I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Labu ukur adalah sebuah
alat dengan kapasitas 5 ml hingga 5 L. Alat ini dapat kita temui di pasaran
dengan warna bening atau amber (gelap).
Karena merupakan alat ukur bukan sebagai alat penampung maka labu ukur
tersedia dalam kelas A ataupun kelas B untuk membedakan tingkat akurasinya (Mulyono,
2013). Labu ukur ini berfungsi untuk mengencerkan bahan kimia. Bahan kimia
biasanya didapat dalam bentuk larutan pekat. Larutan ini dirasa terlalu pekat
jika langsung dipakai, oleh karena itu dilakukanlah pengenceran bahan kimia
dengan menggunakan labu ukur. Dalam proses pengenceran ini larutan yang pekat
akan ditambah dengan pelarut hingga akhirnya volume zat yang didapat menjadi
lebih besar (Serra, 2009). Ada beberapa tahap dalam menggunakan labu ukur ini,
antara lain zat larutan ditimbang dahulu lalu dimasukkan ke dalam labu ukur.
Setelahnya zat tersebut ditambahkan aquadest. Goyangkan labu ukur agar campuran
menjadi larut. Jika sudah ditambah air lagi, gunakan pipet untuk menambah air
secara hati-hati hingga volume zat cair berhimpit dengan garis tanda yang
terdapat di bagian leher labu. Sumbat labu lalu kocok agar didapat larutan yang
seragam (Anne, 2012).
Buret adalah sebuah
peralatan gelas laboratorium berbentuk silinder yang memiliki garis ukur dan
sumbat keran pada bagian bawahnya. Peralatan gelas ini biasanya digunakan untuk titrasi. Meskipun saat ini
sudah dapat ditemukan berbagai macam alat titrasi yang berbasis elektronik tapi
alat ini masih digunakan di banyak laboratorium karena tentu saja lebih murah.
Buret bisa kita temukan dari bahan kaca juga dari bahan plastik ada juga yang
berwarna bening serta gelap atau biasa disebut amber (Miura, 2011). Buret sangatlah
akurat, buret kelas A memiliki akurasi sampai dengan 0,05 cm. Karena presisi
buret yang tinggi, kehati-hatian pengukuran volume dengan buret sangatlah
penting untuk menghindari galat sistematik. Ketika membaca buret, mata harus
tegak lurus dengan permukaan cairan untuk menghindari galat paralaks. Bahkan
ketebalan garis ukur juga mempengaruhi, bagian bawah
meniskus cairan harus menyentuh bagian atas garis. Oleh karena presisinya yang tinggi, satu tetes
cairan yang menggantung pada ujung buret harus ditransfer ke labu penerima,
biasanya dengan menyentuh tetasan itu ke sisi labu dan membilasnya ke dalam
larutan dengan pelarut (Fajar, 2013).
B.
Tujuan
Praktikum kali ini
bertujuan untuk memperkenalkan cara penggunaan labu ukur dan buret dalam membuat
suatu larutan.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
Waktu dan Tempat
Praktikum Teknik Penggunaan Labu
Ukur/Takar dan Buret telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 6 Maret 2014
pukul 10.00 WIB s/d. 11.40 WIB bertempat di Laborarium Kimia Hasil Pertanian
P.S. Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya.
B.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah: 1) Beaker glass, 2) Buret, 3) Labu ukur, 4) Spatula
kaca.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah: 1) Aquadest, dan 2) NaCl.
C.
Cara Kerja
Cara kerja praktikum kali ini adalah:
Perhatikan cara menggunakan labu ukur dan buret
seperti dipergakan oleh dosen atau asisten. Saudara diminta berlatih
menggunakan labu ukur dengan menggunakan aquadest. Jangan biasakan membuang
cairan dari dalam labu ukur apabila saudara terlalu banyak mengisikan cairan ke
dalam labu ukur sampai melewati garis tanda. Yang harus saudara lakukan adalah
mengulangi dari awal lagi. Apabila saudara sudah terampil maka buatlah larutan
NaCl 5 % sebanyak 100 ml dengan menggunakan labu ukur.
Tuliskan tahap-tahap saudara membuat larutan NaCl 5 %
sebanyak 100 ml.
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil
Hasil praktikum kali ini adalah:
Cara-cara membuat larutan NaCl 5 % sebanyak 100 ml adalah:
1. Timbang garam (NaCl)
sebanyak 5 gram.
2. Masukkan ke dalam
beaker glass.
3. Masukkan aquadest
sebanyak 90 ml ke dalam beaker glass yang sudah berisi garam.
4. Aduk garam tersebut
dengan batang pengaduk sampai garam terlarut.
5. Tuangkan larutan
garam ke dalam labu ukur 100 ml.
6. Tambahkan aquadest ke
dalam beaker glass untuk melarutkan sisa garam yang ada pada beaker glass.
7. Masukkan larutan
tersebut ke dalam labu ukur yang sudah berisi larutan garam tadi sampai garis
tanda batas. Homogenkan.
B.
Pembahasan
Alat ukur adalah
sebuah alat yang dapat digunakan untuk mengukur sesuatu. Alat ukur ini banyak
macamnya, seperti alat ukur massa, alat ukur panjang, alat ukur berat, alat
ukur volume dan sebagainya. Kali ini yang kita pergunakan dalam praktikum
adalah alat ukur volume. Alat ukur volume yang digunakan terdiri dari labu
ukur/takar dan buret.
