LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN
UMBI-UMBIAN

Oleh
Bayu Apriliawan
05031281320017
KELOMPOK 3
TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umbi adalah organ tumbuhan yang
mengalami perubahan ukuran dan bentuk sebagai akibat perubahan fungsinya. Perubahan ini berakibat pada anatominya.
Organ yang membentuk umbi terutama batang, akar, atau
modifikasinya. Hanya sedikit kelompok tumbuhan yang membentuk umbi dengan
melibatkan daunnya.Umbi
biasanya terbentuk tepat di bawah permukaan tanah, meskipun dapat
pula terbentuk jauh di dalam maupun di atas permukaan.(syamsir, 2007).
Organ umbi yang dimodifikasi biasnya berupa daun, batang, atau akar.
Bentuk modifikasi ini biasanya adalah
pembesaran ukuran dengan perubahan anatomi yang sangat jelas terlihat. Umbi
biasanya terbentuk tepat dibawah permukaan tanah. Tumbuhan memerlukan cadangan
energi dalam umbi karena ia tidak bisa berpindah untuk menemukan sumber energi
baru atau untuk membantu perbanyakkan jenisnya (Syarief, 2008).
Baik struktur maupun sifat masing-masing jenis umbi-umbian berbeda. Umbi
akar banyak mengandung karbohidrat (tepung) dan air. Pada umbi akar ini bagian
dalam sebenarnya pembuluh xylem yang diselubingi oleh lapisan kambium. Itu
sebabnya bagian dalamnya keras meskipun banyak mengandung air. Pada bagian luar
umbi, terdapat lapisan gabus, yaitu sel-sel yang mati. Baik kulit luar maupun sel-sel gabus ini
berfungsi melindungi bagian dalam umbi. Dinding sel umbi akar, baik yang
merupakan xilem, kambium, sklerensim dengan sel-sel gabus banyak mengandung
selulosa.Beberapa macam umbi-umbian, yaitu
umbi akar, umbi batang dan umbi daun. Umbi akar merupakan bagian akar atau
batang yang digunakan sebagai tempat menyimpan makanan cadangan, yang termasuk
umbi akar misalnya ubi kayu, sedangkan ubi jalar dan kentang merupakan umbi
batang. ( Desrosi, 2008).
B. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat dari berbagai
jenis umbi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Talas
Talas
merupakan tanaman pangan berupa herba menahun. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae),
berperawakan tegak, tingginya 1 cm atau lebih dan merupakan tanaman semusim
atau sepanjang tahun. Talas mempunyai beberapa nama umum yaitu Taro, Old
cocoyam, ‘Dash(e)en’ dan ‘Eddo (e)’. Di beberapa negara dikenal dengan nama lain, seperti: Abalong (Philipina), Taioba (Brazil), Arvi (India), Keladi (Malaya), Satoimo (Japan), Tayoba (Spanyol) dan Yu-tao (China).Asal mula tanaman ini berasal dari daerah Asia
Tenggara, menyebar ke China dalam abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia
Tenggara lainnya dan ke beberapa pulau di Samudra Pasifik, terbawa oleh migrasi
penduduk. Di Indonesia talas bisa di jumpai hampir di seluruh kepulauan dan
tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan di atas 1000 m dpl., baik liar
maupun di tanam. Talas memiliki suatu
senyawa yang dapat menyebabkan gatal bagi yang mengkonsumsinya, senyawa yang
menyebabkan gatal tersebut dikenal dengan nama oksalat. Oksalat dapat ditemukan
pada berbagai macam tanaman hijau dan jenis umbi – umbian lainnya. Rasa gatal
yang ditimbulkan dari oksalat pada umbi mengakibatkan terbatasnya penggunaan
talas sebagai bahan baku alternatif dalam memenuhi kebutuhan bahan pangan.
Oksalat pada talas secara sederhana dapat dihilangkan dengan melakukan proses
pemanasan, namun pada proses pelakasanannya dibutuhkan waktu yang optimal dan
terbaik untuk menekan biaya produksi yang dikeluarkan. penentuan suhu yang
tepat juga dimaksudkan untuk mencegah gelatinisasi pada talas yang dapat
terbentuk jika dilakukan proses pemanasan (Rukmana, 2008)
B. Ubi Kayu
Di Indonesia, ubi kayu (Manihot esculenta)
merupakan makanan pokok ke tiga setelah padi dan jagung. Sedangkan untuk
konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara tropis, tiap tahun
diproduksi sekitar 300 juta ton ubi kayu. Produksi ubikayu di Indonesia
sebagian besar dihasilkan di Jawa (56,6%), Propinsi Lampung (20,5%) dan
propinsi lain di Indonesia (22,9%). Permasalahan umum pada pertanaman ubikayu
adalah produktivitas dan pendapatan yang rendah. Rendahnya produktivitas
disebabkan oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubikayu dengan benar
baik pemupukan baik pupuk an-organik maupun organik (pupuk kandang). Singkong banyak mengandung glukosa dan dapat dimakan
mentah. Rasanya sedikit manis, ada pula yang pahit tergantung pada kandungan
racun glukosida yang dapat membentuk asam sianida. Umbi yang rasanya manis
menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih segar,
dan 50 kali lebih banyak pada umbi yang rasanya pahit. Pada jenis singkong yang
manis, proses pemasakan sangat diperlukan untuk menurunkan kadar racunnya. Dari
umbi ini dapat pula dibuat tepung tapioka (Dwiafidaha,2013).
