Tuesday, 6 June 2017

Pemuda dan peran vitalnya dalam menjaga Kebhinekaan



" Pemuda sebagai salah satu aset bangsa
dengan kualitas dan kuantitasnya memegang
peranan penting dalam mengendalikan opini publik
yang semakin hari semakin merongrong persatuan
dan menarget isu-isu kebhinekaan "
(Bayu Apriliawan,2017)

Pemuda dan kebhinekaan mulai mencuat paduanya sejak 28 oktober 1928, sebuah keniscayaan tetang membuncahnya keresahan-keresahan para pemuda atas permasalahan bangsa yang terkesan lamban dalam bergerak maju menuju kebebasan (Merdeka), karena adanya sekat-sekat perbedaan yang belum mampu untuk dikesampingkan. Para pendahulu pelopor persatuan negeri ini memiliki analisis tersendiri bahwa lamanya bangsa ini terjajah bukan karena sedikitnya pasukan, lemahnya strategi atau bahkan karena  minimnya persenjataan. Ada satu nafas yang hilang dalam sejarah-sejarah perjuangan bangsa ini dalam merebut kemerdekaan, nafas itu adalah persatuan.
Membangun barisan yang rapi dan kokoh dari kumpulan unsur kemajemukan ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan, setidaknya waktu 17 Tahun proses sumpah pemuda menuju merdekanya Indonesia adalah matematika sejarah yang nyata dan membuktikan bahwa mewujudkan indonesia yang bhineka tunggal ika itu membutuhkan waktu dan proses yang tidak sebentar. Kita tidak bisa meyalahkan kenapa Indonesia harus semajemuk ini, karena faktanya kemajemukan ini lebih tua dari Indonesia itu sendiri. Maka pola fikir yang kita kedepankan adalah kita mesti fokus pada solusi persatuanya dan bukan pada mengukur jengkal demi jengkal perbedaan yang ada.
Dalam menyikapi perbedaan, kita patut berbangga akan kebesaran jiwa bangsa ini yang mampu terus bertumbuh dan berdampingan secara damai dalam bingkai kemajemukan. Kita tentu tak ingin mengulang kelamnya sejarah, masa-masa dimana kita belum tersadarkan akan indahnya Indonesia dengan persatuan. Sejarah mencatat bahwa kita pernah dipecah belah pada era penjajahan Belanda dengan devide et impera-nya. Sejak negeri ini merdeka usaha-usaha untuk memecah keutuhan bangsa terus digulirkan sampai pada lepasnya timor leste dari pelukan ibu pertiwi dan munculnya banyak gerakan-gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, sudah menjadi resiko paling rasional dari negara kepulauan adalah keberagaman. Keberagaman bisa diartikan sebagai suatu kekayaan sekaligus sebagai suatu ancaman stabilitas jika tidak mampu dikelola dengan baik oleh para pengelola negara. Bangsa ini tidak boleh pesimis dengan energi ekstra yang harus secara adil didistribusikan kepada seluruh suku, ras dan agama. Karena nyatanya tujuh belas tahun sebelum merdeka, Muhammad Yamin dan tokoh pemuda yang lain mampu mengelola potensi keberagaman ini. Pertanyaanya adalah Indonesia abad ke20 ini sudah memiliki sosok-sosok pemuda sekaliber Muhammad Yamin-Muhammad Yamin yang lain atau belum, sosok-sosok muda yang menyadari bahwa persatuan adalah syarat mutlak Stabilnya negeri ini.
Hari ini, menjadi menarik membicarakan isu kebhinekaan ditengah maraknya isu-isu Rasisme dan perseteruan antar kelompok dan golongan. Pertanyaanya adalah, apakah  fenomena itu murni konflik atau hanya settingan pihak-pihak tertentu saja yang ingin mengambil keuntungan dari porak-porandanya persatuan bangsa ini.
Dalam beberapa bulan terakhir ini kita mendapati viralnya fenomena isu-isu kebhinekaan yang menerpa kestabilan politik negeri ini, yang pada akhirnya juga ikut menggangu kestabilan bermasyarakat secara umum. Kita tidak bisa menutup mata dan menafiqan bahwa sedikit banyak stabilisasi kehidupan berbangsa  kita tengah goyah sejak mencuatnya kasus penistaan agama oleh salah satu kendidat calon gubernur Pilkada DKI beberapa bulan yang lalu. Lambanya pihak-pihak terkait dalam penanganan kasus ini menghasilkan suatu dinamika tak terkendali dikalangan akar rumput yang puncaknya rakyat mempertanyakan keberadaan negara dalam penegakan hukum yang berkeadilan pada moment aksi-aksi yang berpusat di Jakarta.