Seperti yang telah
kita ketahui, labu ukur dapat digunakan untuk mengencerkan larutan yang
bersifat pekat. Namun labu ukur juga memiliki kegunaan lain yakni sebagai alat
untuk menghomogenkan suatu larutan. Larutan yang dihasilkan akan memiliki
volume sesuai dengan kapasitas dari labu ukur yang kita pergunakan.
Sebelumnya, kita harus
tahu terlebih dahulu bagaimana menggunakan labu ukur. Labu ukur memiliki garis
tanda di bagian lehernya yang berguna sebagai penanda batas akhir volume
pelarut yang harus ditambahkan ketika kita ingin melarutkan suatu zat. Dalam sistem pengenceran, untuk zat yang tidak berwarna, penambahan aquadest sampai
menunjukkan garis meniskus berada di leher labu. Untuk zat yang berwarna, penambahan aquadest hingga dasar meniskus yang menyentuh leher labu (meniskus berada di
atas garis leher). Sebelum memasukkan larutan ke dalam labu ukur, labu ukur harus dicuci terlebih dahulu.
Lebih baik menggunakan sabun agar zat - zat yang tidak dibutuhkan dapat
terlarut dan akhirnya terbuang. Dalam keadaan bagaimanapun, labu ukur yang
kering sangatlah baik untuk digunakan.
Ada beberapa langkah dalam mempersiapkan pengenceran suatu
zat. Zat terlarut
ditimbang teliti ke dalam labu ukur. Kemudian ditambahkan aquadest sampai sebelum garis batas. Campuran digoyang melingkar (
diolek ) untuk melarutkan zat terlarut. Setelah itu ditambahkan aquadest lagi dengan menggunakan pipet tetes untuk menambahkan aquadest dengan hati - hati sampai volume permukaan
cairan tepat berimpit dengan tanda lingkaran pada leher labu. Kemudian labu disumbat dan kemudian dikocok agar
larutan seragam. Ketika larutan yang kita masukkan ke dalam labu ukur
melebihi tanda garis batas, jangan kita membuang volume berlebih tersebut. Hal
ini dapat mempengaruhi hasil akhir pengenceran. Kita harus membuang keseleruhan
larutan dan mengulangi perlakuan dari awal.
Praktikum kali ini
kita membuat larutan NaCl sebanyak 100 ml. Untuk membuat larutan NaCl 5 %
sebanyak 100 ml, kita menggunakan 5 gram NaCl. 5 gram ini didapatkan dari 5 %
dikali 100 ml. Karena berdasarkan teori, 100 ml merupakan keseluruhan dari
larutan yang berarti sama dengan 100 %. Ketika kita ingin membuat larutan NaCl
5 %, berarti 5/100 dari keseluruhan larutan adalah NaCl.
Setelah NaCl
ditimbang sebanyak 5 gram di dalam beaker glass 100 ml, kemudian ditambahkan
aquadest sebanyak 90 ml. Penambahan aquadest ini hanya bertujuan untuk
melarutkan NaCl di dalam beaker glass. Larutan yang terbentuk di dalam beaker
glass ini bukan merupakan larutan NaCl 5 %. Larutan diaduk dengan menggunakan
spatula kaca. Kemudian larutan dituangkan ke dalam labu ukur 100 ml. Volume
larutan yang terdapat di dalam labu ukur belum sampai berhimpit pada garis
tanda. Karenanya kita masukkan lagi aquadest < 10 ml ke dalam beaker glass
untuk melarutkan sisa-sisa garam yang masih tertinggal. Kemudian tuang lagi ke
dalam labu ukur. Dengan menggunakan pipet tetes, tambahkan sedikit demi sedikit
aquadest sampai garis meniskus larutan berada di atas garis tanda. Labu ukur
kemudian ditutup dan dikocok sampai NaCl benar-benar larut. Larutan NaCl di
dalam labu ukur inilah yang disebut sebagai larutan NaCl 5 % sebanyak 100 ml.
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan
dari praktikum kali ini adalah:
1.
Buret merupakan alat
ukur volume yang memiliki keakuratan tinggi.
2.
Buret digunakan untuk
proses titrasi karena memiliki keakuratan yang tinggi.
3.
Labu ukur dapat
digunakan sebagai tempat pengenceran larutan yang bersifat pekat.
4.
Labu ukur dapat
digunakan sebagai tempat untuk membuat suatu larutan dengan cara menghomogenkan
zat terlarut dan zat pelarut.
5.
Pengukuran volume di dalam labu ukur harus tepat
berhimpit dengan garis tanda, jika kelebihan maka larutan harus dibuang dan
perlakuan dilakukan kembali dari awal.
DAFTAR PUSTAKA
m, diakses pada tanggal 7 Maret
2014).
Fajar, I. 2013. Laporan
Praktikum Biokimia. (online) (http://www.scribd.com/doc/190162
982/Laporan-praktikum-biokimia,
diakses pada tanggal 8 Maret 2014).
akses pada tanggal 8
Maret 2014).
torium, diakses pada tanggal 7 Maret
2014).
ses pada tanggal 7 Maret 2014).
0 komentar:
Post a Comment