Saturday 24 December 2016

Berdamai dengan Hati

Berdamai dengan Hati
Judul yang mungkin terkesan hiperbola, tapi ini adalah fenomea yang sebenarnya mengitari hari – hari semu kita. Kata berdamai menegaskan bahwa dalam pribadi-pribadi kita sejatinya acap kali bermusushan dengan nya (baca:hati). Dan kenapa kemudian opini yang digiring adalah kita harus berdamai dengan hati? Karna sungguhpun kita mencoba memusuhinya seumur hidup kita, tiada rasa lain selain sakit yang akan kita derita sendiri. Ingat hati adalah bagian dari diri kita, rasa kita, maka HATI adalah KITA.
***
Dalam berbagai kesempatan para ulama telah banyak menyampaiakan bahayanya penyakit hati, ya itu iri, dengki, dan kroco-kroconya. Lebih dari itu saya disini ingin  mengajak berdiskusi dengan pribadi kita masing-masing tentang gejolak-gejolak batin, yang saya sendiri menyebutnya sebagai pertempuran dengan hati.

Kita tidak bisa menafiqan bahwa kehadiran-kehadiran gejolak tersebut seringkai muncul dalam situasi yang sebenarnya kita tidak pernah inginkan, bahkan pasca kejadian kita lebih sering menyesalinya ketimbang berpuas diri atas nya. Sebut saja kemarahan sesaat, emosi dan lain-nya, contoh kasus yang menjadikan hati sebagai musuh yang pada saat-saat seperti itu sulit ditaklukan.

Sedikit akan disampaiakan tentang bagaimana saya memandang jenis-jenis potensi pertempuran hati dan bentuk hulu nya yang akan dihasilkan hati dari laku-laku para pribadi yang tumbang karenanya, bisa jadi saya bisa jadi anda adalah para petarung petarung yg kalah itu :

1. Kemarahan
Marah adalah keniscayaan atas kekecewaan kelas berat yang tak memungkinkan lagi untuk dipendam. Benar adanya bahwa didunia ini ada orang-orang yang bisa menahan amarahnya sampai berabad-abad lamanya. Apakah ini baik? Tentu saja tidak, marah itu penyakit , seperti darah kotor yang seyogyanya dikeluarkan dalam apapun bentuknya. Pernah tau kasus mutilasi di televisi-televisi? Apa motifnya? Siapa pelakunya?mari perhatikan, kejahatan kriminal tingkat tinggi seperti itu terjadi, ketika seseorang telah terlalu lama memendam kemarahanya sampai pada titik nadir, tidak mampu memanajemmenya dan wassalam. Itulah akhirnya, dia tak mampu menyampaiakn marahnya dalam kata-kata, tapi dalam laku nyata, konkrit, mutilasi !

Lalu apakah menjadi sosok yang sedikit-sedikit menyampaiakn kemarahanya itu solusi? Tentu bukan, bukan sekali lagi saya tegaskan. Tapi , setidaknya dia termasuk orang-orang terbuka, transparan dan tidak mau memendam amarah sehingga terakumulasi sedemikian rupa dan jatuhnya akan menyiksa batin-nya sendiri. Dan biasanya org-org semacam ini, sudah marah ya sudah, selesai.

So , bagaimana jalan terbaiknya? Berdamailah dengan hati, manajemen marah ada kaitanya dengan manajmen sabar dihati kita. Berdamailah dengan hati.

2. Masa lalu
Berdamai dengan masa lalu, sejatinya adalah mengikhtiarkan berdamai dengan hati kita sendiri. Entah itu masa lalu kita sendiri (trauma pribadi) atau masalalu orang lain, mari kita sama sama berhitung berapa banyak sebuah keluarga, yang hancur karena masa lalu kelam dari pasangan hidupnya dan karena ketidakmampuan untuk memanajemen perdamaian dengan hati itu (baca : memaafkan). 

Rasa-rasanya, hanya 1% orang didunia ini yang mampu benar-benar berdamai dengan masalalu ini, utama nya adalah kaum adam. Kenapa , karena pria cenderung melihat wanita dari bagaimana track record dimasalalunya, berlawanan dengan wanita yg melihat pria tentang bagaimana prospek masa depanya. Wajar saja jika dalam hal ini, kawan-kawan(pria) lebih sulit berdamai dengan masa lalu yg kelam.

Bagaiamana dengan masa lalu pribadi? Berapa banyak anak korban bencana alam atau anak korban kekerasan yang dimasa berikutnya menjadi pribadi yang tertutup dengan trauma-trauma masa lalunya? Tentu tidak semuanya seperti itu, banyak juga yang justru bisa bangkit dari keterpurukan.

Dalam hal ini, tidak ada solusi selain mengikhlaskan utk memaafkan. Memaafkan masa lalumu, memafkan masa lalu orang-orang disekitarmu, memaafkan masa lalu orang-orang terkasihmu, dan berfikirlah bahwa kesalahan kesalahan yang “berhak” untuk kau gugat adalah kesalahan-kesalahan yg ia lakukan setelah bersamamu.

