***
Sekali lagi, tulisan ini bukanlah penghakiman benar atau salah, ini hanya kegelisahan dan kegelisahan ini pun tentu tidak juga selalu benar. Mari sekali lagi kita mencita-citakan sesuatu yang besar dari diri untuk Negeri. Insya Allah sejauh ini, bercita-cita besar atau kecil sama saja, sama-sama gak bayar dan sama-sama belum terjadi. So, mari ambil lentingan mimpi yang paling maksimal dengan jangkauan kebermanfaatan terluas yang bisa kita jangkau.
***
Dalam perspektif sejarah, kita
menemukan banyak kisah heroisme para
tokoh-tokoh pemuda. Kita memahami bahwa peristiwa-peristiwa besar dimasa lampau
sangat erat kaitanya dengan pemuda. Pemuda bukan hanya sebagai golongan usia
yang menjadi pelengkap ditataran komunitas masyarakat, tapi sebagai pembangun
utamanya, dulu.
Zaman telah menggerus taji para pemuda disekeliling kita. Yang
kita dapati saat ini adalah fakta
menyedihkan tentang menurunya kualitas dan kapasitas gerak dari pemuda itu
sendiri. Menyimpulkan kondisi saat ini erat hubunganya dengan bagaimana kita
melakukan komparasi-komparasi ilmiah dengan keadaan masa lalu. Disini kita
harus objektif dalam memandang permasalahan .
Dalam benak semua orang yang
setidaknya sedikit saja membaca tentang sejarah, maka akan ditemui sedikitnya
dua momentum besar yang melibatkan pemuda didalamnya. Bukan sebagai pengekor
tapi sebagai inisiator dan eksekutor.
Muncul dan berkembangnya islam
ditanah jazirah arab, merupakan bukti konkrit dimana Allahh SWT, telah
menempatkan pemuda dalam garis sejarah yang istimewa. Nabi Muhammad SAW adalah sample ideal bagaimana seorang pemuda
seharusnya mau dan mampu menyusun eskalasi besar dalam perbaikan-perbaikan. Terbukti , nilai-nilai
kepemimpinan yang berkelas itu pada akhirnya diteruskan oleh Abu bakar, Umar ,
Usman ,Ali dan pemimpin muda lainya.
Jauh melompati ruang dan waktu,
cadas dan kerasnya batu penjajahan di bingkai sejarah Negeri kita tercinta ini,
telah melahirkan banyak pemuda sebagai pemikir-pemikir handal, inisiator
perubahan dan sekaligus eksekutor yang cermat dan berani dalam mengambil
keputusan. Keputusan-keputusan yang mereka ambil pun bukan hal-ihwal yang
remeh-temeh, tapi keputusan besar yang pada akhirnya membawa kita dalam kondisi
saat ini, merdeka!!!
Benar adanya bahwa kita tidak boleh
menganggap remeh pencapaian para pemuda-pemuda inspiratif dewasa ini. Banyak
bermunculan tokoh-tokoh muda dengan berbagai spesialis bidang masing-masing menunjukan konsistensi mereka dalam
berkarya. Lalu apa yang kurang dari pemuda-pemuda masa kini?
Kita menyadari bersama bahwa,
pembeda antara generasi satu dan generasi lainya adalah pola pikir yang output nya adalah peradaban. Pencapaian
yang besar hanya bisa dicapai dengan eskalasi yang luar biasa, eskalasi yang
luar biasa hanya bisa dicapai dengan mimpi-mimpi besar, dan orang yang berani
bermimpi besar adalah orang-orang yang memiliki pemikiran-pemikiran besar.
Trend yang ada saat ini,
pemuda-pemuda bertransformasi menjadi para penggerak-penggerak perubahan pada
bidang-bidang tertentu, spesialist bahasa
keren-nya. Tidak salah, sama sekali tidak salah. Tapi meninggikan sisi egoisme bidang fokus tertentu dan
terkesan parsial dalam bergerak juga kurang maksimal dampaknya.
Mari kita perhatikan, berapa banyak
tokoh pemuda yang selain dia sebagai seorang penggerak sosial, dia juga
pebisnis handal, penulis hebat dan memiliki bidang kontribusi lainya? Yang kita
temui saat ini, kita mengkotak-kotak kan arah kontribusi pribadi kita hanya
pada batasan-batasan tertentu, ini point utama kegelisahan penulis.
Frame yang
ada tidak melatih kita untuk berkontribusi secara luas diberbagai bidang, dan
cita-cita yang kita narasikan sebagai generasi muda masa kini masih terkesan
malu-malu dan takut-takut. Akankah Indonesia ini merdeka jika para pemuda masa
lalu hanya fokus pada gerakan sosial santunan rakyat miskin, atau hanya fokus
untuk menjadi penggerak hanya dibidang pendidikan saja? bukankah Ir. Soekarno selain sebagai akademisi, penulis juga sosok yang tidak serta merta melupakan tanggung jawab pada Negeri yang ia tempati, sekalipun ia sebenarnya sudah cukup mapan dengan kehidupan pribadinya. Lalu mari kita bertanya pada diri
kita sendiri, Berapa orang pemuda hari ini yang merasa gelisah dengan kondisi
Negaranya?
Maka,
mari kita selaraskan kegelisahan kita bersama-sama, bahwa kontribusi terbaik
yang dapat kita berikan pada Negeri ini adalah kontribusi sebagai pemimpin.
Bukan jabatan pemimpin, tapi pemimpin dengan makna sesungguhnya. Karna kita
menyadari, Indonesia hari ini bukanlah negara miskin yang kekurangan sumber
daya Alam. Kita hanya kekurangan orang-orang yang memiliki rasa kesadaran bahwa
dirinya adalah pemimpin. Mari bersama-sama bercita-cita besar, bernarasi besar
dengan menyiapkan jiwa dan kapasitas diri yang besar pula.
Sekali lagi, tulisan ini bukanlah penghakiman benar atau salah, ini hanya kegelisahan dan kegelisahan ini pun tentu tidak juga selalu benar. Mari sekali lagi kita mencita-citakan sesuatu yang besar dari diri untuk Negeri. Insya Allah sejauh ini, bercita-cita besar atau kecil sama saja, sama-sama gak bayar dan sama-sama belum terjadi. So, mari ambil lentingan mimpi yang paling maksimal dengan jangkauan kebermanfaatan terluas yang bisa kita jangkau.
Mei,2017
Kamar terasing
Disela-sela kejenuhan
mengerjakan Screepsweet
0 komentar:
Post a Comment