Saturday, 20 May 2017

Tentang cita-cita dan Narasi besar Pemuda

*** 
Sekali lagi, tulisan ini bukanlah penghakiman benar atau salah, ini hanya kegelisahan dan kegelisahan ini pun tentu tidak juga selalu benar. Mari sekali lagi kita mencita-citakan sesuatu yang besar dari diri untuk Negeri. Insya Allah sejauh ini, bercita-cita besar atau kecil sama saja, sama-sama gak bayar dan sama-sama belum terjadi. So, mari ambil lentingan mimpi yang paling maksimal dengan jangkauan kebermanfaatan terluas yang bisa kita jangkau.

***

Dalam perspektif sejarah, kita menemukan banyak kisah heroisme para tokoh-tokoh pemuda. Kita memahami bahwa peristiwa-peristiwa besar dimasa lampau sangat erat kaitanya dengan pemuda. Pemuda bukan hanya sebagai golongan usia yang menjadi pelengkap ditataran komunitas masyarakat, tapi sebagai pembangun utamanya, dulu.

Zaman telah menggerus taji para pemuda disekeliling kita. Yang kita dapati saat ini  adalah fakta menyedihkan tentang menurunya kualitas dan kapasitas gerak dari pemuda itu sendiri. Menyimpulkan kondisi saat ini erat hubunganya dengan bagaimana kita melakukan komparasi-komparasi ilmiah dengan keadaan masa lalu. Disini kita harus objektif dalam memandang permasalahan .

Dalam benak semua orang yang setidaknya sedikit saja membaca tentang sejarah, maka akan ditemui sedikitnya dua momentum besar yang melibatkan pemuda didalamnya. Bukan sebagai pengekor tapi sebagai inisiator dan eksekutor.

Muncul dan berkembangnya islam ditanah jazirah arab, merupakan bukti konkrit dimana Allahh SWT, telah menempatkan pemuda dalam garis sejarah yang istimewa. Nabi Muhammad SAW adalah sample ideal bagaimana seorang pemuda seharusnya mau dan mampu menyusun eskalasi besar dalam  perbaikan-perbaikan. Terbukti , nilai-nilai kepemimpinan yang berkelas itu pada akhirnya diteruskan oleh Abu bakar, Umar , Usman ,Ali dan pemimpin muda lainya.

Jauh melompati ruang dan waktu, cadas dan kerasnya batu penjajahan di bingkai sejarah Negeri kita tercinta ini, telah melahirkan banyak pemuda sebagai pemikir-pemikir handal, inisiator perubahan dan sekaligus eksekutor yang cermat dan berani dalam mengambil keputusan. Keputusan-keputusan yang mereka ambil pun bukan hal-ihwal yang remeh-temeh, tapi keputusan besar yang pada akhirnya membawa kita dalam kondisi saat ini, merdeka!!!

Benar adanya bahwa kita tidak boleh menganggap remeh pencapaian para pemuda-pemuda inspiratif dewasa ini. Banyak bermunculan tokoh-tokoh muda dengan berbagai spesialis bidang masing-masing menunjukan konsistensi mereka dalam berkarya. Lalu apa yang kurang dari pemuda-pemuda masa kini?

Kita menyadari bersama bahwa, pembeda antara generasi satu dan generasi lainya adalah pola pikir yang output nya adalah peradaban. Pencapaian yang besar hanya bisa dicapai dengan eskalasi yang luar biasa, eskalasi yang luar biasa hanya bisa dicapai dengan mimpi-mimpi besar, dan orang yang berani bermimpi besar adalah orang-orang yang memiliki pemikiran-pemikiran besar.

Trend yang ada saat  ini, pemuda-pemuda bertransformasi menjadi para penggerak-penggerak perubahan pada bidang-bidang tertentu, spesialist bahasa keren-nya. Tidak salah, sama sekali tidak salah. Tapi meninggikan sisi egoisme bidang fokus tertentu dan terkesan parsial dalam bergerak juga kurang maksimal dampaknya.

Mari kita perhatikan, berapa banyak tokoh pemuda yang selain dia sebagai seorang penggerak sosial, dia juga pebisnis handal, penulis hebat dan memiliki bidang kontribusi lainya? Yang kita temui saat ini, kita mengkotak-kotak kan arah kontribusi pribadi kita hanya pada batasan-batasan tertentu, ini point utama kegelisahan penulis.

Frame yang ada tidak melatih kita untuk berkontribusi secara luas diberbagai bidang, dan cita-cita yang kita narasikan sebagai generasi muda masa kini masih terkesan malu-malu dan takut-takut. Akankah Indonesia ini merdeka jika para pemuda masa lalu hanya fokus pada gerakan sosial santunan rakyat miskin, atau hanya fokus untuk menjadi penggerak hanya dibidang pendidikan saja? bukankah Ir. Soekarno selain sebagai akademisi, penulis juga sosok yang tidak serta merta melupakan tanggung jawab pada Negeri yang ia tempati, sekalipun ia sebenarnya sudah cukup mapan dengan kehidupan pribadinya. Lalu mari kita bertanya pada diri kita sendiri, Berapa orang pemuda hari ini yang merasa gelisah dengan kondisi Negaranya?


Maka, mari kita selaraskan kegelisahan kita bersama-sama, bahwa kontribusi terbaik yang dapat kita berikan pada Negeri ini adalah kontribusi sebagai pemimpin. Bukan jabatan pemimpin, tapi pemimpin dengan makna sesungguhnya. Karna kita menyadari, Indonesia hari ini bukanlah negara miskin yang kekurangan sumber daya Alam. Kita hanya kekurangan orang-orang yang memiliki rasa kesadaran bahwa dirinya adalah pemimpin. Mari bersama-sama bercita-cita besar, bernarasi besar dengan menyiapkan jiwa dan kapasitas diri yang besar pula.

Sekali lagi, tulisan ini bukanlah penghakiman benar atau salah, ini hanya kegelisahan dan kegelisahan ini pun tentu tidak juga selalu benar. Mari sekali lagi kita mencita-citakan sesuatu yang besar dari diri untuk Negeri. Insya Allah sejauh ini, bercita-cita besar atau kecil sama saja, sama-sama gak bayar dan sama-sama belum terjadi. So, mari ambil lentingan mimpi yang paling maksimal dengan jangkauan kebermanfaatan terluas yang bisa kita jangkau.


Mei,2017
Kamar terasing
Disela-sela kejenuhan
mengerjakan Screepsweet
Share:

0 komentar:

Post a Comment