3. Frustasi 
Ini adalah gabungan dari beberapa varian koloni-koloni penyakit hati yang menyeringai memasuki relung-relung hati manusia-manusia rimah-rimah, bisa jadi aku, bisa jadi kamu. Frsutasi adalah output dari gabungan antara kekecewaan, putus asa, kejatuhan berkali-kali dan ke engganan untuk bangkit lagi.

Sulit berdamai dengan hati dalam kondisi seperti ini, jangankan berdamai dengan hati, dengan logikanya dia tidak bersahabat biasanya sih begitu. Solusinya bawa ke ahli psikologis atau di rukhiyah hehehe.

4. Malas 
Berdamai dengan hati, tidak melulu pada hal-hal yang berat-berat saja geng, perkara malas adalah perkara tentang berdamai dengan hati. Malas yang ada dan melanda kita meskipun musiman, terkadang muncul karena kita tidak bisa berdamai dengan prasangka-prasangka keletihan dan frame-frame bahwa hari esok masih ada dan badan ini butuh bersantai.

Simple ya, tapi sekali lagi ini pusat kendalinya adalah dihati. Otak dan logika kita hanya sebagai dewan pertimbangan, dewan penasehat saja, selebihnya pengambil kebijakan dan arah gerak tubuh ini ada di suasana hati.

5. Cemburu 
Lucu emang, tapi ini cukup akut untuk masalah hati yang melibatkan orang lain diluar pribadi kita. Cemburu adalah paduan antara rasa kecewa, tidak terima dan apalah-apalah yang nampaknya begitu rumit dijelaskan dengan bahasa manusia, waduh!

Asbab cemburu itu banyak jenisnya, ada yg tidak mau ketika ada orang lain yang diperlakukan sama denganya (iya lah misal ada istri yang juga manggil suami orang dengan panggilan yg sama dengan cara dia manggil suaminya, misal mas, daddy, ayah dll). Hanya permisalan!

Ada yang karena hal-hal yang lebih prinsipp lagi. Saya memandangnya ini sebgai sebuah fitrah yang sebenarnya akan tidak baik juga jika dalam hati seorang suami/istri tidak memiliki rasa cemburu ini (maaf ya bahasanya jadi agak overdosis gini), tapi setidaknya dalam kasus ini, sekali lagi jika kita mamapu memanajemenya, justru sangat baik . Karena, ternyata Kecemburuan fitrah yang demikian juga dimiliki oleh kalangan sahabat Nabi yang laki-laki. Sebagian sahabat Rasulullah pernah mempunyai rasa cemburu yang agak berlebihan, seperti Umar bin Khatab dan Zubair bin Awwam. Mengenai kecemburuan Umar, dikisahkan sebuah hadits dimana Rasulullah menceritakan: “Ketika aku tidur, aku bermimpi bahwa diriku ada di surga. Tiba-tiba ada seorang wanita sedang berwudhu di dekat sebuah istana surga. Aku bertanya, ‘milik siapa istana itu?’ mereka mengatakan, ‘milik Umar’, lalu aku teringat pada kecemburuan Umar, segera saja aku pergi berlalu. Umar lantas menangis mendengar cerita beliau seraya berkata, ‘Apakah kepadamu aku akan cemburu wahai Rasulullah?’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan Sa’ad bin Ubadah pernah berkata: “Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama isteriku, niscaya aku pukul ia dengan pedang pada bagian yang tajam (untuk membunuhnya).” Maka Rasulullah berkata, ‘apakah kalian heran akan kecemburuan Sa’ad, sungguh aku lebih cemburu daripadanya dan Allah lebih cemburu daripadaku.’” (HR. Bukhari dan Muslim). Qais bin Zuhair juga pernah berkata: “Aku ini adalah tipe orang yang memiliki sifat pencemburu, orang yang cepat merasa bangga dan memiliki perangai yang kasar. Akan tetapi, aku tidak akan merasa cemburu, sampai aku melihat sendiri dengan mata kepalaku. Aku juga tidak merasa bangga sampai aku berbuat sesuatu yang patut untuk dibanggakan. Aku juga tidak akan berlaku bengis sampai diriku benar-benar dizhalimi.”

Setidaknya dengan gambaran dari para sahabat-sahabt nabi dengan karaktaer ‘pencemburunya’ , kita lihat response seragam yang ditunjukan Rasulullah SAW, tidak melarang, bahka beliau mengatakan bahwa beliau lebih pencemburu lagi, dan Allah lebih pencemburu lagi darinya.

Gengs, point point dan subpoint penjabaran (tepatnya cua cuap kosong) dari penulis, hanyalah sebuah alunan bahasa rasa, bagaiaman kemudian kita berusaha untuk terus menghidupkan budaya diskusi, sekalipun harus berdisukusi dengan diri sendiri, dengan menulis, dengan merenung.

Solusi global dari kesemuanaya adalah manajemen hati, atau bahasa Aa’ gym nya itu manajemen Qolbu, toh sebenarnya sekarang kita menyadari bahwa sakit hati, kecewa, frustasi, cemburu dan ain sebagainya, adalah kondisi real hati yang tengah mencoba memusuhi kita. Mari kita negosiasi dengan hati, berdamai denganya. Dengan caa memanajemen hati dan mendekatkan diri dengan sang pemilik hati dan pembolak-balik hati Allah SWT.

***


Share:

0 komentar:

Post a Comment