I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Titrasi atau titrimetri mengacu pada analisa kimia
kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang
konsentrasinya diketahui dengan tepat, yang diperlukan untuk bereaksi secara
kuantitatif dengan larutan dari zat yang akan dianalisis. Zat yang akan dianalisis dirujuk sebagai
tak diketahui konsentrasinya.
Larutan dengan konsentrasi yang diketahui tersebut disebut larutan standar. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui
disebut analisis volumetri. Bobot zat yang hendak dianalisis dihitung
dari volume larutan standar yang digunakan serta hukum stoikiometri yang
diketahui (Dzali, 2011).
Ada empat jenis dari titrasi, salah satunya
adalah titrasi asam basa. Titrasi ini merupakan salah satu analisis
kuantitatif untuk menentukan molaritas larutan asam atau basa. Proses titrasi
ini dengan cara menambahkan larutan baku (larutan yang telah diketahui dengan
tepat konsentrasinya) ke dalam larutan lain dengan bantuan indikator sampai
tercapai titik ekuivalen. Sesuai persamaan umum reaksi asam
basa: asam + basa → garam + air (Syahreza, 2013).
Pada dasarnya reaksi dalam
titrasi merupakan reaksi penetralan. Tingkat keasaman
atau kebasaan dapat ditentukan dengan menggunakan asam atau basa yang ekivalen.
Ekivalen asam setara dengan satu mol ion hidronium (H+ atau H3O+).
Sedangkan ekivalen basa setara dengan satu mol ion hidroksida (OH-). Jika yang
direaksikan adalah asam atau basa poliprotik (banyak ekivalen), maka setiap mol
zat tersebut akan melepaskan lebih dari satu H+ atau OH- (Adhiyanti,
2013).
Menyangkut masalah kapan titrasi harus dihentikan, ada dua
istilah yang lazim digunakan pada titrasi. Titik ekuivalen yaitu titik saat
jumlah mol larutan standar tepat bereaksi dengan jumlah mol larutan sampel.
Sehingga dengan persamaan N1.V1 = N2.V2
(keterangan: N = normalitas; V = volume), dapat ditentukan konsentrasi larutan
sampel. Sedangkan titik akhir titrasi adalah titik saat indikator menunjukkan
gejala yang menandai bahwa titik ekuivalen telah tercapai. Titik ekuivalen
adalah hitungan teoritis, sedangkan yang dapat diamati oleh praktikan adalah
titik akhir titrasi. Oleh karena itu pemilihan indikator hendaknya disesuaikan
dengan kondisi titik ekuivalen. Agar perubahan atau gejala yang ditunjukkan
indikator tersebut benar-benar merepresentasikan titik ekuivalen dengan error yang seminimal mungkin. Indikator yang digunakan pada
titrasi asam basa adalah asam lemah atau basa lemah. Asam
lemah dan basa lemah ini umumnya senyawa organik yang
memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang mengkontribusi perubahan warna pada indikator tersebut. Jumlah indikator
yang ditambahkan kedalam larutan yang akan dititrasi harus sedikit mungkin, sehingga indikator tidak
mempengaruhi pH larutan (Delta, 2011).
Titrasi dilakukan dengan menempatkan
larutan standar di dalam buret. Larutan standar akan dialirkan dari buret ke larutan sampel
yang biasanya berada di erlenmeyer. Adapun syarat terjadinya reaksi titrasi
dengan baik adalah: 1. Reaksinya berlangsung cepat, bila perlu dapat digunakan
katalis untuk mempercepat reaksi; 2. Reaksi berlangsung sederhana dan
persamaan stoikiometrinya jelas; 3. Tidak terjadi reaksi sampingan yang dapat mengganggu
jalannya reaksi utama; dan 4. Harus ada indikator yang dapat menunjukkan kapan titrasi
dihentikan (Yuni, 2012).
B.
Tujuan
Praktikum kali ini
bertujuan untuk memperkenalkan cara melakukan titrasi asam dengan basa dan
titrasi basa dengan asam dengan menggunakan indikator phenolphthalein (PP).
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum Titrasi telah dilaksanakan
pada hari Kamis tanggal 3 April 2014 pukul 10.00 WIB s/d. 11.40 WIB bertempat
di Laborarium Kimia Hasil Pertanian P.S. Teknologi Hasil Pertanian Jurusan
Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah: 1) Buret, 2) Statif, 3) Erlenmeyer, 4) Beaker glass,
dan 5) Pipet tetes.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah: 1) Aquadest, 2) NaOH 0,1 M, 3) HCl 0,1 M, dan 4)
Indikator PP.
