Sunday, 28 May 2017

Tersesat

TERSESAT (Di Hatimu)

===========================
"Aku ingin menjadi penulis
Bukan penulis hanya
Bukan penulis berita juga cerita
bukan penulis cukup
Bukan penulis Opini juga puisi
Aku ingin menjadi penulis semua"
==================================
Catatan : Tersesat, penulis ikutkan dalam salah satu event lomba menulis genre romantis merupakan karya fiksi,cerita perpaduan antara kirologi dan imajinasi semata.
==


Malam itu, bulan ingin bercerita bahwa ia melihat mata berbinar yang mengalahkan binarnya. Sepasang hati tengah berdiam pada rindunya sendiri. Rembulan hanya mampu sedikit-sedikit mengirim senyum kepada mereka sembari sesekali mengirimkan sinarnya seberkas saja pada wajah ayu sang dara yang terdiam dibelakang pemuda pujaanya.

Sang hati keduanya berujar yang sama, “kenapa dia tidak juga membuka percakapan” ? sang dara mulai terkantuk-kantuk menikmati kebisuan itu meskipun dia sama sekali tidak mengantuk, sama sekali tidak mengantuk. Bagaimana bisa mengantuk dalam situasi seperti ini, situasi dimana jarak lahir dan batin sedekat ini. Sungguhpun sebenarnya dia mencoba berakting sebagai seorang penumpang yang mengantuk, tapi sebenarnya dia hanya kelelahan saja, lelah menunggu kapan kalimat sapa dan obrolah-obrolah singkat seperti biasanya akan terucap dari pemuda yang saat ini ada didepanya.

“ Aku harus berucap apa ? Kenapa aku diam ? “ begitulah batin sang pemuda bernada-nada didalam dadanya. Suasana malam itu seperti situasi dimana seorang suami yang baru saja menjemput istrinya yang sudah bertahun-tahun bekerja di luar negeri. Canggung , bingung, kelu dan kaku padahal rindu, rindu sekali. Kalau saja tidak ditengah keramaian bandara tentu sudah dipeluk manja sang dara itu.

Perjalanan dari bandara menuju rumah mereka memakan waktu 45 menit, cukup lama untuk sebuah pertemuan pertama. Pertama dalam seminggu terakhir tepatnya. Begitulah kiranya romantisme penantian yang berujung pada rindu yang begitu terpendam tatkala seorang imam muda melepaskan seminggu kepergian makmum ayu nya entah kemana, bagi sang pemuda tak penting kemana istrinya pergi dalam seminggu kemarin, toh sama saja judulnya masih sama ‘ditinggal cinta’.

Untuk pasangan muda dengan kadar rasa yang sedang membara-baranya, jarak mungkin hanyalah satu ilusi alam dibawah sadar semata. Intinya ketika sang dara tidak disampingnya dan tidak memberi kabar padanya itu adalah jarak kepergian yang terjauh, sebegitunya ya hahahaha.

Perjalanan mereka masih berlanjut, si suami yang sok tau mencoba mencari jalan pintas masuk-masuk lorong kecil agar mereka lebih cepat sampai kerumah. Hingga pada akhirnya mereka sampai di komplek pertokoan yang berjajar, seperti  pasar, tapi entah pasar apa  namanya. Lelah menerka-nerka sang suami   sebagai tipikal orang yang tidak mudah mengingat jalan dia akan selalu bertanya pada istrinya ini  “ belok kanan atau belok kiri sayang“? Dan itu percakapan pertama mereka malam itu, terimakasih persimpangan jalan gumam keduanya. Sesekali mereka berdua sama-sama lupa harus mengarah kemana, lalu sang dara dengan polosnya menggunakan jurus dan mantra andalan untuk mencari jalan “hom pipah alaikum gambreng, mak ijah pakai baju rombeng”  ke kanan mas, dan ajaibnya dengan mantra itu mereka memilih jalan yang benar, benar-benar nyasar , lalu tawa mereka pecah seketika suasana mencair dan kecanggungan itu hanya sebuah mitos yang dengan mudahnya hilang ditengah dua insan yang saling merindu.

Mereka memilih tinggal di kota istimewa dan mempesona; jogja, kota padat yang baru saja mereka tempati beberapa bulan yang lalu karena si suami harus melanjutkan studinya sembari bekerja dikota gudeg ini, menjadi pembenaran  kenapa mereka masih belum hafal jalan. Tapi bagi kebersamaan dan rindu yang menyertainya, nyasar adalah momen-momen indah yang menegangkan sekaligus menjadi quality time  yang mahal bagi pasangan muda yang sama-sama sibuk ini. Lalu pada suatu perempatan,

S : perempatan ini rasanya sudah kita lewati dua kali ya sayang?
I : iya mas, kenapa tak kita tanya saja sama penduduk disekitaran sini
S : coba sekali lagi pakai mantra mak ijah pakai baju rombeng mu sayang.
I : hom pipah alaikum gambreng, mak ijah pakai baju rombeng, kanan mas
S : hahahah awas kalau salah lagi kamu turun ya sayang
I : sama kamu turunya hahaha

