Pernah
merasa menginjakkan kaki didunia tapi fikiranmu ada diawang-awang? Kalau saya
sih beberapa kali merasakan sensasi yang demikian. Eit , tolong jangan berfikir
yang aneh-aneh ya. Saya sama sekali tidak pernah ngelem, minum atau nyabu,
sumpah bos.
Sensasi
yang sedang ingin saya jelaskan adalah
sebuah kondisi dimana kita memikirkan sesuatu yang tidak segaris dengan
kondisi kita saat itu juga. Semisal anda merasa sedang sangat merindukan susasana
rumah anda bersama anak anda yang lucu dan seorang istri anda yang baik. Apakah
itu wajar? Sangat wajar. Tapi menjadi tidak wajar ketika anda memikirkan hal
itu disaat anda menikah saja belum?
Singkatnya
kondisi ini saya sebut dengan sebuah
istilah yang baru saja saya ciptakan. Ya orang – orang semacam ini ada
dan saya menyebutnya dengan ‘utopis man’. Orang yang hidup dalam khayalannya,
dalam rancangan hidupnya yang utopis.
Dia
tidak dalam kondisi yang berbahaya karena biasanya sensasi semacam ini terjadi
hanya beberapa waktu saja. Saya yakin anda pernah mengalaminya.
Anda
pernah menonton film horror atau film yang isi adegannya adalah kekerasan,
kekejaman, dan semacamnya? Apa yang anda rasakan beberapa menit setelah
menontonya? Saya yakin didalam alam bawah sadar anda, sensasinya masih terasa.
Itu
seperti sebuah ekspresi bahagia, haru dan tidak jelas ketika anda sehabis
menonton film romantis. Anggaplah drama korea yang banyak orang benar-benar
kecanduan terhadapnya. Saya Alhamdulillah sudah taubat, saya sudah pindah ke
darama Thailand,oh tentu saja tidak. Saya hanya bercanda, tapi itu benar.
Saya
pernah menonton film pembunuhan yang sangat sadis baru-baru ini dilayar lebar. Tentang
seorang janda muda yang membunuh banyak pria yang berusaha ‘menganggu’ dan
merampoknya. Saya benar-benar terbawa
dalam cerita film itu, suasana padang rumput, keseraman dan suasana sepi yang
mencekam itu benar-benar masih saya bawa keluar dari bioskop bahkan beberapa
jam setelahnya, luar biasa.
Disini
saya dapat merasakan dan membenarkan bahwa dampak dari sebuah propaganda dalam
bentuk film atau apapun yang berbentuk visual publik sangatlah ‘dalam’. Hal ini
tidak terlepas dari sebuah fakta bahwa setiap manusia memiliki kesan yang lebih
jika dibenturkan dengan hal-hal yang sensitive, seperti sesuatu yang
menyedihkan, menakutkan atau membuat bahagia. Terlebih hal itu dalam sebuah
penyajian yang mendekati realitas sesungguhnya seperti film dan iklan-iklan.
Hari
ini begitu banyak kritik, terhadap orang lain, kelompok lain dan terhadap
entitas bersama negara maupun umat. Autokritik yang masuk mencoba
menimbulkan sebuah kegelisahan bersama tentang lemahnyakepedulian umat terhadap
kondisi saudara-saudara muslim yang tengah dibombardir dan lain-lainya.
Dari
dalam negeri mulai muncul meme- meme
yang menyindir mahasiswa. Isinya tidak jauh-jauh dari nyinyiran pada mahasiswa
jaman now yang dianggap tengah berada
pada zona nyaman ditengah kondisi bangsa yang makin carut-marut.
Tapi
para pengkritik melupakan satu komponen yang amat berpengaruh terhadap akar
permasalahan dari semua itu. Media!. Hari ini media telah banyak membelot dari pakem-nya. Masyarakat membaca , melihat
dan mendengar berita-berita yang melanggengkan barisan perbudakan. Justru
banyak hal-hal factual yang ‘tidak mengekor pada penguasa’ hadir dan dapat
dibaca di media-media sosial mainstream.
Dan
pada akhirnya anda akan memahami bahwa euphoria piala dunia Rusia dan semua
demam-demam yang menunjangnya merupakan sebuah modal yang sepadan yang dihelat
untuk mengalihkan perhatian dunia dari luluh-lantaknya suriah dan negara-negara
muslim lain yang saat ini dibantai oleh RUSIA dan sekutunya.
Perebutan
kekayaan minyak yang terkandung di negara-negara timur tengah itu saya fikir
lebih dari sepadan untuk sekedar menggelar pesta sepakbola terbesar sedunia. Setelah
gelaran world cup ini berakhir saya yakin ada ‘pesta lain’ yang
digelar untuk membius dan membungkam mulut kita semua.
Sekarang
mari jawab sendiri, apakah hari ini anda sudah mejadi utopis man? Orang yang
terlena dengan sesuatu yang tidak linier
dengan bumi yang sedang anda injak sekarang? Apakah anda tengah menikmati pesta
piala dunia dan pesta muda anda sedangkan anda sedang berdiri di Indonesia,
negara yang saat ini kurs US
Dollarnya berada pada titik kritis. Dengan hutang negara yang begitu besar dan
kondisi politik yang tidak sehat lagi.
Jika
iya, mari kita bangun bersama! Jangan salahkan mahasiswa, pemuda atau siapapun
juga, kita harus ikut andil dalam perbaikan ini apapun posisi kita. Pemilihan presiden
tidak jauh lagi bukan? Tahun depan. Dan seperti Turki, siapapun yang terpilih
dalam pilpres tahun depan akan memiliki kekuasaan yang lebih besar dibandingkan
dengan presiden2 Indonesia sebelumnya.
0 komentar:
Post a Comment