Sunday, 30 July 2017

Laporan Kimia Analitik : Spektrofotometri

I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan. Spektrofotometri juga dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Spektrofotometri juga memiliki beberapa fungsi, diantaranya sebagai teknik analisis instrumental untuk membantu analisis dan elusidasi struktur molekul senyawa, untuk memprediksi jenis/golongan senyawa, dan untuk mengetahui struktur molekul suatu senyawa (Azza, 2013).

Dalam catatan sejarah, spektrofotometri mengacu kepada cabang ilmu dimana “cahaya tampak” digunakan dalam teori-teori struktur materi serta analisis kualitatif dan kuantitatif. Dalam masa modern, definisi spektrofotometri berkembang seiring teknik-teknik baru yang dikembangkan untuk memanfaatkan tidak hanya cahaya tampak, tetapi juga bentuk lain dari radiasi elektromagnetik dan non-elektromagnetik seperti gelombang mikro, gelombang radio, elektron, fonon, gelombang suara, sinar x dan lain sebagainya. Spektrofotometri umumnya digunakan dalam kimia fisik dan kimia analisis untuk mengidentifikasi suatu substansi melalui spektrum yang dipancarkan atau yang diserap (Safitri, 2013).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum phototube atau tabung foton hampa.  Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu suatu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu. Pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Konsep dasar dari spektrofotometri adalah penguraian (dekomposisi) suatu berkas sinyal/gelombang menjadi sebuah kumpulan/berkas sinyal-sinyal fundamentalnya (sinyal-sinyal harmoniknya). Penguraian tersebut biasanya menggunakan komponen optik sehingga sering disebut juga sebagai spektrofotometri optik. Misal, penguraian berkas cahaya dengan prisma. Beberapa macam teknik spektrofotometri cahaya dasar: 1. Spektrofotometri emisi: pengukuran spektrum frekuensi suatu sumber cahaya; dan 2. Spektrofotometri absorbsi: pengukuran spektrum serapan cahaya dari suatu atom, molekul atau bahan (Harahap, 2013).
Ada beberapa tipe spektrofotometri, salah satunya adalah spektrofotometri infrared (IR)/infra merah. Jika radiasi inframerah dikenakan pada sampel senyawa organik, beberapa frekuensi bisa diserap oleh senyawa tersebut. Jumlah frekuensi yang melewati senyawa diukur sebagai transmitansi. Sebuah persentase transmitansi bernilai 100 jika semua frekuensi diteruskan senyawa tanpa diserap. Dalam prakteknya, hal itu tidak pernah terjadi. Dengan kata lain selalu ada serapan kecil, dan transmitansi tertinggi hanya sekitar 95%. Dalam spektrum inframerah, akan terdapat suatu grafik yang menghubungkan bilangan gelombang dengan persen transmitansi. Tipe lain dari spektrofotometri seperti spektrofotometri ultraviolet (UV), spektrofotometri massa, dan spektrofotometri NMR. Spektrofotometri UV didasarkan pada keadaan energi elektronik molekul. Digunakan untuk menganalisis molekul konjugasi, gugus karbonil, dan gugus nitro. Spektrofotometri massa dilakukan dengan cara penembakan elektron berenergi tinggi dan digunakan untuk menganalisis berat molekul, dan keberadaan nitrogen serta halogen. Kemudian spektrofotometri NMR digunakan untuk mencari bilangan, tipe dan posisi relatif dari proton (inti hidrogen dan inti karbon 13) (Winarto, 2013).
Keuntungan dari penggunaan spektrofotometer adalah: 1). Penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik, organik dan biokimia yang diabsorpsi di daerah ultra lembayung atau daerah tampak; 2). Sensitivitasnya tinggi, batas deteksi untuk mengabsorpsi pada jarak 10-4 sampai 10-5 M. Jarak ini dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 10-7 M dengan prosedur modifikasi yang pasti; 3). Selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika panjang gelombang dapat ditemukan dimana analit mengabsorpsi sendiri, persiapan pemisahan menjadi tidak perlu; 4). Ketelitiannya baik, kesalahan relatif pada konsentrasi yang ditemui dengan tipe spektrofotometer UV-Vis ada pada jarak dari 1% sampai 5%. Kesalahan tersebut dapat diperkecil hingga beberapa puluh persen dengan perlakuan yang khusus; dan 5). Mudah, spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan instrumen modern, daerah pembacaannya otomatis (Hamdani, 2010).

