Wednesday, 17 January 2018

30 Menit Bersama Bapak

Oleh Bayu Apriliawan




Gambar terkait
Siang itu seperti biasanya, sepulang sekolah aku akan bergegas berganti pakaian lalu cepat-cepat menyusul Bapak bekerja. Ya , sebagai anak sulung aku dan segenap tenagaku sangat dibutuhkan untuk menopang kerja-kerja bapak dalam mengerjakan beberapa bangunan. Bayaran harian untuk satu orang tentu tidak cukup untuk membiayai makan keluarga kami sehari-hari, sehingga aku harus ikut turun kerja meskipun hanya sebagai tukang aduk semen.


Aku : Makkk, Bungkusan makan siang untuk bapak mana mak?

Emak : Itu mak tarok di gantungan deket pintu dapur, kamu ambil ya nak..

Aku : Iya mak, aku berangkat nyusul bapak sekarang ya?

Emak : Kamu makan dulu dirumah, baru nyusul bapak nak..

Aku : Iya mak, aku makan sama bapak aja disana nanti..

Emak :Ya sudah emak tambahin dulu nasinya, soalnya itu porsi untuk bapak saja kurang..kalau Kamu ikut-ikutan makan bapakmu kurang nanti.

Aku : Iya mak..

Ibuku yang sedang mencuci piring dikamar mandi yang letaknya diluar rumah kemudian beranjak dan dengan telaten membuat bungkusan satu porsi nasi lagi. Diambilnya nasi dua centong ditambahkan lauk sayur kangkung tak ketinggalan sambal terasi dan ikan asin sebagai lauk pamungkas.

Emak : Ini kamu bawak pelan-pelan, gak usah negebut-ngebut ya nak

Aku : iya makk

Aku berpamitan dengan mencium tangan ibuku. Ku engkol motor tua yang sehari-hari kupakai untuk mengantar bapak kerja dipagi hari, berangkat sekolah lalu pulang dan untuk mengantar nasi siangnya, selalu seperti itu rutinitas ku.

Perjalanan menuju tempat kerja cukup jauh,bapak kali ini bekerja didesa sebelah, 30 menit dari rumah jika ditempuh dengan bermotor dengan kecepatan 60 km perjam. 

30 menit kemudian…


Aku : pak bangun..sudah sholat dzuhur belum pak..?

Bapak : Iya nang, bapak sudah sholat, ini baru ngeliyep (tidur sebentar, istirahat) 5 menitan eh kamu sudah datang

Aku : Ya udah pak, ayo kita makan dulu aku juga belum makan dari rumah, pengen makan bareng bapak.

Bapak : Emakmu bawakin lalapan enggan nang?

Aku : Enggak pak, ada sayur sama ikan asin aja..

Bapak : coba kamu jalan kebelakang sana, ada terong lalap, ambil beberapa saja untuk lalap kita.

Aku : Iya pak..

Bapak memang suka lalap , seperti aku. Hampir setiap hari emak selalu membuat sambal terasi untuk menu makan kami. Sambal terasi sudah seperti menu wajib.

Gambar terkait
source image : priestsforlife.com

Selama aku SMA, setiap hari aku selalu memiliki rutinitas membantu bapak menggarap borongan kerjanya. Kadang diminta untuk mengerjakan bangunan rumah, kadang buat toilet, kadang renovasi masjid. Macam – macam lah kerjaan dan karya – karya kami berdua. 

Ya , kami benar-benar mengerjakanya hanya berdua, bapak sebagai tukang utamanya dan aku sebagai tukang aduk semen atau bahasa kerennya itu “kenek”. Sebagai kenek, aku bertugas untuk mengyiapkan semua keperluan tukang utama yaitu bapakku sendiri seperti mwnyiapkan peralatannya seperti skop, cetok, ember kecil, scrap dan lain-lain. Termasuk didalamnya adalah menyiapkan adonan semen yang telah diaduk matang, batu bata yang akan dipasang atu keramik yang akan dipasang.

Aku belajar banyak tentang dunia pertukangan bangunan melalui bapakku, menurutku meskipun bapak tidak pernah mengenyam pendidikan di bidang arsitektur tapi keahlinya mengerjakan bangunan-bangunan yang pernah kami selesaikan sangat mengagumkan. Dia bahkan bisa menaksir berapa biaya yang habis untuk membangun sebuah bangunan dengan ukuran tertentu. ak-cita rumahku bahkan bercita-cita rumahku kelak bapak yang akan merancangnya.

5 Jam kemudian...

Bapak : Nang, beresi semua peralatan, sebentar lagi magrib ayok kita pulang

Aku : Iya pak

Bapak : Kamu nanti kalau jadi kepala keluarga, semua pekerjaan harus kamu jalanin sampai semua kebutuhan keluargamu terpenuhi, sekolah yang bener, harus kuliah biar gak susah kayak bapak hari ini, sampai buat kamu susah juga..

Aku : Enggak kok pak, aku seneng bisa bantuin bapak..

Bapak : Kamu harus sukses duluan nang biar bisa kuliahin adikmu

Aku : Iya pak, doakan aku bisa kuliah pak tahun depan..

Sekarang usianya sudah senja, meskipun belum bisa dipanggil kakek karena aku belum punya anak, istri saja belum. Tapi dia masih menekuni profesi tukang bangunan itu untuk membiayai kuliahku selama empat tahun ini. Semua kenangan kami berdua mengerjakan beberapa project selalu memiliki cerita didalamnya.

