Thursday, 2 July 2015

Keajaiban Mimipi : Merantau (Episode 1)

                                                                                                      
Ketika coretan ini saya publish, mungkin akan ada sebagian besar orang yang berfikir "Kuliah aja sampe mimpi gitu" , yah komentar pedess seperti itu pasti ada, dan orang yang komentar seperti itu pastinya adalah orang orang yang dari lahir sudah dalam keadaan berkecukupan, sehingga tidak pernah merasakan gimana sulitnya untuk sekedar bertahan hidup mencari makan apa lagi untuk kuliah.biasa orang kaya bro heheheh =D.
Jadi gini broh ceritanya, saya perjelas lagi. ketika menjelang pengumuman hasil ujian nasional di SMA pada waktu itu. banayak temen-temen yang sudah membuat planning dengan begiitu mantapnya mengenai persiapan pasca putih abu-abu. mayoritas kawan-kawan deket sih pada kuliah semua meskipun tidak di PTN setidaknya itu lebih baik dari pada gak kuliah sama sekali kan :/ ?
Dari sudut mata yang berbinar aku menatapi raut kebahagiaan mereka satu persatu dan aku sampaikan kepada mereka , "entah akapan waktunya aku akan menyusul kalian kuliah kawan-kawan" ya bener banget dugaan temen-temen pembaca yang berfikir kalau masalah utama saya tidak lanjut kuliah adalah masalah rupiah. hal ini sudah menjadi permasalahan klasik dikehidupan saya. sehingga ketika orang tua mengutarakan ketidaksanggupanaya menguliahkan saya..saya sudah siap dan legowo :( . namun bukan berarti mimpi untuk kuliah itu lenyap begitu saja.

sekitar satu bulan pasca kelulusan, merasakan hidup sebagai pengangguran dirumah tanpa kegiatan yang pasti begitu tersiksanaya saya dikala itu. akhirnya saya memutuskan untuk berangkat kepalembang bersama seorang rekan senasib untuk bekerja ditoko sepatu sekitaran plaju. berangkat dengan semangat membara dengan ekspektasi lingkungan kerja yang nyaman dan gaji yang lumayan ternyata kami berdua ditipu.
            Mendarat di BKB (benteng Kuto besak) setelah semalaman menggarungi sungai musi dari dusun nan jauh disana, tapi apa yang terjadi saudara-saudara?Saya dan sahabat saya (Muhamad arifin) akhirnya luntang lantung seperti gelandangan tak bertuan ketika kami tak bisa menghubungi nomor handphone sang pemilik toko sepatu abal abal tersebut. menjadi gelandangan selama 1 hari memaksa kami berfikir keras untuk mendapatkan pekerjaan, apapun itu dan berapapun gajinya.

Akhirnya, kami ditawari bekerja sebagai buruh /karyawan salah satu
Konveksi baju ternama di daerah KM5,palembang. dengan pekerjaan serabutan (apa saja yang bisa dikerjakan, kami kerjakan) dan gaji pas-pasan. kami bertahan selama 3 bulan. karena bulan ke empat kami di pindah tugaskan untuk mengelola bengkel dan stim motor tidak jauh dari tempat kerja awal. dengan pemilik yang sama. gajinya sih naik 200.000 pada saat itu. kami menerima dengan senang hati, dan karena kami ingin mendapatkan penghasilan yang cukup besar.kami memaksa bos agar tetap mengijinkan kami bekerja di konveksi baju saat malam jadi jadwal kerja kami dari jam 6.00-17.00 dibengkel. dan dari habis magrib sampai jam 02.00 malam lembur di konveksi. toh tidak jauh juga kedua tempat tersebut sehingga kami hanya perlu jalan kaki.

singkat cerita uang gajian terkumpul selama 1/2 tahun ini cukup lumayan juga, tapi orang tua dari temen saya (arifin) menginginkan nya untuk pulang dengan beberapa alasan krusial. dan karenasaya tidak ingin sukses sendirian maka saya pun turut pulang setelah kami berdua mengahdap kepada pak bos untuk mengundurkan diri.

Bagaimana perjuangan selanjutnya hingga akhirnya saya bisa berkuliah gratis? silahakan baca di Keajaiban Mimipi Episode kedua ,tinggal klik disini
Share:
Lokasi: Palembang, Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia

0 komentar:

Post a Comment