsang produktivitas dari tanaman
kelapa sawit tersebut. Namun, yang perlu anda cermati adalah dosis pupuk untuk
kelapa sawit. Karena dosis yang kurang atau berlebihan dapat mempengaruhi hasil
akhirnya. Setiap melakukan suatu hal, tentu ada tata cara atau beberapa
perlakuan yang harus di patuhi agar haslinya sesuai dengan yang di inginkan.
Gambar 4.3 Pemupukan
Pupuk
yang digunakan pada kelapa sawit yaitu pupuk NPK dengan dosis 1-2 kg per pohon.
Pemupukan dilakukan dengan membersihkan piringan tanaman kelapa sawit tersebih
dahulu, kemudian membuat lubang sebanyak 4 pada daerah perakaran kelapa sawit
tersebut. Kemudian pada keempat lubang tersebut ditambahkan pupuk NPK dengan
dosis yang telah ditentukan, lalu lubang tersebut ditutup. Pemupukan kelapa
sawit biasanya dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pada awal musim hujan dan
akhir musim hujan.
4.7 Prunning
atau Pemangkasan
Karena
keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat
ya J
4.8. Penyakit pada kelapa sawit
Karena
keterbatasan admin…Silahkan googling dibagian ini untuk penjelasan mendetil..semangat
ya J
Tabel4.3 PembibitanKelapaSawit
Penyakit yang ditemukan
|
Gejala
|
Penyakit Karat
PenyakitBusukPangkal
Trek MusimKemarau
|
Bercakkuningkecoklatanpadadaun
TerdapatjamurGanoderma
sp.
Patahnyapangkalpelepahpadapelepahpasif
|
BAB
5
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1) Tanamankelapasawitmerupakan tanaman tahunan yang dapat menjadi sumber
devisa bagi Indonesia.
2) Pembibitan kelapa sawit digunakan dengan double stage
yaitu tahap pre nursery dan main nursery. Bibit yang ditanam adalah varietas Simalungun
yang berasal dari Medan Sumatera Utara.
3) Perhitungan pelepah dilakukan dengan rumus 1-3-5-8 yang
dihitung menurut pelepah yang sejajar. Perhitungan pelepah bertujuan untuk
membantu sistem prunning.
4) KegiatanpemeliharaanTanamanMenghasilkanmeliputipemangkasan,
pemupukan, penimbunanpelepahdansampah, penyiangan,
danperemajaantanamaansecaraberkala.
5) Pemangkasandapatdilakukandenganalatberupa
dodos dam egrek. Pemangkasan
bertujuan untuk mengurangi pelepah yang tidak berguna lagi.
6) Pemupukanpadatanamanmenghasilkan (TM)
bertujuanuntukmemproduksi TBS yang optimal. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk
NPK dengan dosis 1 kg per tanaman. Pemupukan dilakukan 2 kali dalam setahun.
5.2
Saran
5.2.1 Saran untuk Mahasiswa/ Praktikan
Sebaiknyapraktikuminidilaksanakandenganbaikolehpraktikandanalat-alat
yang digunakantersediadenganlengkapsupayapraktikumdapatberjalandenganbaikdanpraktikanjugamemperhatikansemua
yang diajarkanolehdosenmaupunasisten agar
praktikandapatmemahamipraktikuminidenganbaik sesuai dengan prosedur yang telah diajarkan.
5.2.2 Saran untuk Praktikum
Praktikum
ini sebaiknya dilakukan dengan tertib sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Materi yang akan dikerjakan dilapangan sebaiknya dibekalkan di
ruang kelas saja, agar dilapangan waktu yang digunakan dapat lebih efisien.
Alat dan bahan yang mendukung praktikum ini sebaiknya disedikan dengan baik,
seperti pupuk, peralata cangkul, dodos atau engrek dan parang agar praktikum
dapat berjalan dengan baik dan tertib karena tidak membawa alat menjadi alasan
bagi praktikan untuk tidak mengikuti praktikum dengan baik.
5.2.3 Saran untuk Petani/ Pengusaha
Pengelolaan
kelapa sawit yang benar dan baik, sesuai dengan prosedur yang dilakukan akan
membangun keberhasilan petani. Kurangi penggunaan pupuk kimia dan pestisida
untuk mencegah degradasi tanah. Gunakan benih sawit yang bersertifikat karena
banyak benih palsu yang beredar dan mampu mengurangi produksi sampai 50%.
