“Jika hati kita sudah tak lagi
disini,
setidaknya tangan ini masih harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai bersama-sama”
setidaknya tangan ini masih harus menyelesaikan apa yang sudah kita mulai bersama-sama”
Dalam sebuah acara pelatihan yang mendatangkan seorang pemateri bernas nan kondang itu, beliau menyampaikan sebuah materi yang sangat menarik . Beliau menyampaikan bahwa seseorang itu selain dia
harus punya value pada dirinya, dia
juga harus punya endurance atau daya
tahan.
Saya mencoba memikirkanya dengan menyelami setiap kata dipadu-padankan dengan fenomena yang pernah saya alami, hingga pada akhirnnya keterbukaan hati atas pengakuan diri yang penuh alpa ini dapat memberikan sebuah
pencerahan, bahwa penyampaian tentang materi itu benar adanya. Nilai atau value yang dimiliki seseorang itu akan
memudar seiring berjalanya waktu, relatif. Tergantung seberapa besar endurance yang dimiliki orang tersebut
untuk mempertahankan nilai positif yang ada pada dirinya.
Anggaplah kita adalah seorang
dengan beberapa value positif yang
kita miliki, seperti semangat, disiplin dan cekatan dalam menjalankan tugas dan
tanggung jawab. Maka dalam konteks organisasi untuk menguji value-value tersebut, hadapkanlah pada
amanah! Biarkanlah amanah menjadi barometer otomatis yang akan mengukur dengan
sendirinya seberapa lama nilai-nilai positif dan value yang ada pada diri kita mampu bertahan.
Ada yang bilang untuk mengetahui
kepribadian seseorang maka bersamai orang tersebut dalam beberapa hari
perjalanan. Kawan-kawan pecinta alam lebih simple lagi, ajak saja orang
tersebut untuk naik gunung. Sebenarnya secara teori kedua cara tersebu memiliki
satu momen yang sama, kondisi capek dan bosan!
Tentu ketika kita beberapa hari
melakukan perjalanan kita akan menunjukan semua eskpresi dan watak kita kepada
orang-orang terdekat. Disaat kita kelelahan, disaat kita lapar, disaat kita
mulai capek dan ekspresi jiwa yang lainya. Begitupun halnya dengan kondisi
orang yang naik gunung. Dalam kondisi fisik dan jiwa yang drop, kontrol emosi
dan ‘kepura-puraan’ itu akan hilang semuanya. Yang pemarah, yang manja, yang
cengeng, yang mau menang sendiri semua akan nampak dengan sukarela.
Itu adalah beberapa treatment untuk sekedar mengetahui watak
seseorang. Lalu bagaimana untuk menguji. Loh kok kenapa harus diuji? Iya dong,
untuk mengetahui sebuah handphone itu kameranya bagus atau tidak, kita cukup
melihat berapa megapixel kapasitas kameranya. Tapi untuk mengujinya kita perlu
menggunakanya untuk memotret suatu objek, baik dalam keadaan siang,malam,
cahaya cerah maupun redup.
Bagaimana dengan menguji
integritas dan kapasitas nilai dari seseorang? Apakah nilai yang dia miliki
tetap pada garis konsisten meskipun flukuatif, atau terus menurun seiring
berjalanya waktu. Simple, beri dia amanah!
Pada akhirnya kita semua akan
mengalami penurunan. Tetapi masing-masing kita memiliki standar yang berbeda. Ada yang integritasnya terjun bebas
tanpa batas seketika kebosanan melanda ditengah-tengah menjalankan amanah. Tapi
tak jarang ada yang tetap bisa bertahan meskipun dengan terseok-seok. Sekali lagi
pemateri itu benar, endrurance lah yang
akan menjadi pembeda kita.
Sikap manusiawi tidak untuk
dihilangkan, karena kita tetap dianggap manusiawi selama kita masih punya
sikap-sikap manusiawi tersebut. Kalau sudah gak punya capek dan gak pernah
mengalami kebosanan itu namanya malaikat, ya gak sih? So yang perlu kita
lakukan adalah meningkatkan endurance kita
agar bisa lebih lama bertahan sampai waktu istirahat itu tiba. Salam hangat!
0 komentar:
Post a Comment