C.
Cara Kerja
Cara kerja praktikum kali ini adalah:
A. Titrasi Asam dengan Basa
1.
Siapkan buret ukuran 100 ml dan erlenmeyer ukuran 250
ml. Bilaslah buret dengan aquadest sebanyak 2 kali dan bilas dengan NaOH 0,1 M
yang akan diisikan ke dalam buret. Erlenmeyer dibilas dengan aquadest.
2.
Isikan NaOH 0,1 M ke dalam buret. Catat titik awalnya (50
ml).
3.
Ambil 25 ml larutan HCl yang tidak diketahui
konsentrasinya (telah disiapkan oleh asisten) dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
4.
Teteskan 3 tetes indiator PP ke dalam erlenmeyer yang
telah berisi larutan HCl tersebut. Adakah warna yang ditimbulkan? Kalau ada,
tuliskan warnanya (bening).
5.
Buka kran buret sampai titran mengalir tetes demi
tetes.
6.
Titrasi berakhir apabila tetes titran terakhir
mengakibatkan perubahan warna permanen pada larutan di dalam erlenmeyer.
7.
Catat volume titran yang telah dialirkan ke dalam
erlenmeyer.
B. Titrasi Basa dengan
Asam
Lakukan hal yang sama seperti pada POINT A
tetapi titrannya adalah HCl 0,1 N, dan larutan di dalam erlenmeyer adalah NaOH
yang tidak diketahui konsentrasinya (telah disiapkan oleh asisten).
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil praktikum kali ini adalah:
Titrasi asam dengan
basa
1 HCl + 1 NaOH → 1
NaCl + 1 H2O
M NaOH = 0,1 M
M HCl =
x konsentrasi
yang diketahui
=
x 0,1 M
= 0,1 M
Titrasi basa dengan
asam
1 HCl + 1 NaOH → 1
NaCl + 1 H2O
M HCl =
0,1 M
M NaOH =
x konsentrasi
yang diketahui
=
x 0,1 M
= 0,1 M
Kelompok
|
Titran
|
Analit
|
Volume titik awal
|
Volume titik akhir
|
Perubahan warna
|
1
|
NaOH 0,1 M
|
HCl 0,1 M
|
50 ml
|
14 ml
|
Bening → pink
|
2
|
NaOH 0,1 M
|
HCl 0,1 M
|
50 ml
|
13 ml
|
Bening → soft pink
|
3
|
NaOH 0,1 M
|
HCl 0,1 M
|
50 ml
|
14 ml
|
Bening → pink
|
4
|
HCl 0,1 M
|
NaOH 0,1 M
|
50 ml
|
45,9 ml
|
Pink → bening
|
5
|
HCl 0,1 M
|
NaOH 0,1 M
|
50 ml
|
46,2 ml
|
Pink → bening
|
B.
Pembahasan
Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat
dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya
sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur
volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen
adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam
prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir
teoritis atau titik akhir stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian
indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.
Titik akhir titrasi merupakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat
penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator. Titik
akhir titrasi (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik
ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan
larutan basa. Ketika larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya direaksikan dengan larutan yang tidak diketahui konsentrasinya,
maka akan dicapai titik dimana jumlah asam sama dengan jumlah basa, yang
disebut dengan titik ekivalen. Adapun
titrimetri dilakukan untuk mengukur jumlah zat yang
bereaksi dengan analit.
Bahan yang beraksi dengan analit disebut titran atau larutan standar dan
jumlahnya biasanya ditentukan dengan mengukur volume titran (dengan konsentrasi
yang telah ditentukan) yang bereaksi
sempurna
dengan analit, sehingga prosedur ini sering dinamakan dengan
titrasi volumetri.
Praktikum kali ini dilakukan dua
buah percobaan titrasi. Yang pertama adalah titrasi asam dengan basa dilakukan
oleh kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Yang kedua adalah titrasi basa
dengan asam dilakukan oleh kelompok 4 dan kelompok 5. Perbedaan dari kedua
titrasi ini terletak pada titran dan analitnya. Titrasi asam dengan basa
menggunakan HCl sebagai analit dan NaOH 0,1 M sebagai titrannya. Sedangkan
titrasi basa dengan asam menggunakan NaOH sebagai analit dan HCl 0,1 M sebagai
titrannya.
