Ini adalah salah satu contoh mahasiswa semester tua |
Menjadi seorang mahasiswa adalah kebangaan luar biasa bagi sebagian besar orang. Bahkan untuk beberapa orang merasa pencapaianya untuk masuk diperguruan tinggi tertentu merupakan hal paling bersejarah dalam hidupnya,sebuah prestasi singkatnya. Namun siapa sangka semua kebanggan, semangat dan euforia itu akan luntur seiring berjalannya waktu, terutama memasuki semester-semester akhir.
Bagi mahasiswa semester akhir yang sudah mulai bersentuhan dengan perkara yang disebut dengan skripsi, semua yang indah-indah tentang cerita dunia kampus akan sirna seketika. Sebegitu beratnya perkara skripsi ini, sampai menguras segala sumberdaya yang ada pada mahasiswa tersebut, ya uang untuk berkali-kali print revisian, ya waktu sampai jarang tidur sesuei porsinya, bahkan emosipun ikut terkuras.
Ngomongin emosi, hati-hati buat kalian yang punya sahabat atau teman yang sedang menginjak semester akhir, karena salah nanya sedikit saja akan menimbulkan masalah besar. Mari kita simak, pertanyaan apa saja yang dapat menyuluy emosi mahasiswa semester akhir.
1. Berapa IPK?
Indeks Prestasi Kumulatif merupakan satu-satunya hal yang bisa menjadi indicator terkait perjalanan akademis seorang mahasiswa, sekaligus menjadi bukti tertulis ketika orang tua ingin mengetahui apakah sang anak ini serius kuliah atau hanya main-main saja pamit dari rumah. Melihat esensi dari IPK itu sendiri, tak heran kumpulan 3 digit angka ini akan menjadi sebuah ‘rahasia besar’ bagi seorang mahasiswa yang IPK nya dibawah standar rata-rata. Itulah kenapa kemudian menanyakan IPK mahasiswa semester akhir sama dengan anda melempar batu kerumah harimau yang sedang kelaparan.
Tentu saja standar ini tidak bisa diterapkan untuk seluruh mahasiswa ya, karena hal sebaliknya akan terjadi ketika yang anda Tanya adalah mahasiswa yang IPK nya besar bahkan mungkin dia terancam cumlaude. Karena biasanya mahasiswa yang semacam ini justru yang akan menanyakan terlebih dahulu IPK kawan-kawan disekitarnya sembari berharap dia bisa ditanya balik ‘berapa IPK kamu’. Intinya sih kalau mau nanyain IPK temen, analisis dan trawang dulu kira-kira mahasiswa yang akan kamu Tanya tersebut termasuk mahasiswa yang terancam DO atau yang terancam cumlaude.
2. Kapan Wisuda ?
Menanyakan pertanyaan semacam ini kepada mahasiswa akhir jelas membutuhkan keberanian dan mental yang luar biasa. Ini seperti anda menjenguk seorang kakek-kakek yang sedang sakit dan sekarat, lalu anda bertanya “kapan mati kek”? .
Anda tentu paham bahwa, wisuda adalah sebuah keniscayaan dan kepastian bagi mahasiswa yang memang mengerjakan skripsinya. Namun terkadang kecepatan antara satu orang dan orang lainya dalam menyelesaikan skripsi itu berbeda-beda. Ada yang mengerjakan skripsinya dengan berjalan kaki, ada yang naik sepeda, ada yang ngebut naik motor, bahkan ada yang kemarin seminar proposal besok dia sudah seminar hasil. Itu mahasiswa yang dosen pembimbingnya adalah Seorang Rektor, sekaligus suami dari ibunya.
Maka menanyakan kapan wisuda ke mahasiswa semester akhir, juga harus hati-hati karena selain akan menyinggung perasaanya, ini akan menyulut emosi bagi sebagian orang. Hal ini dapat dimaklumi, karena semua fikiran dan emosinya terkuras hanya untuk menyelesaikan skripsinya, belum lagi tekanan dari keluarga agar cepat lulus, dan energy-energi lain yang harus ia keluarkan. Dan anda tanpa dosa tiba-tiba dengan muka polos bertanya “kapan wisuda” ? saya harap anda baik-baik saja setelah bertanya hal tersebut. karena biasanya orang yang anda tersebut akan menanyakan 'kamu pulang lewat jalan mana'? sembari menghunus silet nya.
3. Kapan kerja?
Sebenernya bagi mahasiswa yang bisa berfikir logis dia tidak akan menanyakan pertanyaan yang menjurus ke penghinaan semacam ini ke rekan atau teman mahasiswanya. Meskipun ada beberapa kasus seorang mahasiswa yang belum wisuda sudah bekerja, tapi amat jarang sekali. Sehingga menanyakan “kapan kamu kerja bro” sedangkan dia tahu temannya tersebut belum wisuda, ini bisa dituntut sebagai pelecehan dan penghinaan terencana.
Kerja adalah dunia yang normalnya di tapaki pasca dunia kampus yg bisa terlewati, sehingga memberikan support kepada kawan dan teman kita itu jauh lebih berfaedah dari pada hanya sekedar memberikan Tanya yang tak mengandung solusi sama sekali. Meskipun niat anda hanya sekedar meledek dia, tapi itu bisa berujung maut brader, apalagi anda menanyakan 'kapan kerja' tersebut disaat teman anda sedang presentasi seminar proposal didepan orang banyak. tapi kalau anda sudah terlanjur menanyakan hal itu,saya sarankan anda segera beli tiket pesawat luar angkasa,
4. Kapan nikah ?
Ini masuk kedalam kategori tujuh pertanyaan paling berbahaya di dunia dan akhirat. Anda bayangkan, berapa orang mahasiswa semester hampir kadaluarsa yang semakin stress hidupnya ketika ditanya seperti ini oleh orang tuanya dan teman-temanya, sedangkan masalah skripsi belum juga selesai. Permasalahan menikah itu jauh lebih rumit dari skripsi BAB IV , selain harus menyiapkan biaya, mental, rumah, dan punya penghasilan (pekerjaan), calonnya juga harus dicari.
Sehingga menanyakan pertanyaan ini kepada mahasiswa akhir akan sangat fatal akibatnya apalagi ketika mahasiswa tersebut ternyata masih jomblo, akut lagi.Saran saya, kalau kalian gak ada kerjaan, kurang-kurangilah cari masalah sama kakak-kakak tingkat kalian atau temen-temen kalian yang sedang berjuang. Ingat sebaik-baik manusia itu bukan siapa yang paling banyak tanya, tapi siapa yang paling banyak manfaatnya.
Nah, demikianlah beberapa pertanyaan yang sebaiknya anda hindari untuk anda tanyakan kepada mahasiswa semester tua, selain untuk menjaga agar tali silaturahmi antara anda dan teman anda tersebut tetap terjalin dengan baik, tentu agar keselamatan anda juga terjaga.
Ditulis oleh mahasiswa semester tua
Note : silahkan klik dan ikuti tulisan lainya melalui blog ini, atau melalui artikel-artikel yang di tulis oleh 'penulis ingusan' di Aplikasi UCnews kalian.
0 komentar:
Post a Comment