B.     Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mempelajari cara menentukan konsentrasi suatu zat dalam larutan berdasarkan nilai absorbansi yang diukur dengan menggunakan spektrofotometer.


II. METODOLOGI PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
            Praktikum Spektrofotometri telah dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 April 2014 pukul 10.00 WIB s/d. 11.40 WIB bertempat di Laborarium Kimia Hasil Pertanian P.S. Teknologi Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.

B.     Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) Beaker glass, 2) Pipet ukur, 3) Ball pipet, 4) Tabung reaksi, 5) Pipet tetes, 6) Gelas ukur, 7) Labu ukur, dan 8) Spektrofotometer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: 1) Aquadest, 2) Kalium bikromat (K2Cr2O7), 3) Sirup, dan 4) Teh gelas.

C.    Cara Kerja
Cara kerja praktikum kali ini adalah:
1.      Buat larutan standar kalium bikromat dengan konsentrasi 100 ppm.
2.      Kemudian larutan standar diencerkan untuk memperoleh larutan standar dengan berbagai konsentrasi, yakni 90 ppm, 80 ppm, 60 ppm, 40 ppm, dan 20 ppm.
3.      Setelah itu uji larutan standar dalam berbagai konsentrasi tersebut dengan spektrofotometer untuk mengetahui nilai absorbansinya.
4.      Buat grafik larutan standar berdasarkan data tersebut dengan sumbu X sebagai konsentrasi dan sumbu Y sebagai absorbansinya.
5.      Siapkan larutan sampel yang telah ditentukan. Bila sampel terlalu kental, lakukan pengenceran, kemudian catat faktor pengencerannya. Faktor pengenceran diperhitungkan.
6.      Uji larutan sampel dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sama untuk mengukur larutan standar.
7.      Hitung konsentrasi larutan sampel menggunakan grafik larutan standar tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Hasil praktikum kali ini adalah:
Tabel larutan standar
X (konsentrasi)
Y (absorbansi)
0 ppm
0
20 ppm
0,126
40 ppm
0,213
60 ppm
0,310
80 ppm
0,464
90 ppm
0,654
100 ppm
0,669

Tabel larutan sampel
Kelompok
Sampel
Absorbansi
Faktor pengenceran (FP)
1
Sirup
0,827
10 X
2
0,839
10 X
3
0,813
10 X
4
Teh gelas
0,498
-
5
0,524
-