Isu kebhinekaan ternyata semakin hangat meskipun kasus penistaan agama sudah masuk kategori ‘selesai’ , justru efeknya semakin terasa melewati ruang dan waktu dari asal mula isu ini beredar. Kasus pencegatan wakil DPR RI di Manado, penolakan Wasekjen MUI di kabupaten Sintang, Pontianak dan beberapa kasus lain yang ternyata akar masalahnya masih tidak jauh dari hal-hal berbau SARA. Beginilah kondisi mental bangsa kita dewasa ini seperti sumbu pendek yang mudah tersulut dan tebakar. Terlepas apakah ada campur tangan pihak luar yang sengaja menginginkan konflik-konflik ini, tapi untuk sekelas Indonesia , bangsa besar yang sudah 71 tahun merdeka seharusnya kita memiliki mental yang lebih dewasa dalam menghadapi provokasi dan propaganda yang ada.
71 tahun usia kemerdekaan, tidak serta merta diiringi kedewasaan masyarakat dalam berdemokrasi. Demokrasi yang menjamin partisipasi dan kebebasan rakyat mengandung unsur bahwa didalam pemerintahan terdapat campur tangan rakyat, pemerintahan mayoritas, perlindungan minoritas, kebebasan individual, kemerdekaan yang dijamin Undang-undang, partisipasi dalam perumusan konseptual maupun praktik. Dalam pelaksanaanya, sebagai sebuah negara yang penuh dengan perbedaan tentu diperlukan pemahaman yang utuh tentang konsep dan tujuan negara Indonesia merdeka. Refleksi terhadap 71 tahun kemerdekaan Indonesia ternyata Bangsa Indonesia masih belum mampu secara konsisten melaksanakan semboyan hidup Bhineka Tunggal Ika. Kita tidak mungkin dapat mencapainya jika perjuangan hanya dimaknai sebagai tanggung jawab sekelompok orang. Penting ada persatuan dan kesatuan dalam kebehinekaan dalam mewujudkan NKRI. Bangsa Indonesia harus tetap mewaspadai ketahanan negaranya, agar tidak terpecah-belah dalam menjaga jati dirinya sebagai suatu bangsa yang beragam budaya. Dimana peran pemuda dalam kondisi seperti ini?
Ketika kita berfokus tentang sumbangsih apa yang dapat dimaksimalkn pemuda-pemuda Indonesia dalam menjaga kebhinekaan negeri ini, kita akan menghadapi satu pertanyaan kenapa harus pemuda? Dapatkah tugas ikut serta menjaga kebhinekaan yang begitu berat ikut dan dapat dipikul pula oleh para pemuda? Selain merujuk tentang catatan gemilang pemuda pendahulu kita di masa lalu, ternyata secara global, saat ini pemuda menduduki ranking pertama jumlah generasi yang mendominasi penduduk dunia. Sedangkan di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2014, populasi pemuda mencapai sekitar 61,83 juta jiwa atau 24,53 persen dari jumlah penduduk Indonesia.  Bahkan pada Pemilihan Umum tahun 2014 pemuda menguasai kurang lebih 40 persen suara.Pada 2015 jumlah pemuda mencapai 62,4 juta orang sehingga jumlah kaum muda di Indonesia mencapai 25 persen dari seluruh penduduk Indonesia.
Jumlah pemuda yang besar tersebut sudah sepatutnya memberikan kontribusi yang positif terhadap pembangunan nasional.  Pemuda harus menjadi bagian yang dipertimbangkan serta tak terpisahkan dalam proses-proses pembangunan. Pembangunan yang dimaksud diantaranya adalah membangun budaya dan membangun pola pikir masyarakat Indonesia secara umum. Pemuda punya kuantitas dan pemuda memiliki intelektual yang jelas melampaui generasai-generasi sebelumnya sehingga untuk mewarnai pola fikir dimasyarat sekitarnya dan lingkunganya bukanlah suatu hal yang sulit dan mustahil.

Penguasaan teknologi dan memegang peranan penting sebagai bagian dari lini masa khususnya di media sosial merupakan kelebihan utama yang tidak dimiliki oleh generasi orang tua kita. Ditengah beralihnya kecendrungan masyarakat Indonesia atas sumber informasi yang bergeser dari media mainstream  ke media sosial seperti instagram, facebook, whatsapp, BBM  dan media sosial lainya, pemuda menjadi semakin kuatnya peran-nya dalam menjaga kebhinekaan dan situasi kerukunan bersosial. Kita punya kuantitas dan kita punya sarana, kenapa energi yang luar biasa ini tidak dikelola  untuk kebaikan dan kebermanfaatan, mari semangat menjaga keutuhan bangsa.

Catatan : Tulisan yang saya post ini adalah versi lengkap dan versi aslinya, karena untuk yang diterbitkan di  koran , sudah ada beberapa yang di sunting oleh editor dan ada beberapa paragraf yang dipotong, sehingga ada beberapa yang kurang match, semoga versi lengkap ini dapat membantu pembaca dalam menyelami apa yang saya gundahkan シ
Share:

0 komentar:

Post a Comment