Tuesday, 23 May 2017

Niat Dan Waktu

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan. [HR. Bukhâri, no. 1; Muslim, no. 1907; dari Umar bin al-Khaththâb Radhiyallahu anhu]

Keduanya sering tidak stabil dan sering terlalaikan

Sampai kapan kita berkutat pada niat yang tak kunjung juga bertrasnformasi kedalam bentuk laku. Sang diri sudah lelah menasehati jasadnya sendiri agar jangan enggan mengayuh hari-hari ini meskipun dengan merangkak sekalipun.

Ngumpulin niat. Begitulah kurang  lebih satu pledoi yang sering diucapkan para pemalas untuk membenarkan lambatnya kinerja mereka. Kita sulit untuk membantah argumen itu, toh nyatanya segala sesuatu gerak tubuh kita diawali dengan niat hati. Kalau hati tidak mengamini inginya diri, tentu tidak akan terealisasi apa yang akan kita inisiasi.

Sayangnya , otak sisi emosional kita terkadang berakselerasi lebih cepat dari logikanya. Jadi gak heran ya kita sering pengen ini,pengen itu tapi secara teknis pelaksanaanya gak masuk akal untuk dilakukan, gak rasional. Kadang rasional tapi kita gak ngelakuin step apa-apa untuk mencapainya, sama saja bohong kan ya? Itu ibarat kita pengen jadi nelayan tapi pernah belajar berenang pun enggak. Nah hal-hal seperti inilah yang kita tidak bisa menyebutnya sebagai keinginan yang rasional, Itulah yang sering disebut mimpi. Beda dengan rencana, atau cita-cita.

Mimpi tak memiliki batasan dan tolak ukur yang pasti, landasanya cuman satu, imajinasi setinggi-tingginya  dimensi. Tapi cita-cita ia jelas, tak samar dan relaistis. Punya langkah-langkah dan berhubungan erat dengan situasi kita saat ini. Seorang  mahasiswa jurusan akutansi ingin sekali jadi seorang akuntan handal, itu cita-cita bukan mimpi buta!

Kita selesai dengan bahasan mimpi vs cita-cita ya. Saya masih gelisah dengan fenomena-fenomena yg berhubungan dengan niat, seperti mager, males, males gerak, males bangun, semua jenis males sama keluarga-keluarga nya ya. Banyak contoh kasus dimana seseorang sudah ber’niat’ untuk menyelesaikan tugas sekolahnya malah asik internetan , Fb-an dan lain sebagainya. Ada yang juga yang sudah standbay mau nge-draft skripsi pas sudah didepan laptop malah Nge-blog,  hahaha ini gue banget! Kita sering berlagak sok kuat kawan, nyatanya kita lemah. Kita lemah untuk melawan kemalasan kita, ke-engganan kita dan itulah musuh kita sekarang.

Sesekali aku pun sering meratapi kenapa aku selamah ini dalam melawan ketidak berdayaan semangat diri dalam menggerakan raga lalu merealisasikan ingin yang hanya tinggal ingin karna keburu basi dan tidak kunjung  jua jadi-jadi. Kadang ada sih faktor-faktor eksternal yang membuat niat kita jadi naik lagi, tepatnya semangat kita. Itu yang sering ngingetin untuk terus semangat, yang rajin kuliahnya , yang kayak gini nih disebut kata-kata sakti. Dari mereka orang-orang tersayang ini lah kita jadi semangat lagi, inget sama niat kita lagi. Biasanya kata-kata kayak gini Cuma orang-orang tertentu dan tersayang aja yang ngucapin, kayak emak, bapak, istri, ciee yang diingetin istri hehehe. Makanya nanti kalau udah sukses jangan lupain mereka, orang-orang yang selalu ada disaat kamu jatuh bangun gini ya. Inget dibalik kesuksesan kita terdapat hak-hak orang-orang yang banyak berdoa untuk kita.

Finally, Kalau sudah malam begini, mana bisa aku berfikir berat-berat untuk menyusun kata-kata ilmiah bersama rujukan-rujukannya. Bukan karena malamnya aku menjadi pesimis, tapi karena rasa kantuknya aku gagal optimis. Lalu mau sampai kapan aku salah gunakan waktu ini, tepatnya kita. Bukankah kita sama sama sudah faham arti surat Demi masa? #Tulisan ini adalah pengingat diri #selfreminder

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr: 1-3)
Share:

0 komentar:

Post a Comment