Tiga puluh menit kemudian, dengan percaya dirinya dua anak manusia yang sama-sama pelupa ini merasa telah berada di jalan yang benar. Tapi sekali lagi mereka berada dijalan yang benar-benar tersesat dan benar-benar memusingkan. Lalu dengan sedikit gengsi si suami muda itu pun bertanya kepada salah satu bapak-bapak berperawakan preman dipinggir jalan,

S : Permisi pak numpang tanya
B : Iya mas
S : Ini kami dari tadi muter-muter dipasar giwangan terus pak, kalau mau keluar dan ke     Jl.Imogiri itu kearah mana ya pak?
B : oh gitu, sampean lurus aja terus mas, nanti ketemu jalan besar belok kiri lurus aja gak usah belok – belok sampe ketemu pertigaan belok kiri, terus lurus aja sampai ketemu coklt hepi Es  coklat di pertigaan, belok kiri , nah itu Jl. Imogiri mas.
S : Oh gitu ya pak, makasih ya pak
B : sampean orang baru ya mas disini?
S : Iya pak, baru pindah sama istri di sekitaran SMK berbudi itu pak rumah kami.
B : oh iya ya ya.. hati-hati aja mas.
S : iya pak, makasih ya pak


Lalu mereka kembali berlalu meninggalkan si bapak yang berperawakan preman itu yang masih dengan enjoy menikmati sebatang rokok kreteknya. Beberapa meter mereka berjalan sang suami bertanya pada dara manis dibelakangya,

S : sayang, inget gak kemana belok-belok nya kata bapak tadi?
I : loh bukanya mas tadi yang nanya-nanya?
S : mas lupa dek hehehehe
I : belok kiri, belok kiri terus kayaknya tadi mas
S : ya udah kita belok kanan terus aja ya ?
I : kenapa mas?
S : wajah bapak tadi meragukan , bisa-bisa kita ditipu sampai subuh gak keluar- keluar dari pasar giwangan ini sayang hahhaha
I : ya udah ikut aja mas, sambil sesekali merapatkan duduknya pada sang pemuda pujaan didepanya.

Malam semakin dingin saja, gelapnya tidak begitu terasa memekat karena kerlap-kerlip lampu kota telah menipu dua pasang mata yang sebenarnya tidak terlalu perduli ini sudah jam berapa atau bahkan mereka lupa bahwa mereka seharusnya telah tiba dirumah. Yang mereka ingat saat ini mereka tidak ingin seorang pun menganggu.

Berbekal sikap sok tau sang suami dan sikap nurut atau tepatnya pasrahnya si istri, akhirnya mereka berhasil menembus jalan utama yang tak asing lagi bagi mereka. Jalanan-jalanan malam ini terasa begitu romantis saja bagi mereka. Detik jam seolah berhenti disaat-saat seperti itu, saat dimana kebersamaan yang bulan pun tak tega untuk menyekanya.

S       : Sayang sudah makan belum tadi sebelum terbang?
I        : belum mas
S       : kita makan diluar aja ya, kamu mau makan apa malam ini sayang?
I        : iya mas, di soto ayam tempat bapak dulu sering makan ya
S       : Iya, dimana?
I        : disana mas, maju dikit lagi didepan
S       : gak nyasar lagi kan hahahah
I        : tidak menjawab (mencubit)
S       : gak mempan dicubit doang mah hahahah (ketawa sombong)
I        : Tidak menjawab…..
S       : hahahaha hadauuuuuuuu ( ketawa semi teriak histeris)
I        : katanya gak mempan
S       : ya jangan di kelitikin lah, curang banget sih hahahaha

Sampailah mereka disebuah warung soto legendaris, ini warung seperti biasa sekali kesan tampilanya. Tapi siapa yang menyangka kalau rasanya benar-benar luar biasa. Begitulah dulu ayah dari si istri sering menyampaikan kesanya terhadap soto ayam di warung ini. Entah berapa puluh tahun yang lalu,ketika si bapak masih muda dan sempat merantau kerja di jogja.

Malam itu mereka menutup pertemuan pertama mereka setelah seminggu berpisah dengan makan malam romantis. Malam semakin malam dan jalanan mulai sepi, tak mengapa hari ini banyak waktu yang terpotong dijalan-jalan yang sama berkali-kali. Nyasar malam ini mengajarkan satu hal, dimanapun, bagaimanapun kondisinya , asal bersama dengan orang terkasih semua itu bukanlah masalah, justru anugrah. Dan gara-gara tersesat itulah, waktu tempuh yang seharusnya 45 menit saja tuntas mereka garap dalam waktu 4 jam plus makan malam 30 menit, hahahaha. Bersambung*




Share:

0 komentar:

Post a Comment