C. Ubi Jalar
Ubi jalar
termasuk famili convolvulaceae dan merupakan tanaman palawija. Bentuk
daunnya sangat bervariasi dari bentuk lonjong sampai bentuk seperti jari,
dengan lekukan tepi yang banyak dan dalam. Bentuk ubi jalar biasanya bulat
sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata. Bentuk ubi yang ideal
adalah lonjongn agak panjang dengan berat antara 200-250 gram per ubi. Ubi
jalar dapat berwarna putih, kuning, orange, sampai merah bahkan ada yang
berwarna kebiruan, violet atau berbintik-bintik biru. Ubi yang berwarna kuning,
orange sampai merah banyak mengandung karotenoid yang merupakan precursor bagi
vitamin A. Ubi jalar ini mengandung protein kadar rendah tetapi kualitas
protein cukup baik dengan protein score 81. Timbunan kalori dalam ubi jalar
berbentuk karbohidrat. (Rukmana, 2008).
Ubi jalar
merupakan jenis yang banyak dibudidayakan dan diolah menjadi berbagai jenis
bahan olahan karena mengandung antosionin yang tinggi dan sebagai bahan pangan
sumber kalori, contohnya: es krim, campuran selai buah, kue kering, kripik dan
lain sebagainya, banyak dibudidayakan di kabupaten malang. ubi jalar jingga
merupakan sumber vitamin C dan β-karoten (provitamin A) yang sangat baik,
kandungan β-karotennya lebih tinggi dibandingkan ubi jalar
lainnya, dan juga mengandung vitamin B yang sedang(tengah-tengah).( Syamsir. 2007).
D. Kentang
Seperti juga ubi
jalar,kentang (solanum tuberosum) merupaikan umbi dari batang tanaman.
Kentang terdiri dari kulit luar (peridem), kortek. Glang umbi dan daging umbi.
Secara kimia, daging umbi kentang banyak mengandung air dibandingkan bagian
pusat daging. Kentang juga dapat dijadikan sebagai makanan alternatif
bagi orang yang sedang melakukan program diet karena karbohidrat yang
terkandung di dalam kentang setara dengan karbohidrat yang terkandung di dalam
nasi atau gandum,yang membedakan nasi/gandum dengan kentang adalah jumlah
kalori yang terkandung di dalam kentang lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah kalori yang terkandung di dalam nasi/gandum. Adapun manfaat kentang bagi
kesehatan tubuh manusia adalah sangat baik dikonsumsi oleh penderita batu
ginjal, membantu tubuh mengurangi kadar kolesterol, membantu tubuh melawan penyakit,
serta baik untuk otak manusia.
III. METEDOLOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 September 2014 pukul 10.00 WIB sampai
dengan pukul 12.00 WIB di
Laboraturium Kimia Hasil Pertanian (KHP) Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya.
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini yaitu: 1) Neraca analitik, 2) pisau.
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini
yaitu: 1) Kentang 2) Ubi Jalar 3) Ubi Kayu 4) Talas.
C. Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini adalah:
1.
Bentuk
Digambar masing-masing jenis umbi
secara utuh.
2.
Ukuran
Diukur panjang dan diameter atau
tebal masing-masing jenis umbi dengan menggunakan penggaris.
3.
Berat
Ditimbang masing-masing jenis umbi
dengan menggunakan timbangan untuk mengetahui kisaran beratnya.
4.
Warna
Dicatat warna kulit dan daging umbi dari masing-masing
jenis.
5.
Pencoklatan
Diamati perubahan warna yang terjadi
setelah daging umbi diiris.
