Thursday 5 July 2018

Dari Receh ke Negara


Source image : tribunnews.com

Pernah merasa menginjakkan kaki didunia tapi fikiranmu ada diawang-awang? Kalau saya sih beberapa kali merasakan sensasi yang demikian. Eit , tolong jangan berfikir yang aneh-aneh ya. Saya sama sekali tidak pernah ngelem, minum atau nyabu, sumpah bos.

Sensasi yang sedang ingin saya jelaskan adalah  sebuah kondisi dimana kita memikirkan sesuatu yang tidak segaris dengan kondisi kita saat itu juga. Semisal anda merasa sedang sangat merindukan susasana rumah anda bersama anak anda yang lucu dan seorang istri anda yang baik. Apakah itu wajar? Sangat wajar. Tapi menjadi tidak wajar ketika anda memikirkan hal itu disaat anda menikah saja belum?

Singkatnya kondisi ini saya sebut dengan sebuah  istilah yang baru saja saya ciptakan. Ya orang – orang semacam ini ada dan saya menyebutnya dengan ‘utopis man’. Orang yang hidup dalam khayalannya, dalam rancangan hidupnya yang utopis.

Dia tidak dalam kondisi yang berbahaya karena biasanya sensasi semacam ini terjadi hanya beberapa waktu saja. Saya yakin anda pernah mengalaminya.

Anda pernah menonton film horror atau film yang isi adegannya adalah kekerasan, kekejaman, dan semacamnya? Apa yang anda rasakan beberapa menit setelah menontonya? Saya yakin didalam alam bawah sadar anda, sensasinya masih terasa.

Itu seperti sebuah ekspresi bahagia, haru dan tidak jelas ketika anda sehabis menonton film romantis. Anggaplah drama korea yang banyak orang benar-benar kecanduan terhadapnya. Saya Alhamdulillah sudah taubat, saya sudah pindah ke darama Thailand,oh tentu saja tidak. Saya hanya bercanda, tapi itu benar.

Saya pernah menonton film pembunuhan yang sangat sadis baru-baru ini dilayar lebar. Tentang seorang janda muda yang membunuh banyak pria yang berusaha ‘menganggu’ dan merampoknya.  Saya benar-benar terbawa dalam cerita film itu, suasana padang rumput, keseraman dan suasana sepi yang mencekam itu benar-benar masih saya bawa keluar dari bioskop bahkan beberapa jam setelahnya, luar biasa.

Disini saya dapat merasakan dan membenarkan bahwa dampak dari sebuah propaganda dalam bentuk film atau apapun yang berbentuk visual publik sangatlah ‘dalam’. Hal ini tidak terlepas dari sebuah fakta bahwa setiap manusia memiliki kesan yang lebih jika dibenturkan dengan hal-hal yang sensitive, seperti sesuatu yang menyedihkan, menakutkan atau membuat bahagia. Terlebih hal itu dalam sebuah penyajian yang mendekati realitas sesungguhnya seperti film dan iklan-iklan.

Hari ini begitu banyak kritik, terhadap orang lain, kelompok lain dan terhadap entitas bersama negara maupun umat.  Autokritik yang masuk mencoba menimbulkan sebuah kegelisahan bersama tentang lemahnyakepedulian umat terhadap kondisi saudara-saudara muslim yang tengah dibombardir dan lain-lainya.

Dari dalam negeri mulai muncul meme- meme yang menyindir mahasiswa. Isinya tidak jauh-jauh dari nyinyiran pada mahasiswa jaman now yang dianggap tengah berada pada zona nyaman ditengah kondisi bangsa yang makin carut-marut.

Tapi para pengkritik melupakan satu komponen yang amat berpengaruh terhadap akar permasalahan dari semua itu. Media!. Hari ini media telah banyak membelot dari pakem-nya. Masyarakat membaca , melihat dan mendengar berita-berita yang melanggengkan barisan perbudakan. Justru banyak hal-hal factual yang ‘tidak mengekor pada penguasa’ hadir dan dapat dibaca di media-media sosial mainstream.

Dan pada akhirnya anda akan memahami bahwa euphoria piala dunia Rusia dan semua demam-demam yang menunjangnya merupakan sebuah modal yang sepadan yang dihelat untuk mengalihkan perhatian dunia dari luluh-lantaknya suriah dan negara-negara muslim lain yang saat ini dibantai oleh RUSIA dan sekutunya.

Perebutan kekayaan minyak yang terkandung di negara-negara timur tengah itu saya fikir lebih dari sepadan untuk sekedar menggelar pesta sepakbola terbesar sedunia. Setelah gelaran world cup  ini berakhir saya yakin ada ‘pesta lain’ yang digelar untuk membius dan membungkam mulut kita semua.

Sekarang mari jawab sendiri, apakah hari ini anda sudah mejadi utopis man? Orang yang terlena dengan sesuatu yang tidak linier dengan bumi yang sedang anda injak sekarang? Apakah anda tengah menikmati pesta piala dunia dan pesta muda anda sedangkan anda sedang berdiri di Indonesia, negara yang saat ini kurs US Dollarnya berada pada titik kritis. Dengan hutang negara yang begitu besar dan kondisi politik yang tidak sehat lagi.

Jika iya, mari kita bangun bersama! Jangan salahkan mahasiswa, pemuda atau siapapun juga, kita harus ikut andil dalam perbaikan ini apapun posisi kita. Pemilihan presiden tidak jauh lagi bukan? Tahun depan. Dan seperti Turki, siapapun yang terpilih dalam pilpres tahun depan akan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan presiden2 Indonesia sebelumnya.

Share:

0 komentar:

Post a Comment