إِنَّمَا
اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya
semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia
niatkan. [HR. Bukhâri, no. 1; Muslim, no. 1907; dari Umar bin al-Khaththâb
Radhiyallahu anhu]
Sampai kapan kita berkutat
pada niat yang tak kunjung juga bertrasnformasi kedalam bentuk laku. Sang diri
sudah lelah menasehati jasadnya sendiri agar jangan enggan mengayuh hari-hari
ini meskipun dengan merangkak sekalipun.
Ngumpulin niat. Begitulah
kurang lebih satu pledoi yang sering diucapkan para pemalas untuk membenarkan
lambatnya kinerja mereka. Kita sulit untuk membantah argumen itu, toh nyatanya
segala sesuatu gerak tubuh kita diawali dengan niat hati. Kalau hati tidak
mengamini inginya diri, tentu tidak akan terealisasi apa yang akan kita
inisiasi.
Sayangnya , otak sisi
emosional kita terkadang berakselerasi lebih cepat dari logikanya. Jadi gak
heran ya kita sering pengen ini,pengen itu tapi secara teknis pelaksanaanya gak
masuk akal untuk dilakukan, gak rasional. Kadang rasional tapi kita gak
ngelakuin step apa-apa untuk mencapainya, sama saja bohong kan ya? Itu ibarat
kita pengen jadi nelayan tapi pernah belajar berenang pun enggak. Nah hal-hal
seperti inilah yang kita tidak bisa menyebutnya sebagai keinginan yang
rasional, Itulah yang sering disebut mimpi. Beda dengan rencana, atau
cita-cita.
Kita selesai dengan bahasan
mimpi vs cita-cita ya. Saya masih gelisah dengan fenomena-fenomena yg
berhubungan dengan niat, seperti mager,
males, males gerak, males bangun, semua jenis males sama keluarga-keluarga
nya ya. Banyak contoh kasus dimana seseorang sudah ber’niat’ untuk
menyelesaikan tugas sekolahnya malah asik internetan , Fb-an dan lain sebagainya. Ada yang juga yang sudah standbay mau nge-draft skripsi pas sudah didepan laptop malah Nge-blog, hahaha ini gue banget! Kita sering berlagak
sok kuat kawan, nyatanya kita lemah. Kita lemah untuk melawan kemalasan kita,
ke-engganan kita dan itulah musuh kita sekarang.
Sesekali aku pun sering
meratapi kenapa aku selamah ini dalam melawan ketidak berdayaan semangat diri
dalam menggerakan raga lalu merealisasikan ingin yang hanya tinggal ingin karna
keburu basi dan tidak kunjung jua jadi-jadi.
Kadang ada sih faktor-faktor eksternal yang membuat niat kita jadi naik lagi,
tepatnya semangat kita. Itu yang sering ngingetin untuk terus semangat, yang
rajin kuliahnya , yang kayak gini nih disebut kata-kata sakti. Dari mereka
orang-orang tersayang ini lah kita jadi semangat lagi, inget sama niat kita
lagi. Biasanya kata-kata kayak gini Cuma orang-orang tertentu dan tersayang aja
yang ngucapin, kayak emak, bapak, istri, ciee yang diingetin istri hehehe. Makanya nanti kalau udah sukses jangan lupain mereka, orang-orang yang selalu ada disaat kamu jatuh bangun gini ya. Inget dibalik kesuksesan kita terdapat hak-hak orang-orang yang banyak berdoa untuk kita.
Finally,
Kalau
sudah malam begini, mana bisa aku berfikir berat-berat untuk menyusun kata-kata
ilmiah bersama rujukan-rujukannya. Bukan karena malamnya aku menjadi pesimis,
tapi karena rasa kantuknya aku gagal optimis. Lalu mau sampai kapan aku salah
gunakan waktu ini, tepatnya kita. Bukankah kita sama sama sudah faham arti
surat Demi masa? #Tulisan ini adalah
pengingat diri #selfreminder
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا
الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi
kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)
0 komentar:
Post a Comment