6. Struktur jaringan ,Dibuat irisan melintang dan
membujur,Kemudian digambar dan Disiapkan irisan tipis
melintang dan amati dibawah mikroskop dengan pembesaran100-400x. gambar
strukrur jaringan yang terlihat.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Umbi
Bahan
|
Ukuran
|
Warna
|
Berat (gr)
|
Permukaan
Kulit
|
Pencoklatan
|
Talas
|
P = 10 cm
D = 6,1 cm
|
K = Coklat
D = Kuning
|
160,33
|
Kasar
|
6.
|
Ubi kayu
|
P = 21 cm
D = 3,1 cm
|
K = Coklat
D = putih
|
165, 87
|
Kasar
|
7.
|
Ubi jalar
|
P = 17 cm
D = 4,5 cm
|
K = Ungu
D = Kuning
|
160,30
|
Halus
|
-
|
kentang
|
P = 5 cm
D = 4,5 cm
|
K = Kuning
kecoklatan
D = Kuning
|
68,8
|
Sedikit
Halus
|
8.
|
Keterangan:
Pencoklatan:
ü terjadi
- tidak terjadi
Ukuran :
P = Panjang
D = Diameter
Warna :
K = Kulit
D = Daging
B. Pembahasan
Pada praktikum yang berjudul
umbi-umbian ini, yang kita lakukan adalah mengukur berat umbi-umbian, mengamati
permukaan kulitnya, menghitung nilai
kebundaran, pencoklatan, warna daging, dan ukuran panjang dan lebar pada
umbi-umbian tersebut. Pengamatan dilakukan secara subyektif dengan memperhatikan
secara teliti bentuk struktur jaringan dan permukaan kulitnya.
Bahan diamati dengan ukuran, Warna, Berat, Permukaan kulit, dan
pencoklatan, yang diamati
umbi-umbian adalah pencoklatan pada bagian bahan pangan yang sudah dikupas
kulitnya. Talas, ubi kayu, dan kentang adalah contoh dari bahan pangan yang mengalami
pencoklatan apabila kulitnya dikupas atau bagian dalamnya terbuka.
Pembentukan warna coklat ini disebut juga sebagai reaksi browning enzimatis.
Reaksi ini dipicu oleh reaksi oksidasi yang dikatalisis oleh enzim fenol
oksidase atau polifenol oksidase. Kedua enzim ini dapat mengkatalis oksidasi
senyawa fenol menjadi quinon dan kemudian dipolimerasi menjadi pigmen
melaniadin yang berwarna coklat.
Proses pencoklatan atau browning dapat kita temukan pada suatu
bahan pangan, baik yang disengaja dengan maksud mempercantik tampilan atau
menambah flavor, maupun yang tidak disengaja atau tidak diinginkan. Pada
umumnya proses pencoklatan dapat di bagi menjadi dua jenis, proses pencoklatan
yang enzimatik (dipengaruhi oleh substrat, enzim, suhu, waktu) dan nonenzimatik
yang terbagi menjadi 3 macam reaksi yakni karamelisasi, reaksi Maillard dan
pencoklatan akibat vitamin C Umbi memiliki beberapa tekstur yang khas, di
antaranya adalah rasa pulen, yaitu tekstur yang di miliki umbi talas, ubi
jalar, dan ubi kayu dan kentang.
Jenis umbi-umbian memiliki kandungan yang berbeda yang berupa vitamin,
meskipun komponen penyusun utamanya adalah karbohidrat. Hal itu yang
menyebabkan tekstur, rasa , warna dan aroma tiap umbi berbeda-beda. Begitu pula
dengan berat tiap umbi di pengaruhi oleh lingkungan tempat umbi tersebut
tumbuh.
V. KESIMPULAN
Kesimpulan dari
praktikum umbi umbian ini adalah
ini adalah :
1. Tiap umbi memiliki kandungan vitamin yang berbeda
meskipun komponen utamanya karbohidrat.
2.
Kandungan vitamin pada umbi mempengaruhi warna daging
pada umbi.
3.
Bahan diamati dengan ukuran, Warna, Berat, Permukaan
kulit, dan pencoklatan,
4. Proses pencoklatan dapat di bagi menjadi dua jenis,
proses pencoklatan yang enzimatik (dipengaruhi oleh substrat, enzim, suhu,
waktu) dan nonenzimatik yang terbagi menjadi 3 macam reaksi yakni karamelisasi,
reaksi Maillard dan pencoklatan akibat vitamin C.
5. Reaksi browning enzimatis dipicu oleh reaksi oksidasi
yang dikatalisis oleh enzim fenol oksidase atau polifenol oksidase.
6. Reaksi non
Enzimatis disebabkan oleh reaksi pencoklatan tanpa pengaruh enzim, biasanya
terjadi saat pngolahan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiafidaha,2013.Pencoklatan. (Online) (http://dwiafidaha.blogspot.com/2013/06/prose-pencoklatan.html
diakses pada tanggal 9 Oktober 2014)
Desrosi, N. 2008. Teknologi Pengawetan Pangan Edisi Ketiga. Penerjemah,
M.
Miljohardjo. Jakarta: UI Press.
Rukmana, 2008. Alternatif Beras yang Baik dan melimpah.
(Online) (http://www.google.com,
diakses 9 Oktober 2014)
Syamsir. 2007. Penelitian Sifat Fisiologis
Bahan Pangan. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Syarief, R. 2008. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
0 komentar:
Post a Comment