Sebelum melakukan titrasi, pastikan
dahulu bahwa alat yang kita gunakan dalam keadaan bersih. Hal ini dapat
dilakukan dengan membilas alat-alat yang akan kita gunakan dengan aquadest.
Titrasi asam dengan basa dilakukan dengan menempatkan NaOH pada buret 50 ml. Kemudian
sampel HCl sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Setelah itu
ditambahkan indikator PP (phenolphthalein) sebanyak 3 tetes. Larutan akan tetap
berwarna bening setelah ditambahkan indikator PP. Kran buret perlahan-lahan
dibuka untuk meneteskan NaOH ke dalam erlenmeyer sambil menggoyang-goyangkan
erlenmeyer dengan tujuan agar kedua larutan bercampur secara rata. Warna larutan
akan berubah warna dari bening menjadi pink (merah muda keunguan) setelah
beberapa saat. Titrasi dihentikan untuk melihat apakah perubahan warna pink ini
dapat bertahan secara permanen. Setelah warna pink tidak menghilang, volume
NaOH yang digunakan dicatat. Didapatkan hasil bahwa kelompok 1 menggunakan NaOH
sebanyak 14 ml dan menghasilkan warna pink yang cukup tua. Begitu juga dengan
kelompok 3 yang menggunakan NaOH 0,1 M sebanyak 14 ml. Tetapi pada kelompok 2
yang menggunakan NaOH sebanyak 13 ml, warna pinknya sedikit lebih muda. Dari
persamaan reaksi HCl + NaOH → NaCl + H2O didapatkan bahwa analit
yang berada di dalam erlenmeyer memiliki konsentrasi yang sama dengan titrannya
(NaOH) yakni 0,1 M. Ini dikarenakan HCl dan NaOH sama-sama memiliki koefisien 1
pada persamaan reaksi di atas.
Prosedur untuk titrasi basa dengan asam tidak
jauh berbeda dengan titrasi asam dengan basa. Hanya saja kita menempatkan HCl
0,1 M sebagai titrannya. Setelah analit (NaOH) dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dan ditambahkan 3 tetes indikator PP, warna larutan langsung berubah warna dari
bening menjadi pink. Larutan NaOH dititrasi dengan HCl 0,1 M sedikit demi
sedikit sambil digoyang. Setelah beberapa saat, warna analit berubah dari pink
menjadi bening. Titrasi dihentikan untuk melihat apakah perubahan warna ini
permanen. Setelah warna bening tidak menghilang, volume HCl yang digunakan
dicatat. Didapatkan hasil bahwa kelompok 4 menggunakan HCl sebanyak 45,9 ml
sedangkan kelompok 5 menggunakan 46,2 ml HCl 0,1 M.
Perubahan warna larutan yang terjadi dapat
mengindikasikan bahwa, indikator PP memiliki dua warna yang berbeda pada
keadaan asam atau basa. Indikator PP akan berwarna bening apabila berada dalam
suasana asam, sedangkan akan berubah warna menjadi pink jika berada dalam
suasana basa.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum kali ini adalah:
1. Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
konsentrasi suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah
diketahui konsentrasinya.
2. Penambahan
indikator bertujuan agar praktikan dapat mengetahui titik akhir titrasi dengan
melihat perubahan warna yang terjadi.
3.
Titik ekivalen titrasi tidak sama dengan titik akhir
titrasinya, namun diharapkan mampu mendekati titik ekivalennya (titik akhir
teoritis) saat indikator berubah warna.
4.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan asam, dapat
dititrasi dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya.
5.
Untuk mengetahui konsentrasi larutan basa, dapat
dititrasi dengan larutan asam yang konsentrasinya sudah diketahui.
6.
Indikator PP akan berwarna bening apabila suasana
asam, dan berwarna pink apabila suasana basa.
DAFTAR PUSTAKA
/dasar-titrasi-asam-basa.html,
diakses pada tanggal 5 April 2014).
tanggal 5 April 2014).
Dzali. 2011.
Pengertian Titrasi. (online)
(http://dzali.noiaenterprise.com/pengertian-titrasi/,
diakses pada tanggal 5 Apil 2014).
hp?id=9, diakses pada tanggal 5
April 2014).
si/, diakses pada tanggal 5 April
2014).
0 komentar:
Post a Comment