5.2.4 Saran untuk Asisten
Pembelajaran tentang Pengelolaan kelapa sawit akan benar
dan baik jika para asisten baik dalam memberikan materi kepada praktikan,untuk
itu disarankan kepada asiten agara lebih baik lagi dalam memberikan materi,dan
dikurangi marah dalam lapangan karena akan memakan waktu untuk melanjutkan
proses dalam belajar dilapangan.
5.2.5 Saran untuk Dosen
Dalam penyampaian materi tentang
Pengolahan kelapa sawit ini sebaiknya lebih diperhatikan para dosen lagi agar
mahasiswa lebih mengerti lagi tentang bagaimana dalam pengolahan kelapa sawit
yang baik dilapangan.
Anonim.
2001. BukuPintarMandor (BPM). Seri
BudidayaTanamanKelapaSawit.EdisiRevisi.LembagaPendidikan Perkebunan.
Anonim.
2002. ManajemenProduksiKelapaSawit.
MateriPresentasipadaDiklat Guru SMK se Indonesia BidangStudi Perkebunan.
Jakarta
BadanPusatStatistik
Riau. 2010. Riau DalamAngka 2008. Pekanbaru.
Bangun.2007.
AbstakHasilPenelitianPusatpenelitianKelapaSawit
1997 – 2000.PusatPenelitianKelapaSawit( Marihat ). Medan.
Fauzi,
Y. Widyastuti, E. Setyawibowo, I. Hartono, R, 2003. BudidayaKelapaSawit, PemanfaatanHasildanLimba, Analisis Usaha
danPemasaran.PenebarSwadaya. Jakarta.
Lubis,
A. M., A.G. Amran, M.A. Pulung, M.Y. Nyakpadan N. Hakim. 1986. PupukdanPemupukan. FakultasPertanian
USU. Medan.
Luqman
E. dkk.2003. PemeliharaanTanamanMenghasilkanpada
Perkebunan KelapaSawit.Materi In House Training BudidayaTanamanKelapaSawit.
Perkebunan Sangyangdamar. Jawa Barat.
Pahan.2008.
PengendalianGulma
di KebunKelapaSawit (ElaeisguinensisJacq).KawanBatu Estate, PT. TeguhSempurna, Minamas
Plantation, Kalimantan Tengah.
Pracaya.
2003. BudidayaKelapaSawit.
Kanisius.Yogyakarta.
Rukmana.2001.
PersainganTanamanBudidayadenganGulma.Rajawali.
Jakarta
MangoensoekarjodanSemangun.2005.
PemeliharaanTanamanMenghasilkanpada
Perkebunan KelapaSawit.Materi In House Training BudidayaTanamanKelapaSawit.
Perkebunan Sangyangdamar. Jawa Barat
Risza.
1994. FisiologiTanaman Perkebunan.
InstitutPertanian Bogor.40 hal.
Sianturi,
H. S. D. 1991. MempersiapkanPembibitanAwaldanUtamaKelapaSawit.PusatPenelitianMarihat.
PematangSiantar. Medan.
Sastrosayono.
2005. BudidayadanPengelolaanKebunKelapaSawitdenganSistimKemitraan.
AgroMediaPustaka. Jakarta.
Sastrosayono,
S. 2008. BudidayaKelapaSawit. AgroMediaPustaka. Jakarta.
Sekaran,
Uma. 2009. Research Methods for Business-MetodologiPenelitianuntuk
BisnisBuku 1 Edisi 4. Jakarta:
SalembaEmpat.
Sutarta,
E. S. S. Rahutomo, W. Darmosarkoro, dan Winarna.2003. PerananUnsur
Hara padaPemupukanTanamanKelapaSawit.PenebarSwadaya. Jakarta.
Tjitrosoepomo,
G. 1988. TaknonomiTumbuhan (Spermatopita).Gajahmada
University Press.Yogyakarta.
Tobing. 2000.TeknologiBudidayaKelapaSawit. Lampung:
BalaiPengkajiandanPengembanganTeknologiPertanianBadanPenelitian Dan
PengembanganPertanian.
0 komentar:
Post a Comment