B.     Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda.
Hal pertama yang harus dilakukan saat kita ingin melakukan uji spektrofotometri adalah menyiapkan larutan standar. Larutan standar ini berfungsi sebagai ‘standar’ dalam menentukan konsentrasi sampel yang sebenarnya ingin kita uji. Contohnya jika kita ingin mengetahui konsentrasi glukosa di dalam sirup jeruk, maka larutan standar yang perlu kita siapkan adalah larutan standar glukosa murni. Larutan standar yang disiapkan pun tidak perlu terlalu banyak, cukup membuat larutan standar yang kita perlukan karena harga dari zat murni biasanya relatif mahal dan ukuran kuvet (wadah penampung larutan) pada spektrofotmeter pun hanya memerlukan sekitar 4 ml. Larutan standar juga perlu disiapkan dalam beberapa konsentrasi dengan cara mengencerkan larutan standar induk. Hal ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi mana yang sesuai dengan konsentrasi sampel dengan melihat grafik larutan standarnya.
Praktikum kali ini menggunakan larutan standar kalium bikromat (K2Cr2O7). Kalium bikromat yang telah disiapkan memiliki konsentrasi 100 ppm. Kemudian dilakukan pengenceran untuk mendapatkan larutan standar dengan konsentrasi 90 ppm, 80 ppm, 60 ppm, 40 ppm, dan 20 ppm. Setelahnya diuji dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 400 – 450 nm dengan warna yang diserap ungu dan warna komplementernya kuning – hijau. Nilai absorbansi yang baik berkisar antara 20% dari batas bawah sampai 20% dari batas atas. Spektrofotometer yang kita gunakan berskala 1 – 2, sehingga nilai absorbansi yang baik berkisar antara 0,4 – 1,6. Jika < 0,4 maka perlu dilakukan pemekatan dan jika > 1,6 maka perlu dilakukan pengenceran. Untuk kelompok kami menguji larutan standar dengan konsentrasi 80 ppm dan didapat nilai absorbansinya sebesar 0,464. Setelah didapat nilai absorbansinya, buat grafik berdasarkan hubungan antara konsentrasi dan nilai absorbansi. Sumbu X sebagai konsentrasi dan sumbu Y dengan nilai absorbansi (lihat lampiran). Dengan bantuan formula di Microsoft Excel, kita dapatkan persamaan garis lurus y = mx + C yakni y = 0,0066 x + 0,0184 dan nilai R2 = 0,9049. Nilai R2 ini menunjukkan bahwa pengujian kita tergolong bagus karena pengujian yang bagus memiliki nilai R2 selang antara 0,8 – 1. Jika < 0,8 maka pengujian kita dapat dikatakan tidak bagus atau kacau.
Setelah menguji larutan standar, selanjutnya menguji larutan sampel. Sampel yang kali ini kita gunakan adalah sirup dan minuman Teh Gelas. Kelompok 1, 2, dan 3 menguji sirup sedangkan kelompok 4 dan 5 menguji minuman Teh Gelas. Sampel-sampel ini belum diketahui konsentrasinya. Untuk sampel sirup dilakukan pengenceran karena sirup bersifat kental. Pengenceran dilakukan dengan mengambil 10 ml sirup dan ditambahkan 90 ml aquadest, sehingga volume larutan sampel menjadi 100 ml, dengan begitu faktor pengencerannya (FP) adalah 10 X (kali). FP ini perlu diperhatikan karena harus dikalikan dengan konsentrasi yang terakhir didapat dalam perhitungan mencari konsentrasi sampel. Untuk sampel minuman Teh Gelas tidak perlu dilakukan pengenceran karena tidak bersifat kental dan apabila tetap dilakukan pengenceran maka sampel akan sangat encer dan warnanya menjadi bening. Tentu ini tidak boleh dilakukan karena uji spektrofotometer memerlukan sampel yang memiliki warna. Setelah sampel siap, lakukan uji dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang yang sama dengan pengujian larutan standar tadi yakni 400 – 450 ppm. Catat nilai absorbansinya (lihat tabel). Kemudian dengan menggunakan persamaan garis lurus y = 0,0066 x + 0,0184 di atas kita dapat mencari konsentrasi larutan sampel (x). Untuk kelompok kami yang menguji minuman Teh Gelas (kelompok 4) dengan nilai absorbansi (y) 0,498 didapatkan bahwa minuman Teh Gelas-nya memiliki konsentrasi (x) = 78,24 ppm (tidak dikalikan FP karena tidak dilakukan pengenceran). Dari tabel dan grafik, dapat disimpulkan bahwa umumnya semakin besar konsentrasi suatu larutan maka nilai absorbansinya juga semakin besar.







IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:
1.      Alat yang digunakan untuk metode spektrofotometri adalah spektrofotometer yang mencatat nilai absorbansi warna dari suatu larutan.
2.      Larutan standar perlu dibuat dalam berbagai konsentrasi.
3.      Larutan sampel dapat diencerkan apabila terlalu pekat/kental dengan memperhitungkan faktor pengencerannya (FP).
4.      Nilai absorbansi yang baik berkisar antara 20% dari batas bawah sampai 20% dari batas atas.
5.      Nilai R2 dapat menjadi indikasi bagus tidaknya suatu pengujian. Nilai R2 yang baik berkisar antara 0,8 – 1.
6.      Umumnya semakin semakin besar konsentrasi suatu larutan maka nilai absorbansinya juga semakin besar.



DAFTAR PUSTAKA
Azza. 2013. Identifikasi Senyawa dengan Spektroskopi. (online) (http://www.scribd.com/d
oc/170619365/6-Identifikasi-Senyawa-Dengan-Spektroskopi-Autosaved, diakses p ada tanggal 20 April 2014).

Hamdani, S. 2010. Tipe dan Analisis Spektrofotometri UV Vis. (online) (http://catatankimi
            a.com/catatan/tipe-dan-analisis-spektrofotometri-uv-vis.html, diakses pada tanggal
            20 April 2014).

Harahap, A. 2013. Spektroskopi. (online) (http://www.sharemyeyes.com/2013/05/spektros
            kopi.html#ixzz2z3iQrCgq, diakses pada tanggal 20 April 2014).

Safitri, M. 2013. Spektroskopi. (online) (http://esa166.blog.esaunggul.ac.id/2013/05/01/spe
            ktroskopi/, diakses pada tanggal 20 April 2014).

Winarto, D. 2013. Spektroskopi Inframerah IR. (online) (http://www.ilmukimia.org/2013/0
            7/spektroskopi-inframerah-ir.html, diakses pada tanggal 20 April 2014).



Share:

0 komentar:

Post a Comment