Seingatku karya fenomenal kami adalah masjid disebuah desa, perpustakaan SMA, dua rumah, jembatan penghubung dua desa yang pada akhirnya karena pengerjaan jembatan ini tanganku harus memiliki tanda bekas luka permanen yang cukup besar karena sebuah kecelakaan kerja. Aku menikmati setiap detik kenangan bersama bapak, sungguh aku malu untuk mengakui dihadapanya bahwa aku sangat menyayanginya. Ya, karena sesama lelaki biasanya tidak pernah saling mengutarakan rasa dalam bentuk kata.

Karena seringnya kami berangkat dan pulang kerja bersama, setidaknya dalam satu hari aku selalu menikmati dan menanti-nanti perjalanan pulang kerja kami yang 30 menit itu. Beliau selalu bercerita dan berpesan banyak hal padaku.

Pernah dalam sebuah perjalanan bapak menceritakan masa mudanya yang begitu keras, ia menceritakan itu ketika aku terlebih dahulu bercerita tentang latihan silatku tadi malam.

Aku : pak , semalem aku sambung (sparing) silat dengan lawan yang lebih besar loh pak Karena semalam itu pelatihnya sedikit, aku terpaksa naik gelanggang 3 kali, keren Gak tuh? Heheheh

Bapak : pendekar itu jangan cepet puas, kamu harus bisa menguasai ilmu rendah diri, Karena kebanyakan pendekar hebat dijaman bapak dulu mati konyol justru karena Kesombongannya…

Aku : Oh gitu ya pak, bapak dulu suka sombong gitu ya? Hayo ngaku

Bapak : Bapak dulu memang suka merantau keliling kesana-kemari nyari guru silat, pas Bapak udah ahli dan punya banyak murid, bapak dulu seneng nantangin perguruan Lain untuk duel sama gurunya, kalau gurunya kalah muridnya untuk bapak dulu..

Aku : Terus bapak menang terus?

Bapak : ya sebelum ketemu sama mbah Dibyo, guru yang sekarang kamu latian silat itu

Aku : jadi bapak kalah sama Perguruan aku ya hahahahah

Bapak : Iya, mbah Dibyo dulu yang buat bapak tobat, gak sombong lagi.. makanya pas kemaren kamu mintak latian silat sama bapak, bapak mintak kamu latian silatnya sama perguruanya mbak Dibyo saja, ya karena bapak pengen kamu lebih hebat dari bapak.

Aku : ooo, (sambil manggut-manggut)

Bapak : Tapi ingat satu hal nang..

Aku : Apa itu pak?

Bapak : Jaman sekarang, ilmu silat itu gak menjadi penentu keselamatan lagi. Bapak dulu belajar silat karena kalau merantau kemana-mana gak punya bekal beladiri , bahaya, karena gak bisa buat jaga diri. Kalau sekarang semua sudah serba modern, mau sehebat apapun silat kamu kalau ditembak pakai pistol jarak jauh aja sudah abis kamu nang.

Aku : jadi gimana pak? Isi ilmu kebal ya, kan di silat ada ilmu kebal pak..

Bapak : Semua ilmu kebal itu ada kelemahanya, tapi ada satu ilmu yang bisa membuat kamu aman dimanapun kamu berada.

Aku : ilmu apa itu pak? Bapak bisa wariskan ke aku?

Bapak : Ilmu sabar nang. Orang yang sabar, dimanapun ia berada orang tak akan mencelakainya karena ia memiliki sifat pengalaha, menghindari perseteruan dan permusuhan. Orang yang seperti ini tidak aka nada yang benci sehingga dia tidak akan punya musuh maka hidupnya akan aman dimanapun ia berada.

Pesan itulah yang selalu kuingat sampai sekarang. Dan karena pesan itu pula aku yang dulu sangat getol mengikuti semua pelatihan ilmu tenaga dalam pencak silat, perlahan mulai mengendur. Aku fikir tujuan dari hidup ini adalah damai dan ketentraman, apa yang bapak bilang benar, selama kita bersikap baik dan sabar kita tak akan punya musuh.

Yah, semua kenangan bersama bapak akan menjadi sebuah perjalanan cerita penuh pesan yang akan aku ingat sepanjang perjalanan hidup ini. Aku harap aku bisa membahagiakan bapak disisa hidupnya saat ini. 

Hasil gambar untuk talk with father in motorcycle
Hanya Gambar Ilustrasi ^_^

Setiap hari selama tiga tahun selalu ada 30 menit yang ku tunggu-tunggu. 30 menit perjalanan kami berdua pulang mengendarai motor tua merk supra fit lama yang knalpot selalu menyemburkan asap pengusir nyambuk setiap harinya.

30 menit yang selalu aku rindukan karena aku bisa dengan leluasa memeluk perut bapak yang seperti orang hamil 7 bulan itu, katanya perutnya bisa sebesar itu karena dia hobi minum es, makanya kamu jangan suka minum es ya nang, pesannya padaku.. aku sih iya iya saja hehehhe.

Selalu ada obrolan berfaedah di 30 menit setiap harinya. Meskipun aku tidak bisa seterbuka ketika bercerita dengan emak, tapi bapak memberikan nasehat-nasehat dan cerita yang selalu menginspirasi setiap harinya. Bagiku bapak adalah superhero terbaik diseluruh dunia.
Share:

0 komentar:

Post a Comment